Diperbarui tanggal 27/Des/2021

Pendekatan Open-Ended Problem

kategori Pendekatan Pembelajaran / tanggal diterbitkan 23 Desember 2021 / dikunjungi: 7.38rb kali

Hakekat Pendekatan open-ended

Pendekatan open-ended merupakan salah satu upaya pembaharuan dalam pendidikan yang pertama kali dilakukan oleh para ahli pendidikan di Jepang. Pendekatan open-ended sebagai suatu pendekatan yang digunakan dalam penyampaian materi pelajaran kepada siswa yang menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Pendekatan ini memberi siswa kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman dan memecahkan masalah dengan beberapa cara yang berbeda (Ningtiyas, 2013:4). Pembelajaran dengan pendekatan open-ended siswa diberi peluang untuk lebih memahami konsep pelajaran dari hasil diskusi antar siswa dengan siswa. Tujuannya adalah agar kemampuan berpikir siswa dapat berkembang secara maksimal dan kegiatan-kegiatan kreatif siswa dapat terkomunikasikan melalui proses belajar-mengajar (Ningtiyas, 2013:4).

Pendekatan open ended sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan pola pikirnya sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing. Hal ini disebabkan karena pada pendekatan open ended formulasi masalah yang digunakan adalah masalah terbuka. Masalah terbuka adalah masalah yang diformulasikan memiliki multi jawaban (banyak penyelesaian) yang benar. Pada pendekatan open ended siswa tidak hanya dituntut menemukan solusi dari masalah yang diberikan tetapi juga memberikan argumentasi tentang jawabannya serta menjelaskan bagaimana siswa bisa sampai kepada suatu jawaban (Uhti, 2013:512). Pendekatan open ended merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan pola pikirnya sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing. Hal ini disebabkan karena pada pendekan open ended formulasi masalah yang digunakan adalah masalah terbuka. Pada pendekatan open ended siswa tidak hanya dituntut menemukan solusi dari masalah yang diberikan tetapi juga memberikan argumentasi tentang jawabannya serta menjelaskan bagaimana siswa bisa sampai menjawab.

Mahmudin (Uhti, 2013:512) menyatakan bahwa aspek keterbukaan dalam soal terbuka dapat diklasifikasikan ke dalam tiga-tipe yaitu :

  1. terbuka proses penyelesaiannya, yakni soal memiliki beragam cara penyelesaian
  2. terbuka hasil akhirnya, yakni soal tersebut memiliki banyak jawaban yang benar,
  3. pengembangan lanjutannya, yakni ketika siswa telah menyelesaikan sesuatu, selanjutnya mereka dapat mengembangkan soal baru dengan mengubah syarat atau kondisi pada soal yang telah diselesaikan.

Prinsip Pembelajaran Open-Ended

Menurut Nohda (Afgani, 2010:5) pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended mengasumsikan tiga prinsip, yakni sebagai berikut:

  1. Related to the autonomy of student’ activities. If requires that we should appreciate the value of student’ activities for fear of being just noninterfering. “Terkait dengan otonomi kegiatan siswa. Guru harus menghargai nilai-nilai kegiatan siswa”.
  2. Related to evolutionary and integral nature of mathematical knowledge. Content mathematics is theoretical and systematic. Therefore, the more essential certain knowledge is, the more comprehensively it derives analogical, special, and general knowledge. “Terkait dengan hakikat terpadu dan evolusi dari pengetahuan matematika, sifatnya teoritis dan sistematis. Oleh karena itu, pengetahuan yang lebih komprehensif itu berasal dari pengetahuan analogis, khusus, dan umum”.
  3. Related to teachers’ expedient decision-making in class. In mathematics class, teachers often encounter students’ unexpected ideas. In this bout,
    teachers have an important role to give the ideas full play, and to take into account that other students can also understand real amount of the unexpected ideas. “Terkait dengan keputusan yang diambil guru di dalam kelas. Di dalam kelas seringkali guru menemukan jawaban di luar dugaan. Ini berarti guru harus berperan aktif dalam menampilkan ide siswa tersebut
    secara utuh, dan memberi kesempatan kepada siswa lainnya untuk mematuhi ide-ide yang tak terduga itu”.

Jenis Masalah yang digunakan dalam pembelajaran melalui pendekatan open-ended ini adalah masalah yang bukan rutin yang bersifat terbuka. Sedangkan dasar keterbukaanya (openness) dapat diklasifikasikan kedalam tiga tipe, yakni : Process is open, end product are open dan ways to develop are open. Prosesnya terbuka maksudnya adalah tipe soal yang diberikan mempunyai banyak cara penyelesaian yang benar. Hasil akhir yang terbuka, maksudnya tipe soal yang diberikan mempunyai jawaban benar yang banyak (multiple), sedangkan cara pengembang lanjutannya terbuka, yaitu ketika siswa telah selesai menyelesaikan masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah baru dengan mengubah kondisi dari masalah yang pertama (asli). Dengan demikian pendekatan ini menyelesaikan masalah dan juga memunculkan masalah baru (from problem to problem).

Pada pembelajaran melalui pendekatan open-ended, masalah merupakan alat pembelajaran yang utama. Untuk mengkondisikan siswa agar dapat memberikan reaksi terhadap situasi masalah yang diberikan berbentuk open-ended tidaklah mudah. Biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah non-rutin, yakni masalah yang dikontruksi sedemikian hingga siswa tidak serta merta dapat menentukan konsep pelajaran dan cara penyelesaianya. Shimada & Becker (Afgani, 2010:9) mengemukakan bahwa secara umum terdapat tiga tipe masalah yang dapat diberikan, yakni menemukan pengaitan, pengklasifikasian, dan pengukuran.

Langkah-langkah Pendekatan Open Ended 

Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan open ended dalam proses pembelajaran meliputi perkenalan masalah terbuka, memahami masalah, pemecahan masalah oleh siswa, membandingkan dan mendiskusikan, menyimpulkan oleh guru, dan opsional yakni dengan meminta siswa untuk menuliskan apa yang mereka pelajari pada hari ini. Pendekatan open ended dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:

  1. Memperkenalkan Masalah Terbuka
  2. Memahami Masalah
  3. Memecahkan masalah oleh siswa
  4. Membandingkan dan mendiskusikan
  5. Menyimpulkan oleh guru
  6. meminta siswa untuk menuliskan apa yang mereka pelajari hari ini

Pada proses pembelajaran biasanya dimulai dengan menggunakan beberapa waktu untuk memperkenalkan masalah terbuka, dan memastikan bawa siswa memahami masalahnya dan apa yang diharapkan dari mereka. Langkah selanjutnya siswa memecahkan masalah, bekerja baik secara individu maupun dalam kelompok kecil. Selama proses ini, para siswa menggambar pada cara alami mereka sendiri berpikir dalam mencari solusi. Sementara mereka melakukan itu, guru sengaja berjalan di sekitar, mengamati karya siswa, dan meminta siswa untuk menempatkan pekerjaan mereka di papan tulis agar siswa yang lain dapat melihatnya. Hal ini dalam persiapan untuk bagian selanjutnya dari pelajaran, yang akan terdiri dari membandingkan dan mendiskusikan produksi (solusi/pekerjaan) dari siswa (dan tidak selalu dari guru atau buku teks). Pada akhir pelajaran, guru merangkum pelajaran. Para siswa kemudian dapat diminta untuk menuliskan apa yang mereka pelajari sebagai cara bagi guru untuk menilai efektivitas pelajaran.

Pada pembelajaran dengan pendekatan open ended, kita tidak secara sertamerta langsung memberikan permasalahan kepada siswa di awal pertemuan, mengingat bahwa fungsi utama kita memberikan pertanyaan terbuka adalah untuk mengeksplorasi seberapa jauh siswa memahami apa yang kita ajarkan, apakah itu untuk tujuan penilaian atau untuk melengkapi apa yang dirasa siswa kurang memahami tentang hal itu.

Menurut Kahfi dalam (Khalistin dan Hidayanto, 2011:3), pada tahap guru menyajikan masalah, guru menyajikan masalah open ended yakni masalah matematika yang bersifat terbuka. Masalah Open-Ended harus medorong siswa untuk berpikir dari berbagai sudut pandang. Konteks permasalahan yang diberikan atau disajikan harus dapat dikenal baik oleh siswa, dan harus membangkitkan keingintahuan serta semangat intelektual siswa. Disamping itu juga harus kaya dengan konsep-konsep matematika yang sesuai untuk siswa berkemampuan tinggi maupun rendah dengan menggunakan berbagai strategi sesuai dengan kemampuannya.Masalah harus memiliki keterkaitan atau hubungan dengan konsepkonsep matematika yang lebih tinggi sehingga dapat memacu siswa untuk berpikir tingkat tinggi. Proses menyajikan masalah prinsipnya sama dengan pembelajaran berbasis masalah yang dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Proses ini juga membuat siswa memaknai keterkaitan materi dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, karena masalah open ended yang disajikan adalah masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya tahap dimana siswa mengeksplorasi masalah. Siswa berdiskusi secara aktif antar sesama siswa dan antara siswa dengan guru dalam mengeksplorasi masalah yang telah diberikan oleh guru. Menurut Hashimoto (Khalistin dan Hidayanto, 2011:3) pada tahap dimana siwa mengeksplorasi masalah terjadi saat seluruh siswa bekerja secara individual dalam menyelesaikan masalah yang diberikan guru di awal pembelajaran. Kemudian dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa, mereka mendiskusikan hasil pekerjaan masing-masing serta mencari solusi yang paling tepat dalam menyelesaikan masalah yang disajikan tadi.

Pada tahap guru merekam respon siswa, guru meminta siswa menulis respon terhadap masalah yang sudah disajikan dan di eksplorasi. Siswa diharapkan merespon masalah dengan berbagai cara sudut pandang. Kemampuan siswa terbatas dalam mengekpresikan ide atau pikirannya, mungkin siswa tidak akan mampu menjelaskan aktivitasnya dalam memecahkan masalah itu. Tetapi mungkin juga siswa mampu menjelaskan ide-ide matematika dengan cara yang berbeda. Setiap siswa diberi kertas kosong untuk menuliskan ide-idenya. Kertas-kertas tersebut dikumpulkan guru untuk menyiapkan kesimpulan dari respon individu. Jika guru memprediksi bahwa masalah itu di luar jangkauan kemampuan siswa, maka masalah itu harus diubah/diganti dengan masalah yang berasal dalam wilayah pemikiran siswa atau guru dapat mengarahkan sehingga siswa mampu meresponnya dengan baik, Kahfi (Khalistin dan Hidayanto, 2011:4).

Selanjutnya tahap pembahasan respon siswa secara klasikal. Menurut Kahfi (Khalistin dan Hidayanto,2011:5), setelah siswa diberi masalah, mengeksplorasi dan memberikan responnya, hasil dari diskusi tersebut di presentasikan di depan kelas. Perwakilan dari setiap kelompok siswa menyampaikan pendapatnya, atau solusi yang ditawarkan. Dan siswa yang lainnya menanggapi atau memberikan pertanyaan terkait pemecahan masalah tersebut. Dan juga guru menjadi fasilitator agar siswa berperan aktif dalam kelas, menganalisis jawaban-jawaban yang telah dikemukakan, mana yang benar dan mana yang lebih efektif serta menuju ke solusi permasalahan yang lebih tepat. Tahap terakhir yakni siswa meringkas apa yang telah dipelajari dan siswa dapat menyimpulkannya dan kemudian disempurnakan oleh guru. Menurut Kahfi (Khalistin dan Hidayanto, 2011 :5) proses yang merupakan tahap terakhir dalam pembelajaran dengan pendekatan open ended sangat dipengaruhi oleh proses-proses sebelumnya.

Keunggulan dan Kelemahan Open Ended

Pembelajaran open ended ini menurut Suherman dkk, (2003:132-133) memiliki beberapa keunggulan antara lain:

  1. Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
  2. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematik secara komprehensif.
  3. Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
  4. Siswa secara intrinsik termotovasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
  5. Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.

Disamping keunggulan, menurut Suherman dkk, (2003: 133) terdapat pula kelemahan dari open ended ini, diantaranya:

  1. Membuat dan meyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah.
  2. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaiman merespon permasalahan yang diberikan.
  3. Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka
  4. Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.