Diperbarui tanggal 10/Nov/2022

Teori kognitifisme

kategori Belajar dan Pembelajaran / tanggal diterbitkan 10 November 2022 / dikunjungi: 0.94rb kali

Teori belajar kognitivisme adalah teori yang menekankan pada proses pengelolaan informasi. Menurut teori kognitivisme, belajar adalah proses interaksi antara individu dengan lingkungannya yang berlangsung secara terus-menerus. Perspektif yang dimiliki teori kognitvisme adalah seseorang yang sedang belajar atau perserta didik memproses informasi atau bahan pelajaran dengan cara menerima, mengorganisasi, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru di peroleh dengan pengetahuannya yang telah ada (Ula,2013). Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antar stimulus dan respons. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar melibatkan prinsip-prinsip dasar psikologi, yaitu belajar aktif, belajar lewat interaksi sosial dan lewat pengalaman sendiri.

1. Jean Piaget

Jean Piaget mengemukakan bahwa proses belajar akan terjadi apabila ada aktivitas individu berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan dan perkembangan individu merupakan suatu proses sosial. Individu tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial. Akibatnya lingkungan sosialnya berada di antara individu dengan lingkungan fisiknya. Interaksi Individu dengan orang lain memainkan peranan penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran ide-ide dengan orang lain, individu yang tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif.

Piaget mengemukakan bahwa, perkembangan kognitif memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar. Perkembangan kognitif pada dasarnya merupakan proses mental. Proses mental tersebut pada hakekatnya merupakan perkembangan kemampuan penalaran logis (development of ability to respon logically). Bagi Piaget, berfikir dalam proses mental tersebut jauh lebih penting dari sekedar mengerti. Proses perkembangan mental bersifat universal dalam tahapan yang umumnya sama, namun dengan berbagai cara ditemukan adanya perbedaan penampilan kognitif pada tiap kelompok manusia. Sistem persekolahan dan keadaan sosial ekonomi dapat mempengaruhi terjadinya perbedaan penampilan dan perkembangan kognitif pada individu, demikian pula dengan budaya, sisitem nilai dan harapan masyarakat masing-masing.

2. J.S Burner

Teori kognisi J. S Bruner menekankan pada cara individu mengorganisasikan apa yang telah dialami dan dipelajari, sehingga individu mampu menemukan dan mengembangkan sendiri konsep, teori-teori dan prinsip-prinsip melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya. Untuk meningkatkan proses belajar, menurut Bruner diperlukan lingkungan yang dinamakan “discovery learnig envoirment” atau lingkungan yang mendukung individu untuk melakukan eksplorasi dan penemuan-penemuan baru. Belajar penemuan (discovery learning) merupakan salah satu model pembelajaran atau belajar kognitif yang dikembangkan oleh Bruner.

Menurut Bruner, belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan yang terjadi dalam proses belajar. Guru harus menciptakan situasi belajar yang problematis, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mencari jawaban sendiri dan melakukan eksperimen. Bentuk lain dari belajar penemuan adalah guru menyajikan contoh-contoh dan siswa bekerja dengan contoh tersebut sampai dapat menemukan sendiri dan melakukan eksperiman.

3. Ausubel

Menurut Ausubel belajar haruslah bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan secara non arbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Ausubel seorang psikologis kognitif, ia mengemukakan bahwa yang perlu diperhatikan seorang guru ialah strategi mengajarnya. Belajar menurut Teori Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama, berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua, menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang ada. Struktur kognitif tersebut mencakup fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diinginkan oleh siswa.

4. Gestalt

Menurut teori Gestalt belajar adalah proses pengembangan yang didasarkan pada pemahaman atau insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian dalam suatu situasi permasalahan. Teori Gestalt menganggap bahwa insight adalah inti dari pembentukan tingkah laku. Teori belajar Gestalt pada dasarnya sebagai usaha untuk memperbaiki proses belajar dengan rote learning dengan pengertian bukan menghapal. Dalam belajar, menurut teori Gestalt, yang terpenting adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan respons atau tanggapan yang tepat. Belajar yang terpenting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight.

Belajar dengan pengertian lebih dipentingkan dari pada hanya memasukkan sejumlah kesan. Belajar dengan insight adalah sebagai berikut : a) Insight tergantung dari kemampuan dasar; b) Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan; c) Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati; d) Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit; e) Belajar dengan insight dapat diulangi; f) Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi baru. Keterlibatan seseorang secara langsung dalam situasi belajar sangat penting. Keterlibatan dalam belajar akan menghasilkan pemahaman (insight) yang dapat membantu individu dalam proses belajar. Dengan kata lain, yang terpenting dalam belajar menurut teori Gestalt adalah dimengertinya apa yang dipelajari oleh individu tersebut.