Diperbarui tanggal 31/05/2022

Pola Asuh Demokratis Orang Tua

kategori Pendidikan Anak Usia Dini / tanggal diterbitkan 31 Mei 2022 / dikunjungi: 13.87rb kali

Pengertian Pola Asuh Demokratis Orang Tua

Diana Baumrind (dalam Mulyani, 2018: 87) mengatakan bahwa pola asuh orang tua demokratis merupakan bentuk pola asuh yang mendorong anak untuk menjadi mandiri, tetapi masih menempatkan pada batasan dan kontrol atas tindakan mereka. Anak-anak yang orangtuanya menerapkan pola asuh demokratis sering gembira, terkendali dan mandiri serta berorientasi pada prestasi. Apriastuti (2013:4) berpendapat bahwa pola asuh orang tua demokratis merupakan bentuk pengasuhan orang tua yang memberikan perhatian penuh terhadap anak dan pola asuh ini diharapkan dapat menghasilkan anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan koperatif terhadap orang-orang lain.

Pola Asuh Demokratis adalah pengasuhan yang memberikan tuntutan kepada anak sekaligus responsif terhadap kemauan dan kehendak anak. Orang tua yang demokratis akan bersikap asertif, yaitu membiarkan anak untuk memilih apa yang menurutnya baik, mendorong anak untuk bertanggung jawab atas pilihannya, tetapi masih menetapkan standar dan batasan yang jelas pada anak serta selalu mengawasinya (Suskandeni,dkk 2017:110). Kemudian menurut Muhadi (2015:5) pola asuh demokratis merupakan pola pengasuhan dimana orang tua mendorong anak untuk menjadi mandiri, tetapi tetap memberikan batasanbatasan atau aturan serta mengontrol perilaku anak. Orang tua bersikap hangat, mengasuh dengan penuh kasih sayang serta penuh perhatian. Orang tua juga memberikan ruang kepada anak untuk membicarakan apa yang mereka inginkan atau harapkan dari orangtuanya.

Menurut Baumrind (dalam Fati, 2011:54) berpendapat bahwa Pola Asuh Demokratis adalah pola asuh yang memiliki ciri khas berupa kerjasama antara orang tua dengan anak berjalan dengan baik dan eksistensi anak diakui oleh orang tua. Kebebasan bereksperimen diberikan pada anak dengan tetap berada di bawah pengawasan orang tua.

Dari beberapa pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua demokratis (otoritatif) merupakan bentuk pola orang tua yang hangat terhadap anak dan pada pola asuh ini segala kepentingan anak menjadi perhatian utama orang tua tetapi masih tetap berada pada kontrol sesuai dengan masa perkembangan anak. Pola asuh demokratis orang tua akan menghasilkan anak yang memiliki karakteristik yang mandiri, memiliki kontrol diri yang baik, memiliki hubungan yang baik dengan orang lain serta anak akan tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab.

Indikator Pola Asuh Orang Tua Demokratis

Baumrind (dalam Tridonanto, 2014) mengatakan bahwa indikator pola asuh demokratis ada 3 yaitu:

  1. Adanya kebebebasan yang terkendali
    Disini yang di maksud dengan adanya kebebesan terkendali adalah dimana anak di berikan orangtua kebebasan, misalnya dalam memilih mainan kesukaannya, orangtua memberi kebebasan kepada anak, tetapi dalam hal sewajarnya, orangtua mendengarkan dan mempertimbangkan pendapat anak dan mengajarkan anak untuk meminta izin jika hendak melakukan sesuatu.
  2. Adanya pengarahan dari orangtua
    Yang di maksud dengan adanya pengarahan dari orang tua disini adalah orangtua mendengarkan pendapat anak, tapi jika anak salah dalam suatu hal orangtua lah yang meluruskannya dan memberikan arahan agar anak terbiasa melakukan hal yang baik, misalnya orangtua membiasakan bertanya tentang yang di lakukan anak setiap hari dan contoh lainnya memberikan penjelasan tentang perbuatan yang baik dan mendukung bagi anak.
  3. Adanya peraturan dan perhatian
    Adanya bimbingan dan perhatian dari orangtua dalam ini adalah orangtua selalu menjadi motivator bagi anak-anak nya dan selalu memperhatikan kebutuhan yang di butuhkan oleh anaknya, misalnya orangtua selalu memberikan pujian kepadanya jika anak melakukan hal-hal yang baik, menolong teman misalnya, orangtua juga selalu memberikan teguran kepada anaknya jika anaknya melakukan kesalahan atau berprilaku buruk, selalu mengajarkan anak untuk berbagi antar sesama.

Ciri-ciri Pola Asuh Orangtua Demokratis

Menurut Hurlock (dalam Rahman, 2008:77) pola asuh demokratis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Orang tua yang hangat, ditandai dengan adanya pemberian perhatian penuh, kasih sayang dan kesediaan untung terus-menerus memberikan bimbingan dan arahan kepada anak
  2. Memiliki peraturan dan disiplin, yang ditandai dengan orang tua menetapkan batasan yang jelas tanpa kaku dengan kegiatan anak, penetapan aturan secara konsisten, melatih kemandirian dan tanggung jawab
  3. Orang tua menjadi model bagi anaknya, yakni orangtua memberikan contoh yang baik terhadap anak. Selain memberikan pengarahan kepada anak, orang tua juga berperan memperagakan hal-hal yang anak butuhkan dan hal-hal yang belum dipahami oleh anak sehingga anak mampu melihat dan melakukan apa yang dilakukan oleh orang tuanya.
  4. Adanya pemberian hadiah dan hukuman, yakni orang tua memberikan respon positif terhadap prestasi anak, sebaliknya memberikan hukuman terhadap kesalahan anak.

Baumrind berpendapat bahwa pola asuh demokratis juga bercirikan adanya kesamaan hak, anak dilatih untuk bertanggung jawab atas sikap dan perilakunya. Pola asuh demokratis akan menghasilkan anak-anak yang mandiri, memiliki kepercayaan diri, harga diri yang tinggi, hangat dan penuh kasih sayang.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat empat ciri-ciri pola asuh demokratis. Orang tua yang hangat, dimana orang tua selalu memperhatikan kebutuhan anak dan orang tua selalu bisa memberikan perhatian dan kasih sayang terhadap anak. Orang tua yang memiliki peraturan dan disiplin, dimana orang tua menerapkan peraturan dan disiplin kepada anak secara konsisten sehingga anak akan menjadi mandiri dan bertanggung jawab. Orang tua menjadi model bagi anak, orang tua menjadi model yang baik terhadap anak sehingga anak dapat meniru hal-hal yang baru. Orang tua yang melakukan penerapan hadiah dan hukuman, hadiah diberikan atas prestasi yang dimiliki oleh anak dan hukman diberikan jika anak melakukan kesalahan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh Demokratis

Orang tua belum tentu menggunakan satu pola saja, ada kemungkinan menggunakan ketiga pola sekaligus atau bergantian. Walaupun demikian, ada kecenderungan orang tua untuk lebih menyukai atau lebih sering menggunakan pola tertentu. Mufidah dan Hasbullah (2008:11) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang menjadikan orang tua memilih menggunakan pola demokratis yaitu:

  1. Ada kecenderungan usia orang tua, terutama orang tua yang masih muda cenderung untuk memilih pola sosialisasi yang demokratis dibandingkan dengan orang tua yang usianya sudah lanjut.
  2. Jenis kelamin orang tua. Pada umumnya wanita lebih mengerti tentang anak oleh karena itu lebih demokratis terhadap anak dibandingkan pria.
  3. Konsep peranan orang tua. Orang tua modern cenderung menggunakan pola demokratis dibandingkan orang tua tradisional.
  4. Jenis kelamin anak. Orang tua memperlakukan anak anak mereka sesuai dengan jenis kelaminnya kecenderungan menggunakan pola demokratis berlaku pada anak laki laki.

Penerapan Pola Asuh Demokratis

Aspriastuti (2013: 4) menyatakan bahwa pola asuh demokratis memiliki beberapa aspek dalam penerapannya, antara lain:

  1. Orang tua membuat aturan bersama dengan anak beserta keluarga lain
  2. Orang tua memprioritaskan kepentingan anak akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan anak
  3. Orang memberikan kepercayaan dan tanggung jawab penuh terhadap anak
  4. Orang tua hanya memberikan bantuan sewajarnya terhadap anak
  5. Orang tua membantu anak dalam pertumbuhannya, menjaga anak dalam batas aman, serta memuat pilihan yang tepat dan melindunginya dari situasi berbahaya secara fisik maupun emosional.

Orang tua dengan sikap demokratis menerapkan pola asuhnya dengan cara memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat dan pola asuh ini tetap menanamkan kendali yang tinggi pada anak, namun disertai dengan sikap yang demokratis. Orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya dan dibebaskan memilih apa yang disukainya (Haryono, dkk. 2018:2).

Baumrind (dalam Haryono, dkk, 2018:2) berpendapat bahwa pola asuh demokratis diterapkan orang tua dengan beroientasi pada tujuan dan cita-cita anak sehingga anak berkembang menurut keinginannya, namun tetap ada bimbingan dan pengawasan yang dilakukan secara tegas tetapi tetap tidak terlalu membatasi. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap realistis terhadap kemampuan anak dan tidak berharap yang berlebih yang melampaui kemampuan.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat didimpulkan bahwa, penerapan pola asuh demokratis ini dilakukan orang tua dengan lima cara seperti setiap peraturan yang dibuat berdasarkan musyawarah bersama, kepentingan anak diatas segalanya, tanggung jawab diberikan kepada anak terhadap dirinya sendiri,orang tua mengarahkan anak untuk hidup menurut keinginan anak sendiri tetapi masih tetap dalam kontrol orang tua dan orang tua memberikan bantuan kepada anak sewajarnya ataupun diberikan jika anak membutuhkan bantuan dan orang tua membantu anak dalam pertumbuhannya serta menjaga anak dari situasi yang berbahaya baik secara fisik maupun emosional.

Dampak Penerapan Pola Asuh Demokratis

  1. Dampak positif pola asuh demokratis
    Aspriastuti (2013:5) menyatakan bahwa dampak yang ditimbulkan dari penerapan pola asuh demokratis diataranya:
    1. Anak memiliki sifat yang mandiri
    2. Mempunyai hubungan baik dengan orang lain
    3. Mampu menghadapi stress
    4. Mempunyai minat akan hal-hal baru
    5. Dapat mengontrol diri
    6. Koperatif terhadap orang lain
    7. Bertanggung jawab
    8. Mudah dalam menyesuaikan diri, mudah bergaul, rasa sosial yang besar
    9. Emosi stabil, dapat menghargai pekerjaan dan jerih payah orang lain
    10. Dapat menerima kritik secara terbuka
    11. Mempunyai keberanian untuk berinisiatif dan kreatif
  2. Dampak negatif pola asuh demokratis
    Menurut King, 2013 (Suskandeni,dkk, 2018:105) mengatakan bahwa walaupun pola asuh demokratis lebih banyak memiliki dampak positif, namun terkadang juga dapat menimbulkan masalah apabila anak atau orangtua kurang memiliki waktu untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, diharapkan orangtua tetap meluangkan waktu untuk anak dan tetap memantau aktivitas anak. Selain itu, emosi anak yang kurang stabil juga akan menyebabkan perselisihan disaat orangtua sedang mencoba membimbing anak.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh demokratis memiliki banyak dampak positif bagi perkembangan anak namun juga memiliki dampak negatif terhadap anak. Dampak positif dari pola asuh ini adalah anak memiliki sifat yang mandiri, mempunyai hubungan baik dengan orang lain, mampu menghadapi stress, mempunyai minat akan hal-hal baru, dapat mengontrol diri, koperatif terhadap orang lain, bertanggung jawab, mudah dalam menyesuaikan diri, mudah bergaul, rasa sosial yang besar, emosi stabil, dapat menghargai pekerjaan dan jerih payah orang lain, dapat menerima kritik secara terbuka, mempunyai keberanian untuk berinisiatif dan kreatif. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari pola asuh ini adalah kurangnya waktu orang tua dengan anak dan emosi anak yang kurang stabil juga akan menyebabkan perselisihan disaat orangtua sedang mencoba membimbing anak.

Daftar Pustaka

Apriastuti Dwi, dkk. 2013. Analisis tingkat pendidikan dan pola asuh orangtua dengan perkembangan anak usia 48-60 bulan. Jurnal Ilmiah Kebidanan. 4(1): 1-13

Djamarah, Syaiful. 2014. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta

Fitri Nur. 2017. Peran orang tua dalam membentuk akhlak anak sejak dini. Indonesian journal of early childhood Islamic education. 1(2): 155-168

Haryono Emmanuel, dkk. 2018. Pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian dan kemampuan regulasi emosi anak usia dini. Jurnal pendidikan dan pembelajaran anak usia dini. 3(1): 1-9 

Kamaliah Fitri. 2014. Perbedaan pola pengasuhan anak berdasarkan tingkat pendapatan keluarga. Jurnal kesejahteraan keluarga dan pendidikan. 01(01): 46-53

Muhadi Ahmad. 2015. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Demokratis Terhadap Kemandirian Anak Di Tk EL-Hijaa Tambak Sari Surabaya. Surabaya

Rahmaniah Hana, dkk. 2014. Pola Asuh Orangtua Mempengaruhi Kejadian School Refusal Pada Anak Usia Toddler Di Paud Darul Hikmah Mojosantren Kecamatan Krian Sidoarjo. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 7(2):

Rahmat Stephanus. 2018. Pola Asuh Yang Efektif Untuk Mendidik Anak Di Era Digital. Jurnal pendidikan dan kebudayaan Missio. 10(2): 137-273

Rimm. 2003. Mendidik dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Pra Sekolah Beserta Pola Asuh Masa Kini. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum

Santi, Danar. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini Antara Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks

Santosa, Elizabeth. 2015. Raising Children In Digital Era. Jakarta: Gramedia

Suskandeni. 2017. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian Anak Usia Pra Sekolah. Lombok Barat.

Tridonanto. 2014. Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. Jakarta: Elex Media Komputerindo

Windari Era, dkk. 2017. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Anak Prasekolah Pada Ibu Yang Menikah Dini Di Wilayah Puskesmas Jabung. Journal of issues in Midwifery. 1(1): 1-18