Diperbarui tanggal 29/01/2022

Tes Diagnostik

kategori Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran / tanggal diterbitkan 13 Januari 2022 / dikunjungi: 21.59rb kali

Pengertian Tes dan Tes Diagnostik

Istilah “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno: testum dengan arti: “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia”. Adapula yang mengartikan sebagai sebuah piring yang berasal dari tanah (Arikunto, 2013:66). Menurut Uno dan Koni (2012:111) tes merupakan seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang menjadi dasar bagi penetapan skor angka. Tes diagnostik ialah tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang dipelajari dan menemukan kesulitan belajar yang dialami siswa (Arikunto, 2013:58-59). Mardapi (2012:111) mengemukakan tes diagnostik dilakukan untuk mengetahui kesalahan dalam memahami konsep dan memperoleh informasi peserta didik yang gagal dalam pembelajaran materi tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tes diagnostik adalah alat evaluasi pembelajaran berupa tes yang dapat membantu guru untuk mengidentifikasi masalah (kesulitan) yang dihadapi siswa dalam konsep pembelajaran tertentu.

Fungsi dan Tujuan Tes Diagnostik

Tes digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa, mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa, mendiagnosis kesulitan belajar siswa, mengetahui hasil pengajaran, mengetahui hasil belajar, mengetahui pencapaian kurikulum, mendorong siswa belajar, dan mendorong guru agar mengajar yang lebih baik (Mardapi, 2012:110). Suwarto (2013:115) menyatakan tes diagnostik digunakan untuk mengetahui miskonsepsi siswa pada topik tertentu dan mendapatkan saran mengenai respons siswa untuk mengatasi hal tersebut. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan tes diagnostik adalah untuk mengidentifikasi kesulitan siswa dalam memahami konsep materi tertentu. Untuk itu, guru dapat menentukan strategi pembelajaran yang cocok pada pembelajaran berikutnya.

Tes Pilihan Ganda ( Multiple Choice) dan Uraian (Essay)

Tes pilihan ganda (multiple choice) merupakan salah satu tipe tes objektif (Suwarto, 2013:37). Supardi (2015:56) menyatakan tes pilihan ganda terdiri dari butir-butir yang dapat dijawab dengan memilih salah satu alternatif yang benar dari sejumlah alternatif yang tersedia. Suwarto (2013:34-35) menyatakan kelebihan tes objektif ialah dapat dijawab dengan cepat oleh responden, dapat mencakup hampir sebagian besar materi yang diberikan, tes tergolong reliabel, dan dapat dikoreksi dengan mudah sedangkan kekurangan tes objektif ialah ada kemungkinan menebak pada saat menjawab soal serta membutuhkan waktu yang lama saat menyusun tes.

Supardi (2015:48) menyatakan tes uraian merupakan tes yang berbentuk pertanyaan yang menuntut responden untuk menyusun kalimat berdasarkan kata-kata dan bahasa sendiri. Adapun kelebihan tes uraian ialah dapat mengukur aspek kognitif yang tinggi, mengembangkan keterampilan dalam memecahkan permasalahan, proses penyusunannya tidak membutuhkan waktu yang lama. Namun terdapat pula kekurangannya yakni tidak dapat menguji materi yang diberikan dalam jumlah banyak, bersifat subjektif, serta kurang reliabel karena pemeriksaan membutuhkan waktu lama, dan tes tidak dapat diukur dalam waktu yang berbeda dan kondisi tempat yang berbeda.

Tes Diagnostik Model Two Tier Multiple Choice

Tes diagnostik model two tier multiple choice merupakan tes pilihan ganda dua tingkat. Untuk tingkat pertama merupakan pilihan jawaban atas pertanyaan dalam soal sedangkan pada pilihan kedua merupakan alasan yang mengacu pada jawaban yang terdapat pada pilihan pertama (Tuysuz, 2009:627). Tuysuz (2009:627) menyatakan tes diagnostik model two tier multiple choice memiliki dua keuntungan dibandingkan dengan pilihan ganda biasa, yaitu:

  1. Mengurangi tingkat kesalahan pengukuran. Pada pilihan ganda biasa dengan lima pilihan jawaban, ada 20% jawaban dipilih dengan benar. Jawaban benar yang dipilih secara acak, akan dihitung juga dalam penilaian, hal ini menyebabkan kita tidak tahu secara pasti kemampuan siswa. Pada pilihan ganda dua tingkat, siswa hanya dianggap benar jika menjawab kedua tingkat secara benar, sehingga mengurangi tingkat kesalahan penilaian.
  2. Tes pilihan ganda dua tingkat memungkinkan kita untuk menilai dua aspek dalam satu fenomena (gejala). Pada tingkat pertama siswa diminta untuk menjawab gejala yang terjadi, kemudian pada tingkat kedua siswa diminta untuk menjelaskannya. Hal ini memungkinkan kita dapat menilai pengetahuan siswa dan pemahaman konsep siswa.
    Cullinane (20111:9-10) menyatakan bahwa tes pilihan ganda dua tingkat merupakan metode yang efektif digunakan pada instrumen evaluasi dan mudah untuk mendeteksi miskonsepsi siswa pada pembelajaran. Siswa membutuhkan berpikir tingkat tinggi pada saat menjawab pilihan alasan.

Prosedur Pengembangan Tes Diagnostik

Tes diagnostik dikembangkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa pada umumnya. Tes ini tidak diberikan kepada semua siswa, tetapi diberikan kepada siswa yang mempunyai kesulitan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menyusun tes menurut Mardapi (2012:110-131) adalah sebagai berikut:

  1. Menyusun spesifikasi tes, merupakan uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Penyusunan spesifikasi ini meliputi kegiatan menentukan tujuan tes, menyusun kisi-kisi, memilih bentuk tes, dan menentukan panjang tes.
  2. Menulis soal tes, merupakan langkah yang menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaanyang karakteristiknya sesuai dengan perincian standar kompetensi dan kompetensi dasar pada kisi-kisi yang telah dibuat.
  3. Menelaah soal tes, merupakan kegiatan untuk menelaah pada butir-butir soal yang telah dibuat, untuk memperbaiki soal jika dalam pembuatannya masih ditemukan kesalahan (kekurangan).
  4. Melakukan ujicoba tes, merupakan kegiatan untuk meneliti apakah tes diagnostik ini sudah dapat berfungsi dengan baik seperti yang diharapkan. Tujuan dilakukan uji coba adalah mengidentifikasi taraf kesukaran butir tes, daya pembeda tes, menentukan alokasi waktu yang layak, dan reliabelitas tes.
  5. Menganalisis butir soal, merupakan kegiatan yang menganalisis masing-masing butir, yang meliputi tingkat kesukaran butir tes dan daya pembeda butir tes. Tingkat kesukaran butir diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil belajar, yang menunjukkan keefektifan proses pembelajaran. Sedangkan daya pembeda butir tes merupakan besarnya kemampuan butir tes yang membedakan siswa yang menguasai dan siswa yang belum menguasai materi pembelajaran.
  6. Memperbaiki tes, merupakan kegiatan untuk memperbaiki perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang belum sesuai dengan yang diharapkan.
  7. Merakit tes, merupakan kegiatan mengelompokkan butir soal yang mengungkap konsep-konsep yang sama.
  8. Melaksanakan tes, dilakukan sesuai dengan waktu yang tepat, karena bila waktu tidak tepat maka miskonsepsi yang ada pada siswa yang mengalami kesulitan belajar akan tetap ada dikarenakan proses perbaikan pembelajaran berikutnya tidak dapat berlangsung.
  9. Menafsirkan hasil tes, meliputi penskoran yang dapat ditafsir sehingga dapat memberikan keputusan pada siswa tentang konsep-konsep mana yang lemah dan apa penyebabnya.