Diperbarui tanggal 12/06/2021

Penulisan Butir Soal

author/editor: Edi Elisa / kategori Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran / tanggal diterbitkan 12 Juni 2021 / dikunjungi: 9.71rb kali

Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian (Nitko, 1996). Banyak guru atau calon guru yang telah memiliki kemampuan yang memadai tentang bagaimana cara merumuskan tujuan pembelajaran, menentukan bahan pelajaran secara terperinci, memilih dan menentukan metodelogi mengajar, menyiapkan media dan sarana pembelajaran, tetapi masih belum memiliki kemampuan yang diharapkan dalam bidang evaluasi hasil belajar.

Oleh karena itu, kemampuan dan keterampilan melakukan evaluasi merupakan kemampuan profesional yang harus dikuasai oleh setiap guru atau calon guru. Menguasai kemampuan ini tidaklah mudah, tetapi memerlukan latihan dan pengalaman lapangan yang memadai. Kemampuan dalam bidang evaluasi, khususnya evaluasi hasil belajar bukan hanya bermanfaat dalam proses belajar mengajar, tetapi juga bermanfaat dalam rangka penelitian ilmiah, yaitu tentang bagaimana cara membuat alat ukur yang valid dan reliabel. Dalam menyusun alat ukur diperlukan beberapa langkah, yaitu: cara menyusun/menulis alat ukur serta menganalisis alat ukur sehingga menjadi alat ukur yang valid dan reliabel.

Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan pendidik sebagai sarana untuk memperoleh informasi tentang keadaan belajar peserta didik. Penggunaan berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan dengan tujuan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan peserta didik, dan jumlah materi pembelajaran yang sudah disampaikan. Pada dasarnya ada dua jenis alat ukur, alat ukur berupa tes (Maximum Performance Test) dan alat ukur non-tes (Typical Performance Test). Untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, guru dapat menggunakan kedua jenis alat ukur tersebut. Tes dapat diartikan sebagai alat atau presedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan menggunakan cara/aturan tertentu. Berarti alat berupa tes atau soal, berarti prosedur bisa berupa pelaksanaan. Testeeng adalah proses pelaksanaan tes, testee adalah peserta tes, tester adalah orang yang melakukan tes.

Ada tiga jenis tes, yaitu:

  1. Tes tulis, tes yang menuntut jawaban secara tertulis. Tes ini terdiri dari tes esai (tersetruktur, bebas, terbatas) dan tes objektif (pilihan ganda, benar salah, isian singkat, menjodohkan)
  2. Tes lisan, menuntut jawaban secara lisan (individu, kelompok), dan
  3. Tes tindakan, menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan (kinerja, penugasan/projek, produk/hasil karya).

Dalam melaksanakan analisis butir soal, para penulis soal dapat menganalisis secara kualitatif, dalam kaitan dengan isi dan bentuknya, dan kuantitatif dalam kaitan dengan ciri-ciri statistiknya (Anastasi dan Urbina, 1997). Sebelum menentukan teknik dan alat penilaian, penulis soal perlu menetapkan terlebih dahulu tujuan penilaian dan kompetensi dasar yang hendak diukur. Dengan menentukan bagian tersebut penulis soal/guru akan mengetahui tujuan penulisan soal maupun batasan-batasan materi yang disusun. Dalam evaluasi istilah ini sering disebut dengan konstruksi alat ukur. Adapun proses kontruksi alat ukur tes secara lengkap dapat dilihat pada bagan berikut ini.

Tujuan pengukuran, menentukan tujuan pengukuran sangatlah penting, karena setiap tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya tujuan tes adalah mengetahui hasil/prestasi belajar melalui tes formatif atau sumatif, tujuan untuk diagnostik, atau tujuan untuk seleksi. Dalam tes hasil belajar lingkup materi/kompetensi yang ditanyakan/diukur disesuaikan seperti untuk kuis, menanyakan materi yang lalu, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas individu/kelompok, ulangan semester, ulangan kenaikan kelas, laporan kerja praktik/laporan praktikum, ujian praktik. Sasaran ukur merupakan atribut (ciri, sifat, karakteristik) dari orang, objek, atau peristiwa. Misalnya hasil belajar (orang), tinggi (objek), berat (objek), panas (peristiwa), dingin, sikap, dll merupakan sasaran ukur. Bagi guru sasaran ukur utama adalah hasil belajar peserta didik.

Suatu alat ukur/tes untuk mengevaluasi hasil belajar disebut baik jika materi yang terkandung dalam butir-butir tes tersebut dapat mewakili seluruh materi yang telah dipelajari peserta didik. Sebaliknya, suatu tes dikatakan kurang baik bila tes tersebut hanya memuat sebagian kecil materi yang diajarkan oleh guru. Untuk menghindari hal tersebut dan untuk mendapatkan tes yang representatif perlu dilakukannya analisis rasional. Artinya dengan melakukan analisis berdasarkan pikiran logik tentang materi-materi yang akan diteskan, tujuan tes, bentuk atau tipe tes serta jenjang kognitif yang akan dicapai. Untuk jenjang kognitif bisanya yang dipakai adalah taksonomi dari Bloom yang telah direvisi. Analisis rasional ini dituangkan dalam bentuk “kisi-kisi” atau “blue print” atau “cetak biru” atau “desain” atau “rancangan” yang berisi pokok uji yang termuat dalam tes. Berikut ini diberikan contoh format kisi-kisi butir soal.

FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL

Isi pada kolom 2, 3. 4, 5, dan 6 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri, kecuali pada kolom 8. Kisi- kisi yang baik harus memenuhi persyaratan: mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat dan proporsional, komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami, dan materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya. Sedangkan untuk menentukan materi penting yang akan diukur dilakukan dengan memperhatikan kriteria:

  1. Urgensi, yaitu materi secara teoritis mutlak harus dikuasai oleh peserta didik,
  2. Kontinuitas, yaitu materi lanjutan yang merupakan pendalaman dari satu atau lebih materi yang sudah dipelajari sebelumnya,
  3. Relevansi , yaitu materi yang diperlukan untuk mempelajari atau memahami, mata pelajaran lain, dan
  4. Keterpakaian, yaitu materi yang memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam menentukan jejang kognitif yang diukur, guru dapat mengambil atau memperhatikan jenjang kognitif dari Benjamin S. Bloom yang direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2001). Jenjang ini mulai dari level kognitif 1 sampai dengan 6 (C1-C6), yaitu: Mengingat/ remember (C1), memahami/understand (C2); mengaplikasikan/apply (C3); menganalisis/analyze (C4); mengevaluasi/evaluate (C5); dan mencipta/ create (C6). Jenjang kognitif ini dicirikan oleh kata kerja operasional (KKO) yang termuat dalam indikator butir soal.

 

Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan bagian dari kegiatan penyusunan kisi-kisi. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi dasar, dan standar kompetensi. Setelah semua kolom yang terdapat pada kisi-kisi terisi penuh, dilanjutkan dengan menulis butir soal. Sebaiknya penulisan butir soal tidak dilakukan dalam satu buku/kertas sekaligus apalagi soal esai tetapi bisa dilakukan dengan membuat kartu soal. Dengan kartu soal akan sangat mudah dilakukan revisi.

Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam penyiapan bahan ulangan/ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan indikator soal yang sudah disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk obyektif dan kaidah penulisan soal uraian. Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada perilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan kelemahan satu sama lain.