Diperbarui tanggal 13/01/2022

Nyamuk

kategori Flora dan Fauna / tanggal diterbitkan 12 Januari 2022 / dikunjungi: 10.76rb kali

Taksonomi Nyamuk

Klasifikasi nyamuk menurut Borror dan White (1970: 260) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Culicidae
Service (2012:2) menyebutkan bahwa nyamuk memiliki 3 subfamili yaitu Anophelinae (Anopheles), Culicinae dan Toxorhynchitinae (toxorhynchites), sedangkan Harbach (2016:1) menyebutkan bahwa nyamuk diklasifikasikan ke dalam dua subfamili dan 112 genus. Dua subfamili tersebut adalah subfamili Anophelinae yang terdiri atas tiga genus dan Culicinae yang terdiri atas 109 genus serta 3.549 spesies teridentifikasi di seluruh dunia. Indonesia memiliki 457 spesies nyamuk dari 18 genus yang tersebar di seluruh daerah (Connor dan Sova, 1981:457). Taviv dkk (2015:3) telah melakukan penelitian jenis nyamuk di daerah Jambi berdasarkan topografi wilayah dan diperoleh 5 genus nyamuk diantaranya Culex spp, Anopheles spp, Armigeres spp, Aedes spp, dan Mansonia spp.

Morfologi Nyamuk

Memahami tentang morfologi nyamuk merupakan hal yang sangat penting dalam mengidentifikasi nyamuk. Secara umum nyamuk memiliki ciri morfologi yang sama pada semua spesies, namun ada beberapa ciri diantaranya digunakan sebagai alat untuk proses identifikasi. Terdapat dua fase siklus hidup nyamuk yang memiliki karakter morfologi spesifik dan digunakan dalam proses identifikasi yaitu fase nyamuk dewasa dan instar ke IV pada fase larva (Eldridge, 2008:9).

Morfologi Larva Nyamuk

Struktur morfologi nyamuk dewasa dan larva sangat jauh berbeda. Larva menyesuaikan bentuk morfologinya dengan habitat hidup di air. Umumnya mengidentifikasi spesies menggunakan morfologi larva jauh lebih mudah dibandingkan dengan nyamuk dewasa. Hal ini karena pola karakteristik dari rambut (setae) yang dapat dipelajari dalam preparat di bawah mikroskop (Eldridge, 2008:6). Gambar berikut merupkan struktur morfologi larva nyamuk instar ke IV, A. Culicini B. Larva Anopheli (Andreadis, dkk, 2005:7).

larva nyamukStruktur morfologi larva nyamuk instar ke IV, A. Culicini B. Larva Anopheli (Andreadis, dkk, 2005:7)

Larva nyamuk memiliki kepala yang berkembang dengan baik. Pada kepala terdapat antenna serta sepasang mata majemuk. Larva dari beberapa spesies nyamuk memiliki mulut yang dilengkapi dengan rambut menyerupai sikat. Toraks berbentuk bulat yang dilengkapi rambut bercabang dan mencolok. Bagian perut terdiri atas sepuluh segmen dengan sembilan segmen dapat terlihat dengan jelas. Setiap segmen dilengkapi dengan rambut yang sederhana maupun bercabang. Pada bagian ujung perut terdapat percabangan yang terdiri dari stae ekor dan papilla anal yang berfungsi dalam proses osmoregulasi (Service, 2012:8-9). Gambar berikut merupakan struktur kepala larva nyamuk A. kepala larva Culicini dan B. Kepala larva Anopheli (Andreadis, dkk, 2005:

Kepala larva nyamuk

Struktur kepala larva nyamuk A. kepala larva Culicini dan B. Kepala larva Anopheli

Ujun perut lava nyamuk

Struktur ujung perut larva nyamuk dan sipon (Andreadis, dkk, 2005: 8)


Morfologi Nyamuk Dewasa

Nyamuk memiliki permukaan tubuh yang hampir keseluruhan ditutupi oleh sisik yang berwarna terang maupun gelap. Pada beberapa bagian tubuh nyamuk terdapat rambut atau seta. Morfologi nyamuk dewasa dengan larva jauh berbeda. Nyamuk dewasa memiliki morfologi yang menyesuaikan untuk terbang di udara sedangkan morfologi larva lebih menyesuaikan untuk hidup di air (Eldridge, 2008:6). Secara umum nyamuk dewasa memiliki tubuh yang terbagi atas tiga bagian yaitu kepala, torak dan perut. Pada bagian kepala nyamuk terdiri atas mulut penghisap (probosis), antena, Maxilaripalpus dan sepasang mata majemuk. Pada bagian torak hal yang paling menonjol adalah sepasang sayap bersisik, helter dan tiga pasang kaki. Bagian perut nyamuk terdiri dari ruas-ruas yang berbeda pada setiap spesies nyamuk (Rueda, 2004:11).

Morfologi nyamuk dewasa (Andreadis, dkk, 2005:37)

Kepala

Pada kepala nyamuk terdapat banyak organ yang mencolok. Hal yang paling menarik perhatian adalah sepasang mata majemuk yang besar menempati bagian paling banyak pada kepala serta antena panjang dan dilengkapi dengan rambut. Pada nyamuk jantan rambut antena jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan betina. Hal lain yang juga menjadi perhatian pada kepala nyamuk adalah terdapatnya sungut dan probosis. Pada nyamuk betina probosis jauh lebih panjang yang berguna untuk menusuk kulit hewan vetebrata saat menghisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan probosis panjang dan sedikit lebih gemuk. Hal ini berguna untuk memperoleh nektar maupun cairan lainnya dari bunga dan buah. (Eldridge, 2008:6).

Antara mata nyamuk terdapat sepasang filament dan sepasang antena yang tersegmentasi. Pada nyamuk betina antena memiliki bulu-bulu yang pendek dan jarang yang disebut pilose, sedangkan pada jantan bulu-bulu relativ lebih panjang dan lebih rapat yang disebut milose. Pada bagian bawah antena terdapat maxillaripalpus dengan ukuran yang berbeda antara jenis nyamuk yang berbeda maupun antara nyamuk jantan dan nyamuk betina. Pada nyamuk betina maxillaripalpus umumnya lebih pendek dari probosis kecuali pada genus Anopheles dan beberapa genus lainnya. Pada nyamuk jantan maxillaripalpus umumnya sama panjang atau lebih panjang dari probosis. Pada beberapa jenis maxillaripalpus jantan dilengkapi organ perpanjangan yang dilengkapi dengan rambut pada bagian unjungnya (Service, 2012: 2).

Perbedaan morfologi kepala nyamuk jantan dan betina pada sub famili Anopheline dan Culicine dewasa (WHO, 1995:8)

Toraks

Bagian toraks mendukung sepasang sayap dan sepasang organ istimewa bernama helters. Struktur ini ditemukan pada semua serangga terbang terutama dari ordo Diptera. Sayap nyamuk memiliki luas yang berbeda pada jenis nyamuk yang juga berbeda. Luas dan warna sisik sayap juga berbeda pada setiap jenisnya. Selain warna dan ukuran, pada sayap juga terdapat urat sayap yang memiliki pola yang berbeda yang juga menjadi salah satu kunci penentu jenis nyamuk (Eldridge, 2008:6)

Morfologi toraks nyamuk dilihat dari samping (Andreadis, dkk, 2005:38)

Sayap 

Sayap nyamuk berbentuk panjang dan relatif sempit. Susunan pembuluh darah pada sayap nyamuk berbeda pada beberapa jenisnya begitupun dengan pola dan skala ukurannya. Pada nyamuk jenis Toxormichites sp terdapat begian yang menjorok agak kedalam pada bagian pinggir bawah sayap sejajar dengan pola urat sayap R2+3 yang berbeda dari jenis nyamuk lainnya. Secara umum pada semua jenis nyamuk vena ditutupi oleh sisik yang biasanya berwarna coklat, hitam, putih atau krem kuning,
kadang-kadang berwarna lebih terang (Service, 2012:4).

Struktur morfologi sayap nyamuk (Andreadis, dkk, 2005:39)

Kaki

Kaki nyamuk panjang meramping yang terdiri atas beberapa bagian yaitu femur, tibia dan segmen Tarsus. Kaki nyamuk ditutupi oleh sisik berwarna coklat, hitam atau putih yang tersusun menyerupai pola atau satu warna saja. Tarsus nyamuk memiliki sepasang cakar bergigi pada bagian ujungnya. Pada beberapa genus seperti Culex memiliki sepasang puluvili berdaging di antara cakarnya (Service, 2012:4).

Perut (Abdomen)

Perut nyamuk memiliki struktur yang panjang yang dilengkapi organ reproduksi pada bagian ujungnya. Perut nyamuk terdiri dari tujuh segmen terga yang menjadi salah satu komponen penentu jenis dalam proses identifikasi. Ujung abdomen nyamuk umumnya berbetuk tumpul ataupun meruncing yang tergantung pada jenis nyamuknya baik pada nyamuk jantan maupun betina pada masing-masing jenis. Nyamuk jantan memiliki struktur organ reproduksi yang lebih komplek dan memiliki bentuk unik pada beberapa jenis nyamuk. Bagian perut juga memiliki pola sisik yang berbeda pada beberapa jenis nyamuk yang berbeda. Perbedaan pola warna sisik tersebut menjadi salah satu acuan dalam membedakan beberapa jenis nyamuk (Eldridge, 2008:6).

Nyamuk memiliki sepuluh segmen perut, namun yang terlihat hanya 7 atau 8 segmen saja. Perut nyamuk terdiri dari dua bagian yaitu bagian terga dan sterna. Pada subfamili Culicini, perut biasanya berwarna coklat, kehitaman atau putih dan tertutup oleh bagian punggung. Pada subfamili Anopheli, hampir seluruh bagian perut tidak tertutupi oleh sisik. Pada genus Armigeres pola sisik pada terga dan sternum nyamuk menjadi salah satu faktor penentu jenis dari genus tersebut. Pada nyamuk betina segmen terahir dari abdomen terdapat alat yang disebut cerci menyerupai sepasang jari kecil yang berperan dalam proses perkawinan. Pada nyamuk jantan bagian ujung abdomen dilengkapi dengan sepasang clasper menonjol yang terdiri dari organ genitalia eksternal (Service, 2012:4).

Siklus Hidup Nyamuk

Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna, memiliki empat tahapan yaitu telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa. Untuk fase telur hingga pupa merupakan fase hidup nyamuk yang membutuhkan air. Beberapa jenis hanya membutuhkan sedikit air saja seperti pada genangan air hujan, genangan air pada ketiak tanaman, kaleng bekas, dan lain sebagainya (Li, dkk, 2001:1). Kebanyakan nyamuk kawin tidak lama setelah mereka menetas dari pupa. Nyamuk jantan membuahi semua bakal telur yang terdapat pada betina sehingga nyamuk hanya melakukan satu kali proses kawin dalam hidup mereka. Setelah kawin nyamuk betina membutuhkan darah untuk memperoleh nutrisi untuk proses perkembangan telur pada ovarium. Kecepatan mencerna makanan pada nyamuk tergantung pada suhu lingkungan. Nyamuk membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari untuk mencerna makanan di daerah beriklim tropis seperti di Indonesia dan membutuhkan waktu sekitar 7-14 hari di daerah yang beriklim dingin (Service, 2012:7).

Nyamuk dapat bertelur di tanah lembap maupun di permukaan air (Ellis, 2004:5). Nyamuk betina meletakkan telurnya beberapa hari setelah menghisap darah. Cara peletakkan telur pada perindukan nyamuk berbeda-beda tergantung pada spesiesnya. Beberapa jenis meletakkannya secara tunggal seperti pada Aedes aegypty dan ada yang berbentuk rakit seperti pada Culex. Posisi berdiri nyamuk pada saat peletakan telur juga berbeda-beda yaitu dengan posisi vertical seperti pada nyamuk Aedes dan horizontal seperti pada nyamuk Anopheles (Li, dkk, 2001:1).

Selama dalam tahap larva nyamuk melewati 4 fase instar. Pada fase instar pertama nyamuk masih sangat kecil sehingga jarang data terihat dengan jelas. Setelah melewati beberapa proses instar dengan terus memperoleh makanan dari lingkungan nyamuk terus bertambah besar. Pada tahap larva nyamuk memiliki modifikasi tubuh yang memungkinkan mereka untuk dapat berenang di lingkungan perairan. Larva berenang untuk dapat memperoleh makan maupun untuk aktivitas lainnya seperti berenang kepermukaan untuk memperoleh udara di permukaan air (Ellis, 2004:5). Tahap instar larva yang keempat merupakan bagian awal dari tahap pupa. Pada tahap ini instar larva membengkokkan punggungnya hingga menyerupai koma. Tahap ini merupakan tahap transisi antara tahap larva yang hidup di air menuju tahap nyamuk dewasa yang hidup di udara. Tahap pupa berlangsung selama 24 hingga 48 jam (Jhonsen dan Rhicie, 2007:2).

Gambar 2.9 Siklus Hidup Nyamuk (Hill, dkk, 2013:2)

Pupa yang telah mengalami perkembangan yang matang berubah menjadi nyamuk dewasa. Kulit pada bagian punggung pupa mula-mula pecah dan nyamuk dewasa muda keluar dari dalam pupa. Beberapa saat nyamuk merangkak ke tempat yang terlindungi untuk mengeraskan rangka dan sayap-sayap sebelum terbang ke udara. Nyamuk dewasa kawin 3-5 hari setelah menetas dari pupa (Ellis, 2004:5).

Habitat Nyamuk

Nyamuk dapat ditemukan pada ketinggian 5.500 meter di atas permukaan laut hingga kedalaman 1.250 meter di bawah permukaan laut. Mereka tersebar hampir di seluruh belahan dunia mulai dari daerah yang beriklim tropis, subtropis dan meluas ke utara memasuki lingkaran artik dan beberapa kepulauannya. Pada daerah tropis nyamuk dapat hidup pada semua jenis dataran mulai dari dataran rendah, dataran tinggi, pesisir pantai maupun daerah rawa-rawa. Nyamuk juga dapat hidup pada darah tudra dan belahan bumi bagian utara, namun nyamuk tidak dapat hidup di daerah Antartika (Service, 2012:2).

Nyamuk cenderung berkembangbiak dengan pesat pada daerah perairan dengan kualitas air yang buruk. Tingginya kandungan organik dan nutrisi seperti amoniak dapat menjadi makanan bagi larva nyamuk. Dekomposisi bahan organik serta pembentukan amuniom dari amoniak membutuhkan oksigen yang sangat banyak sehingga mengurangi jumlah kandungan oksigen yang terlarut di perairan. Rendahnya oksigen menyebabkan angka kematian yang tinggi pada beberapa jenis ikan dan predator alami nyamuk (Walton, 2003:2). Nyamuk juga dapat bertahan hidup pada habitat perairan tercemar seperti selokan tempat pembuangan limbah rumah tangga. Meskipun larva nyamuk umumnya tidak dapat bertahan dengan baik pada limbah sabun mandi, beberapa larva dapat terus berkembang tetapi dengan kondisi pertumbuhan yang tidak sempurna. Pada habitat selokan nyamuk berkembang dengan lebih baik karena ketersediaan makanan (Sayono, dkk, 2011:19).

Daerah rawa, kubangan dan parit juga merupakan habitat yang ideal untuk perkembangbiakan nyamuk. Rata-rata habitat tersebut memiliki temperatur 26 – 27 ºC, pH 6,0-6,8 dengan kedalaman air 2,4 - 3,2 meter. Dasar perairan berupa lumpur dengan kondisi perairan yang agak tenang dan sedikit berarus. Pada habitat perindukan biasanya ditemukan beberapa jenis tanaman seperti eceng gondok, rumput-rumputan dan rumput air serta ganggang hijau (chlorophyta). Beberapa jenis pohon seperti pohon pinang, pandan hutan, sagu, karet dan tanaman hutan lainnya dapat berfungsi sebagai pelindung di habitat perindukan nyamuk (Ardias, dkk, 2012:203).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ikawati dkk (2013:36), jentik nyamuk Anopheles banyak ditemui di daerah persawahan dengan padi berusia sekitar 2 bulan. Kepadatan Anopheles mengalami penurunan pada padi berusia diatas dari 2 bulan. Beberapa jenis Anopheles yang lain seperti Anopheles balabacensis memiliki habitat yang berdekatan dengan hutan dengan kondisi tanaman yang seragam seperti perkebunan salak. Habitat perkembangbiakan nyamuk berupa air yang tertampung pada pelepah salah, genang air ditanah, telapak kaki kerbau, kolam rendaman kayu, dan mata air.

Dalam penelitian lain Gionar dkk (2001:29) menyimpulkan bahwa sumur merupakan salah satu habitat yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. Kedalaman sumur yang bervariasi hingga mencapai sekitar 15 meter tidak menjadi kendala bagi nyamuk betina meletakan telurnya. Karakteristik yang dimiliki air sumur seperti rendahnya salinitas, kandungan bahan organik, pH pada kisaran netral, tingkat kekeruhan yang rendah serta keberadaan mikroba yang menjadi makanan larva nyamuk dapat menjadi habitat yang baik untuk perkembangbiakan larva nyamuk. Walaupun kedalaman air sumur tidak mempengaruhi nyamuk untuk meletakkan telur, kepadatan populasi larva nyamuk di habitat sumur biasanya dipengaruhi oleh vaktor lain seperti keberadaan predator. Salah satu predator yang mempengaruhi keberadaan larva nyamuk adalah organisme dari genus Mesocyclops yang terdapat di dalam air sumur.

Selain faktor-faktor abiotik lingkungan, faktor biotik juga memiliki peranan penting bagi perkembangan larva nyamuk di habitatnya. Setyaningrum, dkk (2008:295) menyebutkan bahwa keberadaan tanaman air di sekitar perindukan digunakan oleh larva sebagai tempat berlindung, sedangkan hewan akuatik dapat berpotensi sebagai musuh alami (predator) yang dapat mengurangi populasi larva nyamuk di habitat perindukan. Dalam penelitian lain Ernamaiyanti dkk (2010:99) menjelaskan bahwa, keberadaan pohon pelindung seperti akasia dan sawit dapat mempengaruhi kepadatan jentik nyamuk. Adanya pepohonan di sekitar perairan dapat mempengaruhi oksigen yang dibutuhkan oleh biota air lainnya yang menjadi predator bagi larva nyamuk.

Pada ketinggian daerah yang berbeda terdapat beberapa jenis habitat nyamuk yang ditemukan seperti parit, kolam, genangan air hujan di lapangan rumput, genangan air hujan pada tapak roda, maupun bekas hutan mangrove yang telah rusak. Pada habitat tersebut umumnya ditemukan beberapa jenis tanaman ilalang, eceng gondok, genjer, bakau, rumput, lumut serta vegetasi semak yang luas. Suhu di sekitar habitat perindukan adalah sekitar 26 - 28 ºC. Salinitas air rata-rata rendah dengan pH 7. Kondisi lingkungan tersebut menyebabkan tingginya variasi jenis nyamuk yang terdapat di suatu lingkungan (Ariati, dkk, 2014:17). Pada lingkungan perkotaan nyamuk senang menempati tempat-tempat penampungan air (TPA) warga. Umumnya nyamuk menyukai tempat penampungan air yang memiliki permukaan kasar seperti fiber atau bak yang terbuat dari semen. Tempat penampungan air yang memiliki permukaan licin seperti keramik relatif kurang disukai nyamuk, karena menyulitkan nyamuk untuk meletakan telurnya di permukaan (Rosa, 2004:202).

Karena nyamuk merupakan serangga yang memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil, umumnya mereka dapat ditemukan di udara yang relatif dingin dan kelembapan tinggi. Banyak jenis nyamuk dapat hidup pada kedalaman beberapa meter di bawah permukaan tanah dan beberapa jenis hidup di kanopi hutan. Persebaran nyamuk tergantung pada ketersediaan makanannya. Semua nyamuk baik jantan atau betina memperoleh makanan dari cairan tanaman seperti nektar, sari buah maupun cairan tanaman lainnya. Hanya pada saat memproduksi telur betina terbang untuk menghisap darah hewan (Harbach, 2007:592).

Manfaat Nyamuk

Populasi jantik nyamuk ideal digunakan untuk GIS dan aplikasi pengindraan jauh karena hubungan dekat nyamuk dengan lingkungan makronya. Secara khusus, larva nyamuk memiliki tiga karakteristik ekologi berbeda yaitu 1) preferensi habitat tertentu, 2) persyaratan iklim mikro dan 3) tingginya vegetasi tanaman dan kepadatan populasi nyamuk. Hal tersebut berguna dalam membuat pemetaan distribusi maupun untuk menganalisa prediksi perkembangan penyakit tular vektor di suatu wilayah (Rajmankova, dkk, 2013:415).

Nyamuk dapat digunakan dalam penelitian forensik untuk memecahkan teka-teki kasus kejahatan. Pemanfaatan nyamuk dalam penelitian forensik didukung oleh faktor kebiasaan nyamuk yang senang berpergian dengan jarak yang cukup jauh untuk memperoleh darah. Ukuran tubuh nyamuk yang kecil juga memungkinkan untuk dapat menyelinap ke tempat-tempat kejahatan yang tertutup cukup rapat (Ibrahim dan Alaifan, 2015:16). Data hasil survei keanekaragaman nyamuk dapat digunakan sebagai parameter keparahan permasalahan penyakit tular vektor nyamuk di suatu daerah. Mengetahui keanekaragan jenis, kelimpahan serta habitat nyamuk diperlukan untuk mengetahui besarnya potensi penyebaran patogen penyakit tular vektor di suatu tempat. Dengan mengetahui potensi persebaran patogen penyebab penyakit maka upaya awal pencegahan pencegahan penyebaran patogen penyebab penyakit tular vektor dapat dilakukan (Antoneli, 2007:6).

Kerugian Nyamuk

Kebanyakan spesies nyamuk merupakan hama atau vektor patogen yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan ternak. Patogen yang ditularkan oleh nyamuk termasuk virus (jenis arbovirus), cacing seperti filaria dan protozoa. Kurang dari 150 spesies merupakan vektor arbovirus yang sebagian besar berasal dari genus Anopheles sedangkan sebagaian lain dari genus Culex, Aedes dan genus lainnya (Harbach, 2007:593).  Lehane (2005:222) menyebutkan bahwa nyamuk merupakan vektor yang menyebarkan lebih dari 200 jenis arbovirus kepada manusia dan hewan. Nyamuk Anopheles merupakan penyebar jenis arbovirus terbanyak dibandingkan dengan jenis nyamuk vektor yang lainnya. Demam berdarah dangue (DBD) merupakan penyakit endemis perkotaan di Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Penyakit DBD disebar oleh Aedes albopictus dan Aedes agypti sebagai vektor utamanya. Demam kuning merupakan penyakit zoonosis monyet yang di sebarkan oleh Aedes africanus di Afrika. Nyamuk juga menyebarkan arbovirus penyebab penyakit ensefalitis di antaranya Culiseta spp, Orchlerotatus spp, Culex spp dan Coquillettidas spp.

Peran Ekologi Nyamuk

Nyamuk merupakan serangga penting dari ordo Diptera yang dapat mengganggu manusia dan hewan. Nyamuk dapat mengirimkan organisme penyebab penyakit berbahaya. Organisme terbawa dalam air liur nyamuk yang kemudian ditularkan kepada manusia dan hewan saat menghisap darah. (Antoneli dkk, 2007:1). Nyamuk memainkan peranan penting dalam rantai makanan, terutama di
habitat hutan dan air tawar. Pada habitat air tawar, larva nyamuk merupakan sumber pakan utama bagi ikan kecil yang merupakan makanan bagi ikan berukuran lebih besar. Kebanyakan ikan merupakan makanan bagi buaya, burung, manusia maupun hewan lainnya. Beberapa jenis burung di Amerika Serikat seperti bangau kayu dan burung kuntul memakan ikan kill yang hidup di genangan air yang terdapat banyak jentik nyamuk sebagai pakannya. Keberadaan nyamuk juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan ikan bagi para nelayan dan pemancing di daerah pesisir (Rueda, 2007:485)

Faktor yang Mempengaruhi Keanekaragaman Nyamuk

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keanekaragaman jenis nyamuk di lingkungan. Beberapa faktor tersebut diantaranya sebagai berikut.

  1. Letak Geografis Wilayah
    Nyamuk yang berada di daerah kepulauan memiliki tingkat endemisitas yang tinggi jika dibandingkan dengan daerah daratan. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi daerah kepulauan yang terisolasi dari daerah lain karena dibatasi laut. Efek hambatan yang disebabkan oleh laut mencegah penyebaran nyamuk ke daerah lain. Spesies endemis yang memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi memiliki peranan penting dalam keanekaragaman, distribusi dan kelimpahan masing-masing spesiesnya (foley, dkk, 2007:505).
  2. Kondisi lingkungan
    Keberadaan nyamuk dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan populasi manusia di habitatnya. Jumlah nyamuk dengan variasi terbesar terdapat di Sri Lanka dan India. Tingginya variasi nyamuk tersebut dihubungkan dengan irigasi di desadesa yang terdapat persawahan penduduk (Sinka, dkk, 2011:18).
  3. Topografi
    Berdasarkan topografi wilayah yang berbeda terdapat beberapa jenis nyamuk yang juga berbeda nilai dominasinya. Pada daerah dataran rendah umumnya lebih didominasi oleh nyamuk dari jenis Culex, sedangkan untuk daerah dataran tinggi lebih didomiasi oleh nyamuk jenis Anopheles. Pada lingkungan yang memiliki aktivitas penduduk yang tinggi nyamuk Anopheles jauh lebih doman (Taviv, dkk, 2015:7). Pada daerah perkotaan umumnya lebih banyak ditemukan nyamuk jenis Aedes (Islamiyah, dkk, 2013:82).
  4. Temperatur
    Suhu memiliki hubungan dengan perkembangbiakan nyamuk dan perkembangan larva di habitat perindukan. Jentik nyamuk dapat tumbuh dengan baik pada suhu berkisar 20 – 30 ºC sedangkan telur menetas dalam waktu 1-3 hari pada air yang memiliki suhu 30ºC. Suhu 20 –30 ºC merupakan suhu yang optimum untuk perkembangbiakan dan pertumbuhan jentik nyamuk, namun nyamuk masih bisa tetap berkembang dengan baik pada suhu sedikit di bawah atau di atas suhu optimum namun tidak sebaik pada suhu optimum (Arifin, dkk, 2013:5).
  5. Kelembapan
    Selain suhu udara, kelembapan udara juga merupakan salah satu kondisi lingkungan yang mempengaruhi keberadaan nyamuk di lingkungan. Umumnya jentik nyamuk dapat ditemukan berkembang dengan baik pada lingkungan dengan kelembapan berkisar antara 81,5 - 89,5%. Perkembangan jentik nyamuk sedikit menurun pada kelembapan diatas 90% atau berada pada kelembapan dibawah 70% (Yudhastuti dan Vidijani, 2005:175).
  6. Jenis Tempat Penampungan Air
    Nyamuk tidak menyukai jenis tempat penampungan air yang licin seperti yang terbuat dari keramik. Permukaan yang licin menyebabkan nyamuk sulit untuk meletakan telur pada permukaan air (Rosa, 2004:202). Selain itu, tempat penampungan air warga seperti tempayan lebih disukai oleh nyamuk jika dibandingkan dengan tempat penampungan air yang terbuat dari fiber dan keramik. Dinding permukaan tempat penampungan air yang kasar dapat menjadi tempat hidup organisme yang menjadi sumber makanan jentik nyamuk (Hasymi dan Soekirno, 2004:41)