Diperbarui tanggal 2/01/2022

Model Pembelajaran POE

kategori Model-model Pembelajaran / tanggal diterbitkan 2 Januari 2022 / dikunjungi: 4.60rb kali

Pengertian Model Pembelajaran POE

Saat ini banyak dikembangkan model pembelajaran, salah satu model yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah model POE (prediction, observation, and explanation). Model yang diperkenalkan oleh White dan Gunston ini menurut Chandra, dkk (2014) adalah model pembelajaran yang dimulai yang dimulai dengan menghadapkan siswa pada permasalahan, selanjutnya siswa meramalkan solusi dari permasalahan (predict), kemudian melakukan pengamatan untuk membuktikan ramalan (observe), dan menjelaskan hasil pengamatannya (explain). Menurut Suparno (2013) pembelajaran dengan model POE mengggunakan tiga langkah utama dari metode ilmiah yaitu

  1. prediction atau membuat prediksi, membuat dugaan terhadap suatu peristiwa;
  2. observation, yaitu melakukan penelitian, pengamatan apa yang terjadi. Pertanyaan pokok dalam observasi adalah prediksi memang terjadi atau tidak;
  3. explanation yaitu memberikan penjelasan. Penjelasan terutama tentang kesesuaian antara dugaan dengan yang sesungguhnya terjadi.

Dari pendapat Suparno di atas, terlihat jelas bahwa POE adalah sebuah model pembelajaran yang memerlukan keterampilan siswa untuk melaksanakan tiga tugas memprediksi, mengamati dan menjelaskan. Amal, dkk (2013) mendefinisikan model POE sebagai model pembelajaran yang membelajarkan siswa dengan membuat prediksi atas suatu kejadian berdasarkan konsepsi mereka sendiri, kemudian mengobservasi kejadian tersebut secara nyata, dan yang terakhir menjelaskan ketidaksesuaian prediksi mereka dengan keadaan yang sebenarnya. Sementara itu, Surahmadi (2012) berpendapat bahwa model POE dapat melatih siswa untuk aktif terlebih dahulu mencari pengetahuan sesuai dengan cara berpikirnya dengan menggunakan sumber-sumber yang dapat memudahkan dalam pemecahan masalah. Indrawati dan Setiawan (2009) mengemukakan bahwa model POE merupakan pembelajaran dimana guru menggali pemahaman peserta didik dengan meminta peserta didik melaksanakan tiga tugas utama yaitu prediksi, observasi, dan memberikan penjelasan.

Anisa, dkk (2013) juga menyatakan bahwa dengan model pembelajaran POE siswa diarahkan dan diajak menemukan sendiri konsep pengetahuan dari pengamatan melalui metode demonstrasi maupun eksperimen. Model POE ini juga membantu siswa mengatasi salah pengertian. Melalui model POE ini juga dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa karena mereka akan menjadi lebih kritis dan menjadi ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi sehingga dapat membuktikan sendiri keadaan yang sebenarnya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Budiati (2012) menyimpulkan bahwa  Sintaks model pembelajaran POE yang melibakan tahap prediction, observation and explanation dan prosedur metode eksperimen yang dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung mampu mengakomodasi siswa dalam memperoleh keterampilan proses sains baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.

Dari beberapa pendapat mengenai model POE diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran POE merupakan model yang cocok dengan metode eksperimen atau demonstrasi yang memungkinkan pengamatan secara langsung, memungkinkan siswa aktif dan terlibat dalam kegiatan pembelajaran, serta membantu siswa untuk menemukan sendiri konsep pengetahuan sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Model pembelajaran POE dimulai dengan penyajian persoalan fisika dimana peserta didik diajak untuk menduga kemungkinan yang terjadi, dilanjutkan dengan mengobservasi dengan melakukan pengamatan langsung terhadap persoalan fisika dan kemuadian dibuktikan dengan melakukan percobaan untuk dapat menemukan kebenaran dari dugaan awal dalam bentuk penjelasan mengapa hal itu bisa terjadi. Dengan cara demikian konsep yang diperoleh siswa akan melekat dalam ingatannya.

Langkah-langkah Model Pembelajaran POE

Suparno (2013) mengemukakan langkah-langkah model POE dalam pembelajaran fisika sebagai berikut:

  1. Guru mengajukan persoalan fisika.
  2. Siswa membuat prediksi tentang persoalan itu.
    Setelah suatu persoalan fisika disajikan, maka siswa diminta untuk membuat dugaan apa yang terjadi. Dalam membuat dugaan, siswa sekaligus sudah memikirkan alasan mengapa ia membuat dugaan seperti itu. Dalam proses ini, siswa diberi kebebasan seluas-luasnya menyusun dugaan dengan alasannya.
  3. Siswa membuat observasi dari persoalan lewat percobaan, pengamatan, dll
    Dugaan dengan alasan yang mendasari dugaan itu harus dipraktikkan, dilihat dalam kenyataan. Dengan kata lain siswa diajak untuk melakukan percobaan, apakah prediksi mereka benar atau tidak.
  4. Siswa menarik kesimpulan dari observasi, dan mencocokkan dengan prediksi, apakah tepat atau tidak.
    Dapat terjadi bahwa dugaan siswa ternyata terjadi dalam eksperimennya. Bila ini terjadi, maka siswa akan semakin yakin dengan konsepnya. Siswa tinggal merangkum yang ditemukannya dan menguraikan dengan lebih lengkap. Namun bila dugaan tidak benar dan tidak tepat, siswa dibantu untuk mencari penjelasan mengapa prediksinya tidak tepat dan meluruskan prediksi yang tidak tepat itu agar konsep yang diperoleh menjadi benar.
  5. Siswa memberikan keterangan mengapa demikian.

Liew (2004) mengemukakan bahwa aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran POE dapat dijelaskan seperti tabel dibawah ini:

Tabel Aktivitas Guru dan Siswa dalam Model POE

Langkah Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Tahap 1: Meramalkan (Predict) Memberikan apersepsi terkait materi yang akan dibahas. Memberikan prediksi berdasarkan permasalahan yang diambil dari pengalaman siswa, atau buku panduan yang memuat suatu fenomena terkait materi yang akan dibahas
Tahap 2: Mengamati (Observe) Sebagai fasilitator dan mediator apabila siswa mengalami kesulitan dalam melakukan pembuktian Mengobservasi dengan melakukan eksperimen atau demonstrasi berdasarkan permasalahan yang dikaji dan mencatat hasil pengamatan untuk direfleksikan satu sama lain
Tahap 3: Menjelaskan (Explanasi) Memfasilitasi jalannya diskusi apabila siswa mengalami kesulitan Mendiskusikan fenomena yang telah diamati secara kelompok, serta membandingkan hasil observasi dengan prediksi sebelumnya bersama kelompok masing-masing. Mempresentasikan hasil observasi dikelas, sehingga diperoleh kesimpulan dari permasalahan yang sedang dibahas

Kelebihan dan kelemahan model POE

Sama seperti model-model pembelajaran yang lain, model pembelajaran POE juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Yupani, dkk (2013) mengemukakan kelebihan dan kelemahan model POE adalah sebagai berikut:

Kelebihan model pembelajaran POE

  1. Merangsang peserta didik untuk lebih kreatif khususnya dalam mengajukan prediksi
  2. Dengan melakukan eksperimen untuk menguji prediksinya dapat mengurangi verbalisme
  3. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik, sebab peserta didik tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati peristiwa yang terjadi melalui eksperimen
  4. Dengan cara mengamati secara langsung peserta didik akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara dugaan dengan kenyataan. Dengan demikian peserta didik akan lebih menyakini kebenaran materi pembelajaran.

Kekurangan model pembelajaran POE

  1. Memerlukan persiapan yang lebih matang, terutama berkaitan penyajian persoalan fisika dan kegiatan eksperimen yang akan dilakukan untuk membuktikan prediksi yang di ajukan peserta didik
  2. Untuk kegiatan eksperimen, memerlukan peralatan, bahan-bahan dan tempat yang memadai
  3. Untuk melakukan eksperimen, memerlukan kemampuan dan keterampilan yang khusus bagi guru, sehingga guru di tuntut untuk bekerja lebih professional
  4. Memerlukan kemampuan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran peserta didik