Diperbarui tanggal 9/Okt/2022

Tingkat Kecerdasan

kategori Kesehatan & Kedokteran / tanggal diterbitkan 8 Oktober 2022 / dikunjungi: 2.62rb kali

1. Pengertian Intelegensi

Intelegensi dan keberhasilan dalam pendidikan adalah dua hal yang saling keterkaitan. Di mana biasanya individu yang memiliki intelegensi yang tinggi dia akan memiliki prestasi yang membanggakan di kelasnya, dan dengan prestasi yang dimilikinya ia akan lebih mudah meraih keberhasilan. Meskipun semua orang tahu apa yang dimaksud dengan intelegensi atau kecerdasan, namun sukar sekali untuk mendefinisikan hal ini secara tepat. Banyak sekali definisi yang diajukan para sarjana, namun satu sama lain berbeda, sehingga tidak dapat memperjelas persoalan. Intelegensi berasal dari bahasa inggris " intelligence "yang juga berasal dari bahasa latin yaitu "intellectus dan intelegentia atau intellegere". Teori tentang intelegensi pertama kali di kemukakan oleh spearman dan Wynn jones poll pada tahun 1951.

Intelegensi berasal dari bahasa latin,yang berarti memahami. Jadi intelegensi adalah aktifitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu. Pengertian Intelegensi menurut beberapa pakar psikologi di antaranya adalah:

  1. Claparedese dan Stern
    Memberikan definisi intelegensi adalah penyesuaian diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru.
  2. H.H.Goddard
    Mendefinisikan intelegensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan dating.

Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ (Intelligence Quotient) memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar.Menurut penyelidikan, IQ atau daya tangkap seseorang dapat ditentukan seorang tersebut umur 3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan genetik yang dibawanya dari keluarga ayah dan ibu disamping faktor gizi makan yang cukup. IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai orang dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan kecelakaan.IQ yang tinggi memudahkan seorang murid belajar dan memahami berbagai ilmu.Daya tangkap yang kurang merupakan penyebab kesulitan belajar pada seorang murid, disamping faktor lain, seperti gangguan fisik (demam, lemah, sakit) dan gangguan emosional. Awal untuk melihat IQ seorang anak adalah pada saat ia mulai berkata-kata. Ada hubungan langsung antara kemampuan bahasa si anak dengan IQ-nya. Apabila seorang anak dengan IQ tinggi maasuk sekolah, penguasaan bahasanya akan cepat dan banyak.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi

Seseorang memiliki intellegensi yang berbeda-beda, perbedaan intellegensi ini dapat dilihat dari tingkah laku dan perbuatnnya. Adanya perbedaaan ini tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

  1. Faktor pembawaan
    Faktor pembawaan merupakan faktor pertama yang berperan di dalam intelegensi.Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
  2. Faktor minat dan pembawaan yang khas
    Faktor minat ini mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luas, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
  3. Faktor pembentukan
    Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan sengaja, seperti yang dilakukan di sekolah dan pembentukan yang tidak disengaja, misalnya pengaruh alam disekitarnya.
  4. Faktor kematangan
    Di mana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila anak-anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat SD, karena soal soal itu masih terlampau sukar bagi anak.Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan umur.
  5. Faktor kebebasan
    Faktor kebebasan artinya manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.Di samping kebebasanmemilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
  6. Stabilitas intelegensi dan IQ
    Intelegensi bukanlah IQ.Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari intelegensi).Stabilitas inyelegensi tergantung perkembangan organik otak.

3. Tes Intelegensi

Tes Intelegensi ialah suatu teknik atau alat yang digunakan untuk mengungkap taraf kemampuan dasar seseorang yaitu kemampuan dalam berfiki, bertindak dan menyesuaiakan diri, secara efektif. Orang yang berjasa menemukan tes inteligensi pertama kali ialah seorang dokter bangsa Prancis Alfred Binet dan pembantunya Simon23. Tesnya terkenal dengan nama tes Tes Binet-Simon. Seri tes dari Binet Simon ini, pertamakali diumumkan antara 1908-1911 yang diberi nama : “Chelle Matrique de l?inteligence” atau skala pengukur kecerdasan. Tes binetsimon terdiri dari sekumpulan pertanyaan-pertanyaan yang telah dikelompok kelompokkan menurut umur (untuk anak-anak umur 3-15 tahun).

Pertanyaan-pertanyaaan itu sengaja dibuat mengenai segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan pelajaran di sekolah. Seperti mengulang kalimat, dengan tes semacam inilah usia seseorang diukur atau ditentukan. Dari hasil tes itu ternyata tidak tentu bahwa usia kecerdasan itu sama dengan usia sebenarnya (usia kalender). Sehingga dengan demikian kita dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan IQ (Inteligentie Quotient) pada tiap-tiap orang/anak. Nilai tes intelegensi sering dihubungkan dengan unsur usia, sehingga menghasilkan IQ (satuan intelegensi) untuk mengetahui bagaimana kedudukan relative orang yang bersangkutan bila dibandingkan dengan sekelompok umur sebayanya ini dapat di ungkapkan dengan tes.

Hasil tes ini dipergunakan untuk membandingkan peolehan (prestasi belajar) siswa dalam bidang studi dengan kemampuan mental umum mereka lebih khusus,siswa-siswa yang mencapai prestasi belajar di bawah kemampuan yang diharapkan dari padanya dapat diidentifikasi. Pada gilirannya, sekolah bekerja sama dengan keluarga dapat mencari sumber sumber ketidak cocokan antara prestasi dan kemampuan mentaltersebut.

Adapun model-model pengukuran intelegensi dapat berupa manifestasi- manifestasi berikut:

  1. Mengukur intelegensi dengan menggunakan bilangan-bilangan
  2. Mengukur efisiensi dalam penggunaan bahasa
  3. Mengukur kecepatan dalam pengamatan
  4. Mengukur pemahaman tentang hubungan-hubungan
  5. Mengukur dalam hal daya ingat
  6. Mengukur daya hayal

Secara umum model test intelegensi memiliki dua sifat, yaitu:

  1. Test intelegensi yang bersifat umum dengan memakai bahan-bahan berupa kalimat, gambar dan angka yang di gabungkan menjadi satu bentukutuh.

    Test intelegensi yang bersifat khusus, misalnya khusus test kalimat, khusus test gambar dan khusus test angka.

    Rumus kecerdasan umum, atau IQ yang ditetapkan oleh para ilmuwan adalah:
    Rumus kecerdasan umum
    Contoh : Misalnya anak pada usia 3 tahun telah punya kecerdasan anak-anak yang rata-rata baru bisa berbicara seperti itu pada usia 4 tahun. Inilah yang disebut dengan Usia Mental. Berarti IQ si anak adalah 4/3 x100 = 133.
    Interpretasi atau penafsiran dari IQ adalah sebagai berikut:
    TINGKAT KECERDASANSKOR IQ
    Genius Di atas140
    Sangat Super120-140
    Normal90-110
    Bodoh80-90
    Perbatasan70-80
    Moron/ Dungu50-70
    Imblecile25-50
    Idiot0-25


  2. Culture Fair Intelligence Test (CFIT)
    Culture Fair Intelligence Test (CFIT) Cattel dalam Kumara (1989) mengembangkan Culture Fair Intelligence Test. Tes ini menyajikan soal-soal yang menghendaki subyek memilih suatu desain yang tepat paling berbeda dengan figur lainnya. CFIT mengkombinasikan beberapa pertanyaan bersifat pemahaman gambar-gambar sehingga dapat mengurangi sebanyak mungkin pengaruh kecakapan verbal, iklim kebudayaan, dan tingkat pendidikan. Tes ini membuat batasan yang lebih jelas antara kemampuan dasar dengan hasil belajar khusus serta memberikan analisis dan prediksi yang lebih baik dari potensi maksimal individu. CFIT skala 2 untuk anak-anak usia 8-14 tahun dan untuk orang dewasa yang memiliki kecerdasan di bawah normal. Skala 3 untuk usia sekolah lanjutan atas dan orang dewasa dengan kecerdasan tinggi.

    Menurut skala Cattel, IQ diklasifikasikan sebagai:
    1. 140-169 : Very Superior
    2. 120-139 : Superior
    3. 110-119 : High Average
    4. 90-109 : Average
    5. 80-89 : Low Average
    6. 70-79 : Borderline
    7. 30-69 : Mantally Defective

4. Tujuan tes intelegensi

Ada banyak tujuan tes intelegensi di antaranya sebagai berikut:

  1. Tes intelegensi dapat digunakan menempatkan siswa pada jurusan tertentu.
  2. Untuk mengidentifikasi siswa yang memiliki IQ di ata sormal.
  3. Tes intelegensi dapat digunakan untuk mendiagnosa kesukaran pelajaran dan mengelompokkan siswa yang memiliki kemampuansetara.
  4. Tes intelegensi dapat digunakan untuk memprediksi hasil anak dimasa yang akan datang, dan juga sebagai media untuk mengawali proses konseling.
  5. Tes intelegensi dapat digunakan siswa untuk mengenali dan memahami dirinya sendiri dengan lebih baik, serta mengetahui kemampuannya.
  6. Untuk mengukur kemampuan verbal, mencakup kemampuan yang berhubungan dengan simbol numerik dan simbol-simbol abstraklainnya.
  7. Alat prediksi kinerja yang efektif dalam banyak bidang pekerjaan serta aktivitas-aktivitas lain dalam hidupsehari-hari.