Diperbarui tanggal 31/05/2021

Pola-pola Kemitraan Pendidikan Kejuruan dan Dunia Kerja

Kemitraan Pendidikan Kejuruan dan Dunia Kerja

author/editor: Edi Elisa / kategori Pendidikan Kejuruan / tanggal diterbitkan 31 Mei 2021 / dikunjungi: 3.17rb kali

Kemitraan dapat memberi manfaat akademis dan manfaat ekonomis. Kemitraan antara SMK dengan DUDI dapat memberi manfaat akademis jika kemitraan memperoleh hasil yang dapat menambah substansi keilmuan untuk pembelajaran di SMK. Kemitraan antara SMK dengan DUDI dapat memberi manfaat ekonomis jika dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya dan fasilitas yang ada secara bersama-sama supaya penyelenggaraan pendidikan lebih efektif dan efisien daripada bila hanya dimanfaatkan oleh masing-masing lembaga secara individual.

Latar belakang yang mendorong (motif) organisasi melakukan kemitraan berbeda-beda. Motif melakukan kemitraan berdampak pada pembentukan pola/model kemitraan. Ada tiga motif yang mendorong melakukan kemitraan yaitu:

  1. kebutuhan mendapat pengetahuan dan pengalam-an pada salah satu organisasi (client model);
  2. kebutuhan untuk terlibat dalam setiap kepentingan organisasi (advocacy model);
  3. kebutuhan untuk meningkatkan kondisi dengan inisiatif dan pembagian tanggungjawab bersama (partnership model)

Pola kemitraan sering dinamakan dengan istilah model kemitraan. Motif yang mendasari pola kemitraan SMK dengan DUDI, adalah kebutuhan mendapat pengetahuan dan pengalaman pada salah satu organisasi (client model). Kemitraan SMK dengan DUDI berorientasi pada manfaat akademis untuk meningkatkan kompetensi siswa dan manfaat ekonomis untuk meningkatkan teaching factory dan teaching industry di SMK.

Kerjasama kemitraan memiliki berbagai macam pola. Peraturan Pemerintah RI Nomor 17 Tahun 2013 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.Pasal 11 dalam PP tersebut dinyatakan: (1) Kemitraan mencakup proses alih keterampilan bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, dan teknologi sesuai dengan pola Kemitraan; (2) Pola Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: (1) inti-plasma; (2) subkontrak; (3) waralaba; (4) perdagangan umum; (5) distribusi dan keagenan; (6) bagi hasil; (7) kerja sama operasional; (8) usaha patungan (joint venture); (9) penyumberluaran (outsourcing); dan (10) bentuk kemitraan lainnya.

Pola kemitraan tersebut dijabarkan dengan jelas sebagai berikut. Kemitraan DUDI dengan UKM yang disebutkan merupakan kemitraan yang berorientasi pada manfaat ekonomi. Beberapa pola kemitraan dapat diadopsi sebagai pola kemitraan antara SMK dengan DUDI misalnya:

  1. pola inti-plasma, DUDI sebagai inti dan SMK sebagai plasma. Pola ini tepat dilakukan oleh SMK bidang keahlian Agrobisnis Hasil Pertanian, Perikanan, Kelautan. Inti memiliki perusahaan pengolahan hasil pertanian, plasma memiliki lahan. Plasma mendapat bantuan modal untuk mengelola lahan dengan perjanjian hasil panennya dijual ke perusahaan inti.
  2. pola waralaba misalnya DUDI yang sudah memiliki brand (merek) terkenal memberi waralaba kepada SMK untuk memperluas usahanya. Jenis waralaba yang sering dijual misalnya waralaba bidang makanan seperti bebek goreng, kebab turki, ayam penyet yang dapat dilakukan oleh SMK bidang keahlian Tata Boga, dsb.
  3. pola perdagangan umum dapat dilakukan dengan cara SMK sebagai pemasok barang, memproduksi barang atau jasa bagi mitra dagangnya. Barang-barang yang dapat diproduksi SMK misalnya makanan, minuman, benda kerajinan, hasil-hasil pertanian, spare part, yang dapat dilakukan oleh SMK bidang keahlian: Teknik Mesin, Desain dan Produksi Kria, Agribisnis, dan Tata Niaga, dll;
  4. pola kerjasama operasional dilakukan dengan cara DUDI melibatkan beberapa pekerjaan proyek yang sifatnya sementara sampai dengan pekerjaan selesai misalnya proyek pemetaan lahan, proyek pembangunan masyarakat desa yang sebagian dilakukan oleh SMK bidang keahlian Teknik Bangunan dan Teknik Survei dan Pemetaan
  5. kemitraan pola penyumberluaran dijalankan pada bidang dan jenis usaha yang bukan merupakan pekerjaan pokok dan/atau bukan komponen pokok DUDI. SMK dapat sebagai penyedia dan pelaksana jasa pekerjaan.
  6. joint enterprise atau kerja sama penanaman modal dengan membentuk badan hukum baru misalnya usaha penyewaan gedung, hotel, Lembaga Pelatihan Keterampilan (LPK). DUDI membangunkan fasilitas usaha yang akan dikelola bersama.

Model kemitraan DUDI dengan SMK atau lembaga pendidikan lebih berorientasi pada manfaat akademis. Kemitraan pada umumnya dilakukan untuk transfer teknologi jasa dan produksi, transfer pengetahuan/ keterampilan dan transfer teknologi pembelajaran. Beberapa pola kemitraan antara SMK dengan DUDI yang memberi manfaat akademis antara lain: training model. Pelatihan adalah proses mengajar, menginformasikan, atau mendidik seseorang agar orang tersebut menjadi lebih berkualitas dalam melakukan pekerjaan mereka.

Ada tiga pendekatan pelatihan, yaitu: pendekatan tradisional (the traditional approach); pendekatan pengalaman (the experiential approach), dan pendekatan berbasis kinerja (the performance-based approach). Dalam pendekatan tradisional, staf pelatihan mendesain seluruh kegiatan pelatihan mulai dari tujuan, isi, metode pembelajaran, tugas, rencana pelajaran, motivasi, tes, dan evaluasi. Pelatihan experiential menekankan pada situasi nyata atau simulasi pekerjaan dimana peserta akan bekerja. Pelatihan berbasis kinerja atau the performance-based teacher education (PBTE), merupakan pelatihan untuk suatu tugas tertentu sampai mahir atau kompeten. Pelatihan untuk guru SMK dapat menggunakan dua pendekatan yang terakhir yaitu the experiential approach dan the performance-based approach (Rasto, 2010).

Pelatihan pegawai dapat dikategorikan menjadi dua jenis: preservice training dan inservice training. Preservice training adalah pelatihan sebelum menjadi pegawai yang dilakukan oleh lembaga formal untuk mendapatkan ijazah sebagai salah satu persyaratan menjadi pegawai. Inservice training (penataran) adalah proses pengembangan pegawai ketika pegawai sedang memegang jabatan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja pada pekerjaan yang sedang menjadi tanggungjawabnya.

Penataran (inservice training) dapat dikategorikan menjadi lima jenis: (1) induction or orientation training, (2) foundation training, (3) on-the-job training, (4) refresher or maintenance training, and (5) career development training. Semua jenis pelatihan dibutuhkan untuk pengembangan pegawai, supaya pegawai dapat bekerja lebih profesional. Kemitraan guru SMK dengan DUDI dilakukan dengan model on- the-job training yaitu pelatihan dalam jabatan (ad hoc) yang dijadwalkan secara rutin dengan sistem pelatihan dan kunjungan (the training and visit T & V). OJT disediakan oleh atasan langsung atau praktisi ahli untuk karyawannya. Pelatihan ini umumnya berorientasi pada teknologi yaitu untuk mencoba keterampilan dan pengetahuan baru yang sedang berkembang. Atasan langsung atau praktisi ahli dari masing-masing departemen ikut berperan dalam memberikan on-the-job training kepada staf saat melakukan aktivitas sehari-hari (Dessler, 2005: 273).

Pola kemitraan SMK dengan DUDI dapat mengintegrasikan manfaat akademis dan ekonomis dengan model pelatihan terintegrasi. Industri dan SMK memiliki sumberdaya yang sama yaitu pengetahuan, keahlian dan sumber-sumber. Jika keduanya diintegrasikan, maka diperoleh model pelatihan yang relevan, efektif, berbasis kompetensi, penyampaian fleksibel, penggunaan sumber-sumber lebih efektif dan diakui oleh pemerintah. Dalam model ini, SMK dan DUDI dapat mendirikan LPK (Lembaga Pelatihan Keterampilan), kelas industri di SMK, atau community college. Oleh karena itu, kemitraan SMK dan DUDI perlu di redesign, selama ini pelaksanaan kemitraan hanya terbatas pada penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding) untuk Praktek Kerja Industri (Prakerin). Kegiatan program kemitraan belum ditindak- lanjuti dengan program magang yang menitikberatkan pada keterampilan kerja dengan teknologi peralatan yang canggih.

Multyaningsih, dkk (2014) menyatakan bahwa kompetensi keahlian lulusan SMK sering mengalami kesenjangan dengan kompetensi keahlian yang dibutuhkan oleh dunia kerja sehingga daya serap lulusan SMK di dunia kerja masih relatif rendah (misallocation of human resources). Helmy (2014) manfaat utama yang dirasakan oleh penyedia layanan pendidikan dan pelatihan kejuruan (VET) dalam kemitraan dengan industri adalah menghasilkan pendapatan untuk pengembangan institusi dan mendapatkan kepercayaan dari mitra industri. Pengembangan ini termasuk perbaikan fasilitas, peningkatan staf dan keterampilan guru, dan memberikan siswa kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak pengetahuan dan pengalaman dalam industri.

Uraian tersebut, menjadi dasar yang kuat dalam mengkaji melalui bahan ajar tentang kemitraan melalui model kemitraan antara SMK dan DUDI dengan memperhatikan analisis kebutuhan dan permasalahan program kemitraan. Selain itu, buku ajar ini memberikan pemahaman tentang beberapa model kemitraan sebagai pembanding dan masukan untuk mendesain model kemitraan SMK dengan DUDI. Hal ini dilakukan agar alur tahapan kemitraan SMK dan DUDI terstruktur secara sistematis. Selanjutnya Maskan & Suparlan (2011) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa: (1) Peranan DUDI berpengaruh secara positif dan signifikan dengan koefisien sebesar 0,544; dan (2) Peranan DUDI, pelaksanaan PSG (Pendidikan Sistem Ganda) dan karakteristik siswa SMK berpengaruh terhadap daya adaptif kerja siswa SMK secara positif dan signifikan dengan koefisien faktornya masing-masing sebesar 0,202; 0,318 dan 0,333.

Selanjutnya hasil penelitian Ixtiarto & Sutrisno (2016) yang memberikan gambaran keterkaitan sekolah dan DUDI. Demikian pula hasil penelitian Rasto (2015) yang menggambarkan framework pengembangan kemitraan, sedang Helmy (2014) mengilustrasikan strategi kemitraan yang dirancang oleh Lendrum (2003) dan diadopsi kembali oleh Callan & Ashworth (2004, p. 23). Menurut Rasto (2015) Framework tersebut terdiri atas tujuh komponen, yaitu: (1) Kebutuhan sekolah akan mutu pembelajaran bagi siswa; (2) Komite sekolah; (3) Kebutuhan dunia usaha dan dunia industri akan tenaga kerja yang bermutu; (4) Landasan yuridis formal; (5) Nota kesepahaman; (6) Aktivitas kemitraan; dan (7) Prinsip-prinsip kemitraan. Masing-masing komponen tersebut merupakan suatu sistem yang keterkaitan memberikan peran yang sangat penting dalam menumbuhkan jalinan kemitraan yang efektif dan saling menguntungkan, saling memperkuat, saling memerlukan, kesamaan perhatian, keterbukaan, dan kesamaan komitmen.

Pengembangan Model kemitraan SMK dengan DUDI dapat menjembatani kompetensi yang dihasilkan dan diharapkan stakeholder. Pedoman model kemitraan ini memiliki program-program yang dapat dikembangkan. Program ini bukan hanya untuk kegiatan prakerin tetapi lebih utama meningkatkan kompetensi guru dalam on the job training. Agar program berjalan lancar dan berhasil lebih efektif untuk meningkatkan kompetensi peserta didik dan guru SMK maka diperlukan tahapan dan materi pelaksanaan program. Dengan buku materi ini diharapkan ada titik temu atau kesepahaman antara perancang dengan pelaksananya. Sasaran Model kemitraan SMK dengan DUDI dapat menghasilkan program yang mampu meningkatkan dan melaksanakan program serta mewujudkan tujuan program dengan tepat.