Diperbarui tanggal 26/05/2022

Peran dan Keterlibatan Keluarga dalam Pendidikan Anak Usian Dini

kategori Pendidikan Anak Usia Dini / tanggal diterbitkan 28 April 2022 / dikunjungi: 2.64rb kali

Pengertian Peran Keluarga

Hamid Darmadi, Sulha Dan Jamalong (2018:172) menyatakan bahwa : ”Keluarga memiliki peranan utama didalam mengasuh anak, disegala norma dan etika yang berlaku didalam lingkungan masyarakat, dan budaya yang diteruskan dari orang tua kepada anaknya dari generasi ke generasi yang disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Keluarga memiliki perana penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan moral dalam keluarga perlu ditanamkan pada sejak dini pada setiap individu. Walau bagaimanpun, moral individu juga menjadi tolak ukur berhasilnya tidaknya suatu pembangunan. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat memerlukan adanya SDM yang berkualitas baik. Untuk mendapat SDM yang berkualitas baik tentunya memerlukan pendidikan baik pendidikan formal maupun informal. Pendidikan moral dalam keluarga salah satunya. Walaupun memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi rendah dalam hal moralitas, individu tidak akan berarti di mata siapapun. Pendidikan moral mulai dari sebuah keluarga yang menanamkan budi pekerti luhur dalam setiap interaksinya.

Keluarga merupakan suatu sistem sosial terkecil yang didalamnya dapat terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang masing-masing memilki peran. Anak merupakan buah dari keluarga bahagia. Anak memiliki pemikiran kritis akan banyak hal dimulai ketika ia mulai mengenal bahasa. Pendidikan moral dan kejujuran bagi seorang anak berawal dari kelaurga, melalui orang tua. Hal ini yang dapat membentuk karakter anak dimasa depan”.

Keterlibatan Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa orang tua merupakan ayah Ibu Kandung. orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ayah ibu dari anak PAUD. orang tua mempunyai tanggung jawab atas kaeluarga, tak terkecuali tanggung jawab kepada anak mereka. Ada banyak sekali tanggung jawab yang diemban orang tua tidak sebatas hanya sekedar memberi nafkah lahir berbentuk uang dan makanan saja. orang tua merupakan penerima amanah Allah, dimana orang tua diberikan karunia berupa anak.

Sebagai pengemban amanah maka orang tua hendaknya bisa bersungguhsungguh dalam mendidik anak dan mengusahakan agar mereka diberkahi Allah (Abdullah, 2008: 9). Bagi orang tua anak merupakan investasi dunia dan akhirat. Karena itu dengan suka rela orang tua melakukan berbagai hal bagi anak dengan harapan nanti anak-anaknya bisa menjadi orang sukses dan bisa membahagiakan mereka. Beberapa hal yang umumnya ditempuh orang tua dalam rangka menjadikan anak-anaknya sebagai anak yang baik menurut Sudarna (2014: 6) adalah dengan memelihara, merawat, membesarkan, menyantuni dan mendidik anak-anaknya dengan tanggung jawab tinggi dan penuh cinta kasih yang tulus juga ikhlas. Salah satu bentuk kegiatan orang tua dalam rangka menjadikan anak sebagai anak yang baik ialah melalui keterlibatannya dalam pendidikan anak. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak akan membantu orang tua untuk memahami kebutuhan anaknya.

Keterlibatan orang tua dalam pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan orang tua kepada anak dalam pendidikannya baik secara materil-non materil, baik di lembaga pendidikan maupun dilingkungan rumah sebagai usaha mengetahui kebutuhan anak dan usaha pemenuhannya untuk menunjang kesuksesan perkembangan anak. Elementary & Secondary Education (2017: 19) defines
family engagement as the participation of parents in regular, two-way and meaningful communication involving student academic learning and other school activities. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak usia dini merupakan partisipasi orang tua dalam pendidikan anak usia dini berupa komunikasi dua arah mengenai pendidikan anak usia dini, kegiatan akademik
anak dan berbagai kegiatan lain dalam pendidikan anak usia dini.

Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak usia dini bukan hanya kewajiban orang tua yang harus dipenuhi, namun juga merupakan hak dari orang tua. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Risti P (2013: 64) yang menyebutkan bahwa orang tua memiliki hak untuk terlibat dalam kelas dan orang tua berhak untuk terlibat pengambilan keputusan baik dalam kurikulum maupun administrasi sebagai upaya mengoptimalkan perkembangan anak. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak usia dini menurut Morrison (2012: 375) adalah sebuah proses dimana pihak sekolah membantu orang tua dan anggota keluarga untuk menggunakan kemampuan mereka demi kepentingan diri sendiri, anak dan program anak usia dini.

Dalam proses keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak usia dini, semua pihak haru diuntungkan baik itu anak, orang tua dan sekolah.

Manfaat Keterlibatan orang tua dalam Pendidikan Anak

Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak mempunyai manfaat yang sangat besar yang mana manfaat dari keterlibatan orang tua ini akan dirasakan oleh berbagai pihak. Dengan adanya keterlibatan orang tua maka guru dan juga pihak sekolah akan mendapat bantuan besar baik itu dari segi moril maupun materil. orang tua juga harusnya mau terlibat dalam pendidikan anak, karena
keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak akan memberi berbagai manfaat bagi orang tua itu sendiri. Salah satu contohnya adalah keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak akan membentuk interaksi positif anak dan orang tua yang akan memperat hubungan mereka. Selain itu pihak yang paling diuntungkan tentu saja adalah anak itu sendiri. Keterlibatan semua pihak dalam
pendidikannya akan memberi dukungan tersendiri yang akan meningkatkan hasil belajarnya.

Epstein (2002: 20) menyebutkan the main reason to cre- ate such partnerships is to help all youngsters succeed in school and in later life, bahwa manfaat terbesar dari keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak adalah dapat membantu kesuksesan anak di sekolah yang akan membawa pengaruh bagi kesuksesannya di masa mendatang. Henderson dalam Suyadi (2013: 160) juga mengemukakan hal serupa, menurutnya dengan adanya keterlibatan akan meningkatkan pencapaian belajar anak yang akan menguntungkan pencapaian akademik anak di masa depan.

Hornby (2011: 2) mengungkapkan parental involvement benefits for children, teachers, and parents. Menurut Hornby dengan adanya keterlibatan orang tua maka akan memberi keuntungan bagi seluruh pihak baik itu anak, orang tua dan juga guru. Selanjutnya Hornby (2011: 2) menyatakan For children, involvement of their parents is reported to lead to improvements in children’s attitudes, behavior, and attendance at school, as well as in their mental health. For teachers, effective parental involvement is reported to improve parent–teacher relationships, teacher morale, and the school climate.

For parents, involvement in their children’s educa- tion has been linked to increased parental confidence in and satisfaction with par-enting, as well as increased interest in their own education. Penjelasan Hornby diatas menyebutkan mengenai manfaat keterlibatan orang tua baik itu untuk anak, orang tua dan juga guru. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak akan memperbaiki sikap, perilaku, kehadiran di sekolah, serta dalam kesehatan mental anak.

Blinderman and Rush thought that parental involvement was especially important in order to foster proper moral development in children, which most educators of the era believed stood as the most vital component of education (Jeynes, 2011: 6). Blinderman dan Rush berfikir bahwa keterlibatan orang tua sangat penting untuk mendorong perkembangan moral yang baik pada anakanak.
Noah Webster dalam Jeynes (2011: 6) averring that parental involvement was key to maximizing a child’s development both morally and academically. Menurut Webster keterlibatan orang tua adalah kunci untuk memaksimalkan perkembangan anak baik secara moral maupun akademis.

Selain itu, Epstein (2002: 20) juga menjelaskan Partnerships can improve school programs and school cli- mate, provide family services and support, increase parents’ skills and leadership, connect families with others in the school and in the commu- nity, and help teachers with their work. Keterlibatan orang tua akan membantu dalam pelaksanaan program-program sekolah dan juga meringkankan pekerjaan guru. Keterlibatan orang tua yang akan meringankan beban guru ini diamini oleh Suyadi (2013: 159), menurutnya keterlibatan orang tua akan membangun harga diri guru di depan anak dan dengan adanya orang tua yang terlibat dalam pendidikan anak akan memudahkan guru untuk menanamkan kedisiplinan pada anak.

Keterlibatan orang tua dalam pelaksanaan program-program sekolah menurut Henderson dalam Suyadi (2013: 160) tidak hanya menguntukkan anaknya saja, namun juga gurunya dan lebih luas lagi akan menguntungkan bagi siswa lain dari ekonomi lemah. Apabila dalam sekolah terdapat anak-anak dengan kondisi ekonomi yang berbeda maka keterlibatan orang tua tentu akan menjadi bantuan tersendiri bagi keluarga tidak mampu. Dimana kegiatankegiatan yang diadakan bisa mendapat dukungan materi dari keluarga mampu tanpa membebani keuangan keluarga yang tidak mampu. Dan begitu juga, keluarga tidak mampu bisa ikut terlibat dalam menyumbangkan ide dan tenaganya demi kelangsungan kegiatan. Tak sebatas pada pelaksanaan kegiatan, penentuan biaya pendidikan yang didalamnya terdapat keterlibatan orang tua tentu akan membantu orang tua supaya tidak terbebani dengan biaya pendidikan. Keterlibatan mereka dalam penentuan biaya pendidikan akan membuat mereka bisa ikut merumuskan biaya yang tidak memberatkan orang tua. Tak bisa dipungkiri juga dengan adanya orang tua terlibat dalam penentuan besar biaya maka akan memunculkan adanya sistem subsidi silang pada sekolah anak. Hal ini tentu akan meringankan beban dari orang tua yang kurang mampu tanpa mengurangi anggaran dana untuk sekolah.

Interaksi yang dibangun antara guru dan orang tua menjadi hubungan yang saling menguntungkan, dimana guru dan orang tua bisa bertukar informasi mengenai capaian perkembangan anak sehingga bisa sama-sama mengupayakan perkembangan optimal dalam diri anak. Pendapat serupa juga dikemukakan Suyadi (2013: 159) yang menyatakan bahwa kontak antara guru dan orang tua akan menjadi jembatan komunikasi yang bermanfaat bagi tumbuh kembang anak. Komunikasi antara guru dan orang tua akan membuka terdjadinya kerja sama antara guru dan orang tua guna memberi pengalaman berarti bagi anak. Selain itu, Fridani dan Lestari (2009: 89) menjelaskan, dengan adanya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak usia dini maka guru akan terbantu dalam menjalankan pembelajaran dan sebaliknya orang tua jadi memahami kesulitan yang dialami guru dalam mengarahkan anak.

Pendekatan Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Gordon dalam Lawton (1988:289) has suggested two basic approaches to parent involvment as educators and as participants. Terdapat dua pendekatan dasar keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak adalah orang tua terlibat sebagai pendidik dan peserta. orang tua terlibat menjadi pendidik artinya orang tua menjadi guru untuk anak-anak selama di rumah. orang tua mengajari anak berbagai hal guna menunjang pembelajaran di sekolah. Pengajaran yang disampaikan orang tua tidak terlalu kaku seperti di sekolah melainkan lebih bersifat spontan. Sedangkan terlibat menjadi peserta artinya orang tua ikut terlibat dalam kegiatan anak di sekolah dan orang tua terlibat dalam organisasi sekolah seperti tergabung dalam komite sekolah.

Menurut Esther Sui-Chu Ho dan Wai-Man Kwong (2013:3), terdapat 3 tipe keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak yaitu home-based involvement, school-based involvement, and school gov-ernance. Esther Sui- Chu Ho & Wai-Man Kwong menyimpulkan bahwa, terdapat tiga tipe keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak yaitu.

  1. Keterlibatan berbasis rumah
    Keterlibatan berbasis rumah adalah adanya interaksi orang tua-anak di rumah yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja anak dan sekolah.
  2. Keterlibatan berbasis sekolah
    Keterlibatan berbasis sekolah adalah adanya interaksi orang tua dengan guru dan partisipasi orang tua dalam kegiatan sekolah.
  3. Keterlibatan orang tua dalam tata kelola sekolah.
    Keterlibatan orang tua dalam tata kelola sekolah adalah sejauh mana orang tua bersedia untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan di sekolah.
  4. Model Keterlibatan orang tua dalam Pendidikan Anak
    Model keterlibatan orang tua menuru Hornby (2011: 33) menjadi dua yaitu, model parental contributions dan model parental needs. Parental contributions terdiri dari policy formation, acting as a resource, collaborating with teacher, sharing information on children. Sedangkan Parental needs terdiri dari channels of communication, liaison with school staff, parent education, parent support.
    1. Parental Contributions
      1. Policy formation
        Orang tua bisa berkontribusi dalam pengambilan kebijakan sekolah. Salah satu cara yang bisa mewadahi orang tua untuk terlibat dalam pengambilan kebijakan sekolah adalah dengan bergabung menjadi anggota komite sekolah. Untuk PAUD swasta, orang tua bisa tergabung menjadi pengelola yayasan, baik itu anggota atau menduduki jabatan lebih tinggi dari itu.
      2. Acting as a Resource
        Orang tua bertindak sebagai penyedia sumber daya sebagai model keterlibatannya dalam pendidikan anak usia dini. Hal ini karena orang tua mempunyai kemampuan untuk membantu guru secara sukarela. Bantuan orang tua bisa dilakukan di dalam kelas yaitu membantu mempersiapkan bahan ajar yang dibutuhkan atau di luar kelas misalnya membantu menggalang dana guna renovasi sekolah atau menggalang dana guna mensukseskan acara sekolah.
      3. Collaborating with Teachers
        Orang tua diharapkan bisa berkolaborasi dengan guru untuk memperkuat program sekolah dalam kegiatan orang tua dan anak di rumah. Salah satu contohnya adalah program gerakan nasional orang tua membacakan buku. orang tua hendaknya bisa membantu anak untuk menyukai kegiatan membaca dimulai dengan orang tua meluangkan waktu untuk membacakan buku pada anak.
      4. Sharing Information on Children
        Orang tua diharapkan bisa berbagi informasi seputar anak kepada guru. Pemberian informasi tentang anak berupa informasi tentang kesukaan dan ketidaksukaan anak-anak, kekuatan dan kelemahan, bersama dengan rincian medis yang relevan, dapat dikumpulkan oleh para guru di pertemuan orang tua-guru. Hal ini bisa menjadi dasar bagi guru dan sekolah guna mengembangkan program untuk mengoptimalisasi perkembangan anak.
    2. Parental Needs
      1. Channels of Communication
        Semua orang tua membutuhkan jalur komunikasi yang efeketif dengan guru. Mereka ingin tahu kapan anak mengalami kesulitan dan bagaimana cara mengatasinya. Untuk itu sekolah harus memfasilitasi jalur komunikasi yang baik antara orang tua dan guru, baik itu komunikasi lisan maupun tertulis, baik itu komunikasi dengan bertatap muka langsung ataupun melalui jalur telepon atau pesan singkat.
      2. Liaison with School Staff
        Kebanyakan orang tua ingin tahu apa yang anak mereka dapat di sekolah. Baik itu capaian perkembangan yang baik dan juga kesulitan yang dialami anak. Untuk memenuhi keinginan itu maka orang tua perlu bekerja sama dengan staff sekolah. Dalam hal ini staf sekolah yang dimaksud adalah guru, sebab guru dianggap menjagi staf sekolah yang paling mengerti keadaan anak selama di sekolah.
      3. Parent education
        Pendidikan orang tua adalah kondisi dimana orang tua berusaha untuk mencari pengetahuan seputar pengasuhan dan perkembangan anak. orang tua bisa bekerjasama dengan orang tua lainnya untuk menggelar lokakarya atau seminar dengan mengundang pemateri yang akan menambah pengetahuan mereka mengenai tugas ke orang tuaan dan tumbuh kembang anak.
      4. Parent support
        Orang tua sangat membutuhkan dukungan dalam memecahkan masalah tumbuh-kembang anak. Sebagaian orang tua membutuhkan dukungan melalui kegiatan konseling dengan konselor. Namun, terkadang terdapat keengganan orang tua untuk berkonsultasi dengan konselor professional. Untuk itu, guru hendaknya bisa menjadi fasilitator antara orang tua dan konselor supaya orang tua bisa memecahkan masalah sehari-hari.

Bentuk Keterlibatan orang tua dalam Pembelajaran Anak Usia Dini

Penelitian Risti P (2013: 62-63) juga menemukan beberapa bentuk kegiatan yang melibatkan orang tua dalam pembelajaran anak usia dini, yaitu.

  1. Penerimaan laporan kemajuan.
    Menerima laporan kemajuan anak menjadi salah satu bentuk keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak usia dini. Penerimaan laporan kemajuan anak ini biasa diterima orang tua satu kali tiap akhir semester yang di dalamnya berisi mengenai laporan perkembangan anak selama enam bulan. Gambaran umum mengenai perkembangan anak dijelaskan terlebih dahulu oleh guru kepada orang tua, setelah itu disediakan waktu konsultasi bagi orang tua yang membutuhkan detail rinci mengenai perkembangan anak. Dengan menerima laporan kemajuan anak, orang tua akan mengetahui sejauh mana anak mereka sudah berkembang. Hal ini tentu akan memudahkan orang tua dalam memantau perkembangan anak. Selain itu apabila perkembangan anak dirasa belum optimal orang tua bisa melakukan konsultasi pribadi dengan guru untuk mengetahui penyebab perkembangan anak belum optimal. Dalam konsultasi pribadi, orang tua juga bisa mendiskusikan hal-hal yang bisa dilakukan guna menunjang perkembangan anak. Hal ini tentu akan membawa dampak positif bagi perkembangan anak, karena orang tua senantiasa memantau perkembangan anak dan mengusahakan agar perkembangan anak menjadi optimal.
  2. Kegiatan Luar Sekolah
    Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak usia dini tidak sebatas di sekolah saja namun juga mencakup kegiatan di luar sekolah. Kegiatan luar sekolah seperti yang dikemukakan Risti P (2013: 63) ini berbentuk lomba, field trip dan kegiatan luar sekolah lainnya. Dalam kegiatan luar sekolah, orang tua berperan sebagai panitia penyelenggara dan juga pendamping bagi anak. Keterlibatan orang tua dalam kegiatan anak akan mendekatkan hubungan antara orang tua, anak dan lembaga pendidikan ( Latif, Zukhairina, Zubaidah, Afandi , 2013: 265).
  3. Parenting
    Bentuk kegiatan dari keterlibatan orang tua yang selanjutnya yaitu parenting. Parenting umumnya diadakan sekali dalam setahun oleh sekolah. Dalam kegiatan ini, sekolah akan mengundang seluruh wali murid untuk membahas tema-tema menarik terkait dengan perkembangan anak. Umumnya parenting hanya melibatkan orang tua dan juga guru dalam berdiskusi. Namun untuk sekolah-sekolah dengan keuangan yang baik maka pihak sekolah mengundang pemateri yang menjadi pakar dari bidang yang sedang di bahas.

    Contoh tema yang diangkat misalnya mengenai fenomena calistung pada anak usia dini, maka sekolah bisa mendatangkan pemateri dari dinas pendidikan, dosen PG-PAUD, psikolog dan sebagainya tergantung dari situasi dan kondisi sekolah. Kegiatan parenting ini akan menyajikan materi-materi seputar dunia anak yang sangat bermanfaat bagi orang tua dan juga anak. Parenting akan menambah informasi seputar dunia anak beserta masalah dan penanganan yang tepat pada kasus-kasus yang dialami orang tua dan anak.
  4. Partisipasi dalam kegiatan sekolah
    Selain dalam kegiatan di luar sekolah, bentuk keterlibatan orang tua juga bisa diwujudkan melalui partisipasi orang tua dalam kegiatan sekolah. Kegiatan sekolah disini tidak hanya mencakup urusan belajar-mengajar saja namun lebih luas pada pagelaran yang diadakan sekolah dimana anak yang akan melakukan pementasan. Dalam pementasan tentu akan dibutuhkan banyak persiapan. Disinilah orang tua bisa berperan. Guru akan membantu anak untuk berlatih sebelum diadakan pementasan. Sementara orang tua akan membantu dalam penyediaan sarana-prasarana yang menunjang pementasan. Selain itu orang tua juga sebagai penonton dari pementasan yang akan dilakukan.
  5. Pendampingan orang tua di Rumah
    Tidak hanya pada kegiatan di dalam dan juga di luar sekolah, orang tua bisa terlibat dalam pendidikan anak usia dini melalui kegiatan pendampingan yang dilakukan orang tua pada anak di rumah. Salah satu bentuk kegiatan dari penampingan orang tua ini seperti yang diungkapkan Risti P (2013) yaitu orang tua mendampingi dan membantu anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah yang didapat dari sekolah. Kegiatan seperti ini merupakan kegiatan yang umum dilakukan orang tua sebagai bentuk pendampingan orang tua di rumah. Bentuk pendampingan orang tua sebenarnya tidak sebatas membantu anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah semata. Namun lebih dari itu orang tua hendaknya benar-benar melakukan pendampingan pada anak. orang tua diharapkan bisa memberikan waktu luang bagi anak untuk menemani anak melakukan berbagai kegiatan di rumah. Dengan memberikan banyak waktu bagi anak, orang tua bisa mengajak anak berinteraksi. Interaksi tersebut akan membuat adanya keterbukaan anak pada orang tua. Sehingga apabila terjadi masalah orang tua bisa langsung mengetahui dan bisa cepat mengatasinya.

Faktor yang Mempengaruhi Keterlibatan orang tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Hornby (2011: 11) say’s These barriers to the establishment of effective parental involvement in education is individual parent and family barriers, child factors, parent–teacher factors, sosial factors.

  1. Individual parent and family barriers (Faktor internal orang tua dan keluarga)
    1. Parents’ beliefs about parental invo-lvement yaitu keyakinan orang tua tentang pentingnya mereka terlibat dalam pendidikan anak. Keyakinan orang tua tentang seberapa penting keterlibatan mereka dalam pendidikan anak akan membawa pengaruh bagi seberapa aktif mereka akan terlibat pada pendidikan anak. Apabila mereka menganggap keterlibatan sebagai sesuatu yang penting maka orang tua akan aktif terlibat dalam pendidikan anak. Namun sebaliknya, jika orang tua menganggap keterlibatan mereka dalam pendidikan anak tidak membawa dampak yang baik maka mereka akan enggan untuk terlibat dalam pendidikan anak.
    2. Parents’ perceptions of invitations for involvement.
      Persepsi orang tua tentang undangan keterlibatan mereka pada pendidikan anak akan tergantung bagaimana sikap guru. Hoover- Dempsey & Sandler dalam Hornby (2011: 13) menjelaskan When parents think that parental involvement is not valued by teachers or schools, they are less likely to get involved. orang tua akan terlibat aktif dalam pendidikan anak apabila mereka mendapat penghargaan yang baik dari guru dan pihak sekolah lainnya. Lain halnya apabila guru terkesan tak acuh akan kehadiran mereka maka orang tua juga akan enggan terlibat dalam pendidikan anak.
    3. Differences in class, ethnicity, and gender may play a role in determining the degree to which parents are involved with schools.
      Adanya perbedaan kelas, suku budaya dan gender antara orang tua anak akan mempengaruhi sejauh mana masing-masing orang tua terlibat dalam pendidikan anak. Hal ini terjadi karena perbedaan kelas, suku budaya dan gender akan menentukan pengalaman dan pengetahuan orang tua tentang keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak usia dini.
  2. Child factors (faktor anak)
    Child factors are addressed focusing on age, learning difficulties and disabilities, gifts and talents, and behav- ioral problems. Kondisi anak yang mempengaruhi keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak meliputi umur, kesulitan belajar dan cacat, bakat, dan prilaku belajar dan masalah moral. Semakin bertambah usia anak memiliki kecenderungan keterlibatan orang tua semakin berkurang dalam pendidikan anak. Apabila anak mempunyai kesulitan belajar orang tua akan lebih terlibat aktif dalam pendidikan anak begitu juga apabila anak memiliki kemampuan belajar yang tinggi orang tua tentu akan memberikan yang terbaik untuk lebih mengoptimalkannya. Lain halnya apabila anak tergolong memiliki kemampuan biasa saja orang tua cenderung enggan terlibat dalam pendidikan anak. Anak-anak yang bermasalah dalam perilaku belajar dan juga moral tentunya mendapat perhatian khusus dari orang tua hal ini tentunya akan membuat orang tua lebih terlibat dalam pendidikan anak.
  3. Parent–teacher factors (faktor guru-orang tua)
    Parent–teacher factors are discussed, focusing on differing agendas, attitudes, and language used. Faktor orang tua-guru yang mempengaruhi keterlibatan orang tua meliputi perbedaan agenda, sikap, dan bahasa yang digunakan. Kesibukan orang tua setringkali menjadi penyebab orang tua tidak bisa mengikuti agenda yang diadakan sekolah. Selain itu keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak bisa saja terhambat dengan adanya ketidakselarasan pendapat antara orang tua dan juga guru mengenai hal-hal yang menyangkut anak dan pendidikan. Ketidakselarasan ini umumnya hanya berupa kesalahpahaman semata.
  4. Sosial factors (faktor sosial)
    Societal factors are elaborated on, including historical and demographic issues, political issues, and economic issues. Keberadaan faktor sejarah dan demografis orang tua, faktor politik dan juga ekonomi orang tua akan berdampak bagi keterlibatan mereka dalam pendidikan anak. Faktor sejarah orang tua yang bisa mempengaruhi keterlibatan orang tua adalah pengetahuan orang tua mengenai bentuk keterlibatan yang bisa mereka lakukan dalam pendidikan anak. Terdapat kecenderungan bahwa orang tua hanya mengetahui sebatas pembiayaan sekolah saja sebagai bentuk kegiatan yang mereka lakukan dalam keterlibatan mereka pada pendidikan anak. Sedangkan faktor demografis yang dimaksud disini ialah perubahan-perubahan yang terjadi pada orang tua. Misalnya, waktu yang sudah dihabiskan untuk bekerja yang membuat mereka tidak bisa terlibat aktif dalam pendidikan anak. Selain itu keberadaan orang tua tunggal juga menjadi faktor yang akan mempengaruhi keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak. Faktor politik yang membawa pengaruh dalam keterlibatan orang tua pada pendidikan anak ialah tentang kebijakan pemerintah terhadap keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak. Pengaruh yang besar juga diberikan oleh keadaan ekonomi. Keadaan ekonomi yang baik akan membantu terselenggaranya berbagai bentuk kegiatan yang melibatkan orang tua didalamnya.

Sedangkan menurut Amini (2015: 12) keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak usia dini dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Faktor-faktor itu yaitu tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan orang tua dan pekerjaan orang tua.

  1. Pendidikan orang tua
    Hasil penelitian Amini (2015: 16) menunjukkan jika keterlibatan orang tua sudah cukup bagus dan dari data diperoleh bahwa partisipannya ialah orang tua yang berpendidikan SMA dan juga sarjana. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi menjadikan orang tua memiliki minat yang tinggi dalam keterlibatan mendidik dan mengasuh anak. Pendapat ini didukung oleh pendapat Morrison dan Menon dalam (2015: 67) yang menyatakan bahwa pendidikan orang tua merupakan salah satu bagian dari konteks hidup orang tua yang akan mempengaruhi keterlibatan orang tua. Pendidikan tinggi yang dimiliki orang tua menjadikan orang tua mempunyai pengalaman yang lebih dibidang pendidikan. Selain itu pendidikan yang tinggi menjadikan orang tua mempunyai pengetahuan yang cukup baik dibidang pendidikan. Selain itu, pendidikan orang tua yang tinggi akan menjadikan orang tua bisa mengakses informasi-informasi mengenai dunia pendidikan anak dari berbagai sumber. Adanya pengetahuan yang baik akan menjadikan persepsi yang baik pula pada keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak usia dini.
  2. Pendapatan orang tua
    Penelitian Grolnik dkk dan Hornby & Lafaele dalam Amini (2015: 16) menemukan bahwa tingkat pendapatan orang tua membawa pengaruh bagi keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak. pendapatan orang tua yang tinggi tentu menjadikan orang tua untuk mau untuk berkontribusi dalam pendidikan anak usia dini. Hal ini karena dari segi materil orang tua bisa memenuhinya. Berbeda dengan orang tua yang memiliki pendapatan yang kurang maka akan berfikir panjang apabila ingin memberikan bantuan terkait dana untuk pendidikan anak. Selain itu orang tua berpenghasilan tinggi seringkali lebih memperhatikan perkembangan anaknya dan siap melakukan apa saja untuk menunjang perkembangan anak tak terkecuali untuk terlibat dalam pendidikan anak.
  3. Pekerjaan orang tua
    Amini (2015: 16) dalam penelitiannya menemukam bahwa orang tua memiliki cukup waktu dan cukup daya untuk bersama dengan anak dan memenuhi kewajibannya sebagai orang tua. Pekerjaan orang tua yang cenderung tetap dan tidak serabutan tentu akan menunjang adanya kebersamaan antara orang tua dan anak. orang tua bisa menetapkan waktu kapan harus bekerja dan menyisihkan waktu untuk bisa terlibat bersama anak.

Tipe Keterlibatan orang tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Epstein‘s Framework of Six Types of Involvement for Comprehensive Programs of Partnership is Parenting, Communicating, Volunteering, Learning at home, decision making, Collaborating With the Community (Epstein, 2002: 27). Ada enam tipe keterlibatan orang tua yang dikemukakan oleh Epstein yaitu Parenting (tugas ke orang tuaan), Communicating (komunikasi), Volunteering (sukarelawan), Learning at home (belajar di rumah), decision making (membuat keputusan) Collaborating With the Community (kolaborasi dengan masyarakat).

Morrison (2012: 375) menyebutkan terdapat enam tipe keterlibatan orang tua dari Epstein yang membentuk pendekatan komprehensif untuk kerja sama sekolah dan orang tua. Lebih lanjut Morrison mengungkapkan bahwa sasaran professional yang haru di raih adalah berusaha melibatkan orang tua siswa dalam semua jenis keterlibatan mereka selama tahun ajaran.

  1. Parenting (tugas ke orang tuaan)
    Epstein (2002: 27) menjelaskan yang dimaksud dengan parenting (tugas ke orang tuaan) adalah Help all families establish home environments to as student. Keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama hendaknya mampu menciptkan lingkungan yang kondusif sehingga membuat anak bisa melakukan berbagai kegiatan yang akan menunjang perkembangannya. Lingkungan yang kondusif ini serupa dengan penciptaan lingkungan belajar anak. Lingkungan belajar (Masnipal, 2013: 92) merupakan segala objek yang dapat mempengaruhi proses perkembangan anak. Artinya disini, sebagai orang tua kita sebisa mungkin harus menyediakan objek yang memberi pengaruh positif bagi perkembangan anak. Lingkungan rumah yang kondusif bagi perkembangan anak bisa berbentuk ketersediaan sarana prasana dan juga bisa berbentuk pola asuh yang diberikan orang tua kepada anak. Agar tugas ke orang tuaan bisa dijalankan dengan baik Morrison (20012: 378) mengharapkan lembaga PAUD bisa mendampingi keluarga dengan ketrampilan pengasuhan dan perawatan anak, memahami perkembangan anak, serta mengatur kondisi rumah agar mendukung anak sebagai siswa sesuai tahapan usia dan tingkatan kelas.Terdapat lima contoh kegiatan dalam tipe tugas keorang-tuaan menurut Epstein (2002: 27):
    1. suggestions home conditions that support learning at each grade level. Disini orang tua diharapkan bisa menciptakan lingkungan yang menunjang perkembangan anak sesuai tingkat perkembangannya.
    2. Workshop, videotapes, computerized phone messages on parenting and child rearing for each age and grade level. orang tua berupaya mencari berbagai informasi seputar pengasuhan anak sesuai usia dan tingkatan kelas anak melalui berbagai media yang ada.
    3. Parent education and other courses or training for parents (e.g., GED, college credit, family literacy). orang tua mencari informasi seputar pengasuhan anak melalui internet dan berbagai seminar tentang pengasuhan.
    4. Family support programs to assist families with health, nutrition, and other services Dimana orang tua memberikan nutrisi yang baik bagi anak dan memperhatikan kesehatan anak guna menunjang perkembangan anak dalam hal tempat tinggal pada masa transisi menuju prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas akan membantu orang tua untuk memahami sekolah dan juga sebaliknya.
    5. Home visits at transition points to preschool, elementary, middle, and high school; neighborhood meetings to help families understand schools and to help schools understand families. Kunjungan rumah dan pertemuan yang diadakan di lingkungan tempat tinggal pada masa transisi menuju prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas akan membantu orang tua untuk memahami sekolah dan juga sebaliknya.
  2. Communicating (komunikasi)
    Epstein (2002: 27) menjelaskan bahwa communicating is design effective forms of school-to-home and home-to-school communications about school programs qnd their children’s pogram. Keterlibatan orang tua dalam tipe komunikasi ini berupa adanya desain yang efektif dari komunikasi antara sekolah dan orang tua untuk membahas mengenai program sekolah dan juga kemajuan perkembangan anak. orang tua hendaknya bisa aktif membangun komunikasi dengan guru dalam rangka usaha untuk lebih mengenal program sekolah. Apabila orang tua sudah mengerti program sekolah maka orang tua bisa menyesuaikan kegiatan dirumah dengan program yang ada disekolah. Selain itu orang tua hendaknya rajin berkomunikasi dengan pihak sekolah guna memantau sejauh mana kemajuan anak agar orang tua bisa mendektesi terjadinya masalah sedini mungkin. Terdapat tujuh contoh kegiatan dalam tipe komunikasi menurut Epstein (2002: 27):
    1. Conferences with every parent at least once a year, with follow-ups as needed. orang tua diharapkan bisa menghadiri pertemuan antara orang tua minimal satu tahun sekali dan diadakan tindak lanjut apabila diperlukan. Melalui pertemuan yang diikuti orang tua yang akan mempertemukan seluruh orang tua yang menyekolahkan anaknya di PAUD yang sama maka
      para orang tua bisa berbagi pengalaman pengasuhan sehingga bisa berbagi seputar pemecahan masalah yang dihadapi dalam pengasuhan.
    2. Weekly or monthly folders of student work sent home for review and comments.
      Sekolah hendaknya mengirimkan map berisi hasil kerja anak ke rumah untuk ditinjau orang tua dan diberikan komentar. Sekolah bisa melaksanakannya seminggu sekali atau sebulan sekali. Dengan cara ini maka orang tua bisa terlibat lebih aktif untuk mengetahui sejauh mana perkembangan anak.
    3. Parent-student pickup of report cards, with conferences on improving grades. Orang tua diharapkan bisa menghadiri pertemuan wali murid yang diadakan minimal setahun sekali, untuk pengambilan rapor anak oleh orang tua.
    4. Regular schedule of useful notices, memos, phone calls, newsletters, and other communications.
      Kegiatan ini merupakan adanya jadwal tetap untuk melakukan komunikasi rutin antara orang tua dan guru. Perlu adanya kerja sama yang baik antara orang tua dengan guru agar kegiatan ini bisa berjalan lancar.
    5. Communicating, family’s must Clear information on choosing schools or courses, programs, and activities within schools. Hendaknya orang tua memiliki informasi yang jelas dalam memilih program dan kegiatan yang ada di sekolah. Dalam kegiatan ini orang tua diharapkan aktif mencari informasi seputar kegiatan sehingga orang tua bisa dengan mudah memantau kegiatan anak dan membantu anak untuk aktif dalam kegiatan tersebut. Pihak sekolah diharapkan bisa memberi informasi yang jelas seputar kegiatan anak di sekolah.
    6. Clear information on all school policies, programs, reforms, and transitions. orang tua hendaknya mencari kejelasan informasi mengenai kebijakan, program, reformasi dan transisi sekolah. Dalam kegiatan ini antara sekolah maupun orang tua harus sama-sama aktif dalam menggali dan member informasi seputar sekolah. Sehingga segala informasi mudah
      sampai pada kedua belah pihak yang akan memudahkan dalam pelaksanaan pendidikan anak.
  3. Volunteering (sukarelawan)
    Volunteering atau menjadi tenaga sukarela ialah orang tua bersedia menjadi tenaga sukrela di PAUD guna kelancaran tiap program dan kegiatan yang diselenggarakan di PAUD . Terdapat lima contoh kegiatan dalam tipe komunikasi menurut Epstein (2002: 27):
    1. School and classroom volunteer program to help teachers, administrators, students and other parents orang tua saling bekerja sama untuk membuat dan melaksanakan program sukarelawan untuk membantu guru, staf adminstrasi, siswa dan orang tua lainnya. Misalnya saja pada pendidikan anak usia dini ketika mencapai pada tema cita-cita orang tua bisa menjadi sukarelawan untuk menjelaskan pekerjaan masing-masing kepada siswa. Keberagaman pekerjaan yang disampaikan oleh pekerjanya secara langsung tentu akan membawa dampak lebih baik apabila hanya disampaikan oleh guru.
    2. Parent room or family center work, meetings, and resources families orang tua mendapatkan bangunan khusus di sekolah sebagai tempat untuk bertemu dengan orang tua lainnya dan membahas kegiatan sukarelawan yang akan dilakukan.
    3. Annual postcard survey to identify all available talents, times and locations of volunteers orang tua mengikuti tes bakat atau kemampuan untuk menunjang keikutsertaan sebagai sukarelawan sekolah. Selain itu orang tua juga mengisi data mengenai waktu dan lokasi yang bisa mereka sediakan untuk menjadi sukarelawan. Dengan mengetahui minat dan bakat orang tua, maka guru bisa meminta orang tua untuk menyalurkan bakat mereka dalam kegiatan bersama anak PAUD. Misalnya saja orang tua yang pandai menari akan mengajarkan anak menari, orang tua yang pandai bermain musik akan mengajari anak bermain musik atau membantu untuk bermain musik sesuai tema, untuk kegiatan extrakulikuler dan melatih untuk penampilan anak di lomba juga pentas seni sekolah dan sebagainya.
    4. Parent patrols or activities to aid safety and operation of school program orang tua mengawasi dan membantu agar program dari sekolah bisa diterapkan dengan baik. Sehingga kegiatan yang dilakukan anak bisa berjalan dengan aman dan nyaman.
  4. Learning at home (belajar di rumah)
    Orang tua perlu menyediakan waktu yang luang untuk berkumpul dengan anak untuk melakukan berbagai kegiatan menyenangkan di rumah. Menurut Masnipal (2013: 93), pertemuan rutin antara orang tua dan anak akan memberikan keuntungan bagi orang tua itu sendiri karena orang tua bisa membangun kedekatan dengan anak dan bisa memantau dan membantu proses perkembangan anak. Waktu luang yang diberikan orang tua untuk bersama anak bisa dimanfaatkan untuk belajar bersama di rumah. Learning at home is provide information and ideas to families about how to help students at home with homework and other curriculum-related activities, decisions, and planning (Epstein, 2002: 27). Belajar dirumah merupakan kegiatan dimana orang tua membantu anak untuk bisa mengerjakan pekerjaan rumah dan juga membantu anak melaksanakan berbagai kegiatan di rumah yang sesuai dengan program dari sekolah. Terdapat lima contoh kegiatan dalam tipe belajar di rumah menurut Epstein (2002: 27):
    1. Family participation in setting student goals each year and in planning for college or work
      Keluarga berpartisipasi untuk membantu anak dalam menentukan cita-cita. orang tua bisa menceritakan mengenai pekerjaan orang tua pada anak dan menunjukkan bentuk-bentuk pekerjaan yang ada disekitar anak.
    2. Regular schedule of homework that requires students to discuss and interact with families on what they are learning in class orang tua menetapkan jadwal yang teratur pada setiap harinya untuk berdiskusi dan berinteraksi dengan anak, agar anak bisa menceritakan tentang apa yang mereka pelajari di kelas.
    3. Information on how to assist students to improve skills on various class and school assessments orang tua mencari informasi tentang bagaimana membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan dan penilaian sekolah. Informasi tersebut menjadi panduan orang tua dalam melakukan kegiatan belajar di rumah dengan anak guna mengoptimalkan perkembangan anak.
    4. Information on families on skills required for students in all subjects at each grade orang tua mendapat informasi mengenai kegiatan yang ada di sekolah.
      Dengan begitu maka orang tua bisa membantu anak untuk mengembangkan ketrampilannya agar bisa mengerjakan kegiatan dengan baik.
    5. Information on homework policies and how to monitor and discuss schoolwork at home
      orang tua mendapat Informasi mengeni cara mengerjakan pekerjaan rumah dan bagaimana cara memantau dan berdiskusi seputar pekerjaan rumah anak dirumah.
  5. Decision making (Pengambilan keputusan)
    Decision making is Include parents in school decisions, developing parent leaders and representatives (Epstein, 2002: 27). Perlu dimengerti jika keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak memungkinkan orang tua untuk terlibat dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kebijakan sekolah. orang tua mempunyai hak untuk ikut menentukan berbagai keputusan sekolah seperti menentukan keputusan lokasi darma wisata dan juga mengenai keputusan iuran sekolah. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Risti P (2015: 64) yang menyatakan bahwa orang tua berhak untuk dalam pengambilan keputusan baik itu kurikulum maupun administrasi.Bentuk kegiatan dalam pengambilan keputusan menurut Epstein (2002:27) yaitu.
    1. Active PTN/PTO orother parent organizations, advisory councils, or committees for parent leadership and participation orang tua tergabung sebagai dewan penasihat, atau komite dalam sekolah.
    2. Networks to link all families with parent representatives 
      Terdapat jaringan yang menghubungkan seluruh keluarga dengan perwakilan orang tua yang tergabung sebagai dewan penasihat dan komite sekolah dalam pengambilan keputusan.
  6. Collaborating with community (kolaborasi dengan masyarakat) 
    Kerangka kerja keenam dari keterlibatan orang tua menurut Epstein yaitu collaborating with the community (kolaborasi dengan masyarakat). Epstein (2002: 27) menjelaskan dalam kolaborasi dengan masyarakat ini hendaknya orang tua identify and integrate resources and services form the community to strengthen school programs, family practices, and student learning and development. orang tua dituntut untuk memahami mengenai sumber daya manusia dan sumber daya masyarakat yang sekiranya bisa menunjang perkembangan anak. orang tua bekerja sama dengan guru dan masyarakat sekitar guna menciptakan berbagai bentuk kegiatan dan juga sarana-prasarana yang akan memperkuat program sekolah yang nantinya bisa membantu mengoptimalkan perkembangan anak. Terdapat lima contoh kegiatan tipe kolaborasi dengan masyarakat menurut Epstein (2002: 27) yaitu.
    1. Information for students and families on Community health, cultural, recreational, social support, and other programs or services orang tua mendapat informasi tentang kesehatan masyarakat, rekreasi, dukungan sosial, dan program atau layanan lain yang disediakan sekolah. Misalnya saja, orang tua mendapat informasi seputar kesehatan anak dari tenaga kesehatan yang bekerja sama dengan sekolah.
    2. Information on community activities that link to learning skills and talents, including summer programs for students
      Orang tua mendapat informasi tentang kegiatan masyarakat yang terkait dengan keterampilan dan bakat belajar, termasuk program musim panas bagi siswa. Misalnya saja orang tua mengetahui minat dan bakat anak melalui tes psikolog yang bekerja sama dengan sekolah. Bentuk lainnya adalah orang tua mendapat informasi seputar kegiatan seperti sanggar seni dan lomba-lomba yang diadakan oleh pihak luar yang bekerja sama dengan PAUD.
    3. Service to the cornmunit y by students, families, and schools (e.g., recycling, art, music, drama, and other activities for seniors or others)
      Siswa, keluarga, dan sekolah bekerjasama mengadakan kegiatan untuk masyarakat (mis, daur ulang, seni, musik, drama, dan kegiatan lain
      untuk lansia atau yang lain)
    4. Participation of alumni in school programs for students
      Terdapat partisipasi alumni sekolah untuk program yang dimiliki sekolah. Misalnya saja alumni sekolah ikut membantu kerja bakti dalam membersihkan sekolah, membuat kegiatan dan lain sebagainya.

Morrison (2012: 375) menyebutkan enam tipe keterlibatan orang tua dari Epstein membentuk pendekatan komprehensif untuk kerja sama sekolah dan orang tua. Lebih lanjut Morrison mengungkapkan bahwa sasaran professional yang harus di raih adalah berusaha melibatkan oragtua siswa dalam semua jenis keterlibatan mereka selama tahun ajaran.

Daftar Pustaka

Abdullah, Mas Udik. 2008. Children To Heaven. Yogyakarta: Pro-U Media. Amini, Mukti. 2015. Profil Keterlibatan Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Usia Tk. Vol. 10, No.1.Universitas Terbuka.

Diadha, Rahminur. 2015. Keterlibatan Orangtua dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Volume 2, Nomor 1. Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Epstein, J, L., Sanders, M.G., & Voorhis. F.L. 2002. School, Family, and Community Partnership Your Handbook for action (2nd edition). Corwin, Thousan Oaks, CA.

Fridani, Lara dan Lestari, APE. 2009. Inspiring educationPendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Hornby, Garry. 2011 Parental Involvement in Childhood Education. New York: Springer

Habibi, Muazar. 2018. Analisis Kebutuhan Aak Usia Dini Buku Ajar S1 PAUD. Yogyakarta: Deepublish

Jeynes, William H. 2011. Parental Involvement and Success. New York: Routledge

Lawton, Joseph T. 1988. Introduction To Child Care And Early Childhood Education. Amerika Serikat: Scoot Foresman & Co

Retnaningtya, Mega Silvia dan Paramitha Pramesti Pradna. 2015. Keterlibatan Orangtua Dalam Pendidikan Anak Di TK Anak Ceria (Parental Involement In Education At TK Anak Ceria) .Volume. 4, No.1. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Suryana, Dadan. 2016. Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi Dan Aspek Perkembangan Anak. Jakarta: Kencana