Diperbarui tanggal 17/02/2023

Makro Detritivora

kategori Biologi / tanggal diterbitkan 17 Februari 2023 / dikunjungi: 287 kali

Makro Detritivora

Makro detritivora merupakan salah satu jenis pengurai yang memakan detritus. Detritus merupakan bahan organik yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang telah mati. M enurut Louzada & Nichols (2012:398), jenis detritus seperti pohon tumbang, ranting, dan sampah daun, selalu tersedia di alam. Lain halnya seperti kotoran dan bangkai, mewakili konsentrasi besar dan kaya energi dan nutrisi. ada yang hampir terus-menerus di alam (serasah daun pada Gambar 2.1), dan ada yang jarang ditemukan (bangkai). Selain mendapatkan nutrisi dari detritus, dertitivora juga memperoleh nutrisi dari sisa metabolisme hewan (tinja).

Makanan yang diperoleh oleh detritivora dicerna dengan sistem metabolisme hewan sehingga menjadi komponen lebih sederhana. Menurut Louzada & Nichols (2012:403), makro detritivora telah memiliki adaptasi pencerna makanan yang unik untuk mencerna detritus. Adaptasi tersebut membantu mencerna makanan yang melimpah dialam dalam bentuk serasah, bangkai hewan pohon mati dan tinja. Dalam siklus rantai makanan dan jaring-jaring makanan, detritivora berada ditingkatan terakhir yang mendapati julukan sebagai pengurai. hampir menyerupai dekomposer tetapi subjek yang menjadi pengurainya berbeda. Di alam dekomposer dan detritivora bekerja sama dalam pelapukan sehingga dapat mengkomposisi dengan sempurna Hutan yang tidak dikelola pembusukan kayu mati dapat menyeimbangkan masukan melalui kematian pohon. Pembusukan dilakukan oleh beberapa spesies, dimana serangga (makro detritivora) dan fungi (jamur) yang berperan penting. Oleh karena itu penurunan keanekaragaman hayati juga dapat menurunkan laju dekomposisi suatu kawasan (Jonsson et al., 2005:297).

Jenis Makro Detritivora

Kelompok heterotrof penting lainnya terdiri dari detritivora dan dekomposer adalah konsumen yang memperoleh energi seperti sisasisa organisme mati, feses, dedaunan yang gugur dan kayu. Menurut Subowo (2014:3), detritivora merupakan pemakan bahan organik. Makro detritivora berperan penting dalam mendaur ulang unsur-unsur kimia kembali ke produsen primer. Menurut Susanto & Ngabekti, (2014:121), beberapa jenis makro detritivora lainnya seperti kelabang, rayap, cacing.

Detritivora memiliki kelebihan dalam sistem pencernaannya. Tidak semua hewan memilikinya. Menurut Martin dalam (Louzada & Nichols, 2012:404) pencernaan selulosa oleh serangga telah dilaporkan dalam setidaknya 78 spesies serangga dari 20 keluarga yang mewakili delapan perintah. Pesanan dimana kapasitas pencernaan ini relatif selulolitik yang Thysanura (keluarga Lepismatidae), Battodea (rayap dan kecoa), dan tiga keluarga dari Coleoptera (Anobiidae, Buprestidae, dan Cerambycidae). Kapasitas selulotik mungkin juga umum di Scarabid kumbang, kecoa (keluarga Blattdea), serta Diptera, Tipulidae Hymenopterans dan Siricidae.

Fauna tanah yang berukuran panjang 2-20 mm dapat dikelompokkan sebagai makrofauna tanah. Dua kelompok besar makrofauna tanah adalah cacing tanah (klas Clitellata subklas Oligochaeta), dan makroarthropoda mencakup rayap (ordo Blattodea), semut (ordo Hymenoptera), Moluska (ordo Gastropoda), Milipida (kelas Diplopoda) dan Sentipida (kelas Chilopoda) (Hendaryanto & Khairiah, 2007:43). Makro detritivora yang diamati dalam penelitian ini yaitu makro detririvora tanah yang termasuk kedalam kelas Insecta, kelas diplopoda dmari filum Arthropoda dan kelas Clitellata (subklas Oligichaeta) dari filum Annelida.

Kelas Insecta

Campbell et al., (2005:231) mengatakan bahwa karakter utama dari kelas insecta tubuh terbagi menjadi kepala, toraks, dan abdomen, memiliki antena dengan bagian mulut dimodifikasi untuk mengunyah, menyedot atau menelan, umumnya memiliki dua pasang sayap dan tiga pasang kaki,dengan sebagian besar hewan terestrial. Kelas Insecta yang akan diamati dalam penelitan ini adalah ordo Blattodea, ordo Coleoptera, ordo Hymenoptera.

Ordo Blattodea

Blattodea diambil dari bahasa latin Blatt yang berarti kecoa, Ordo Blattodea termasuk anggota kelas Insecta (serangga). Menurut Baccaloni (2013:47), ordo dari Blattodea merupakan anggota dari ordo dari kecoa dan rayap memiliki 17 anggota famili yaitu diantaranya adalah Nocticolidae, Corydiidae, Ectobiidae, Blaberidae, Blattidae, Lamproblattidae, Tryonicidae, Cryptocericidae, Mastotermitidae, Archotermopsidae, Hodotermitidae, Stolotermotidae, Kalotermitidae, Stylotermitidae, Rhinotermitidae, Serritermitidae dan Termitidae.

Kecoa adalah serangga pelari dengan lima ruas tarsis dan tungkai tidak mengalami modifikasi untuk menggali. Tubuhnya berbentuk bulat telur dan gepeng dengan kepala tersembunyi dari atas pronotum. Biasanya terdapat sayap-sayap walaupun beberapa jenis sayap tersebut menyusut. Sayap betina dari banyak jenis lebih pendek dari sayap jantan. Sersi beruas satu sampai banyak dan biasanya cukup panjang, sungut panjang berbentuk seperti filamen. Telur–telur kecoa terbungkus dalam kapsul atau ooteka yang diletakkan sesudah mereka terbentuk dibawah abdomen betina atau didalam uterus atau kantong perawat pembesaran sampai mereka menetas, betina membawa telur dan meletakanya saat telur telah keluar dari kantung perawatan (Borror et al., 1996:289).

Kecoa memiliki ciri tubuh yang pipih dan umumnya berwarna coklat dengan 3 pasang kaki. Menurut Gibb & Oseto, (2006:163-164), ordo Blattodea merupakan pelari cepat dengan tubuh pipih dengan kepala lebih kecil dari pronotum jika dilihat dari tampak dorsal. Mulut disesuaikan untuk mengunyah dengan antena berbentuk filiform dan biasanya terdapat lebih dari 30 segmen, Blattela merupakan serangga pelari dengan kaki belakang dan kaki tengah hampur sama besar. Dengan beberapa spesies tidak memiliki sayap dan beberapa spesies yang lainnya sayap tidak terbentuk dengan sempurna Contohnya pada koloni pekerja rayap. Menurut Chakravarthy & Sridhara, (2016:34), rayap adalah serangga yang lebih akrab didaerah tropis dan subtropis. Mereka adalah eusocial, serangga polimorfik dan hidup dalam koloni kecil hingga besar. Morfologi tubuh kecoa dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.

KecoaGambar 1. Kecoa

rayap

Gambar 2. Rayap

Ordo Coleoptera

Coleoptera merupakan salah satu ordo dari kelas insekta yang dalam kehidupan sehari-hari lebih dikenal dengan sebutan kumbang. Coleoptera berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata cole: sarung pedang dan ptera: sayap (Jumar, 2000:161). Anggota ordo coleopteran dapat di bilang terbesar di serangga, menurut Bouchard et al., (2011:15), terdapat 5 subordo yaitu Polyphaga, Adephaga, Myxophaga, Archostemata, dan Protocoleoptera.

Menurut Sembel, (2012:94), ciri khas dari coleoptera adalah sayap depan yang keras (elytra) dan menebal yang melindungi tubuh kumbang, namun tidak dapat digunakan untuk terbang. Elytra biasanya keras dan kasar, tidak memiliki urat, dan sering patah. Selain itu, kumbang juga memiliki sayap belakang yang bersifat membranus untuk membantu kumbang pada saat terbang. Coleoptera mempunyai mata majemuk yang cukup besar dan tanpa sersi.

Kumbang memiliki mulut yang disesuaikan untuk mengunyah dan antena yang sangat bervariasi dalam segmentasi dan bentuk. Prothorax berkembang dengan baik, mesothorax umumnya kecil (sempit), perut secara luas bergabung ke dada. Kumbang biasanya memiliki dua pasang sayap, meskipun beberapa kumbang tidak memilikinya dan spesies lain memiliki sayap yang sangat termodifikasi (Gibb & Oseto, 2006:179).

Karakteristik morfologi yang digunakan untuk mengklasifikasikan Coleoptera adalah antena, kepala, sklerit thorax, kaki, elytra, dan abdomen. Selain itu, ukuran tubuh, bentuk dan warna tubuh kumbang. Sifat antena meliputi tipe antena, yaitu clubed, clavatus, capitatus, lamellatus, dan flabellatus. Sifat kepala mengikuti perkembangan moncong (snout). Selanjutnya sifat thorax meliputi pronotum dan scutellum (Hadi, Udi, & Rully, 2009:138). Struktur morfologi Coleoptera dapat dilihat pada Gambar 3.

BousquetGambar 3. Bousquet

Ordo Hymenoptera

Hymenoptera merupakan ordo dari lalat, semut, tabuan dan lebah yang diambil dari bahasa yunani (hymen yang artinya membran dan pteron yang artinya sayap). Hal ini dikarenalan empat membran sayap yang dimilikinya (Gibb & Oseto, 2006:193). Hyminoptera memiliki 100 famili dari dua supordo Symphyta dan Apocrita (Goulet & Huber T, 1993:3). Menurut Borror et al.,( 1996:912), famili Formicidae merupakan famili yang paling sukses dari semua kelompok serangga, dengan sebaran paling paling luas karena terdapat disemua habitat. Famili Formicidae merupakan serangga eusosial dan kebanyakan koloni mengandung paling tidak tiga kasta yaitu ratu-ratu, jantan-jantan, dan para prajurit. Ratu memiliki ukuran tubuh lebih besar dari kasta lain dengan ciri bersayap, betina-betina biasanya memulai perteluran didalam koloni tersebut. Semut jantan biasanya memiliki ukuran tubuh lebih kecil dari ratu dan bersayap, mereka mati setelah kawin. Semut pekerja biasanya betina-betina mandul yang tidak bersayap biasanya membuat sebagian besar koloni, yang bertugas mencari makan (Borror et al., 1996:912).

Karakteristik dari kebanyakan famili Formicidae adalah Eusocial vespoid aculeates dengan karsa pekerja tanpa sayap, membantuk koloni abadi. Kepala prognathous pada kasta peremuan (pekerja dan ratu). Antena dengan 4-12 segmen pada kasta wanita, dengan 9-13 segmen pada pria. Antena geniculate antara segmen basal panjang (scape) dan segmen funicular yang tersisa. Segmen abdomen kedua mengecil, membentuk simpul atau sisik (petiole), diisolasi dari alitrunk di depan dan segmen abdomen yang tersisa dibelakang. Seringkali segmen perut ketiga juga berkurang dan terisolasi (postpetiole). Sayap ratu rontok setelah kawin. Kelenjar metapleural umumnya terdapat pada alitrunk, bermuara di atas metacoxa (Bolton, 1994:7).

Ciri lain yang menjadi ciri utama semut adalah struktur tubuhnya. Menurut Myers, (2014), kepala semut dihubungkan oleh leher tipis ke dada, yang kemudian dihubungkan oleh "pinggang" tipis ke perut. Meskipun ini adalah struktur umum dari banyak serangga, semut dibedakan oleh pinggang, yang terjepit dibagian belakang pada hubungannya dengan abdomen. Sruktur morfologi dan Contoh semut dilihat pada Gambar 4.

semut

Gambar 4. Semut

Kelas Diplopoda

Kelas Diplopoda memiliki beberapa anggota yang terdiri dari sembilan ordo, menurut Borror et al., (1996:183-185), ordo Polyxenida contoh genus Polyxenus, ordo Glomerida, ordo Polydesmida, ordo Chordeumida, ordo Julida, ordo Spirebolda, ordo Spirostreptida, ordo Cambalida, dan Superordo Colobognatha dengan dua ordo Platydesmida dan Polyzoniida. Diplopoda biasanya hidup ditempat yang lembab serta mengkonsumsi detritus. Menurut Rusyana (2013:152), diplopoda atau kaki seribu hidup pada tempat-tembat yang gelap dan lembab. Dengan makanan dengan makanan tumbuh- tumbuha yang telah busuk. Diperkuat oleh Borror et al., (1996:181), kaki seribu (Diplopoda) adalah pembersih bangkai dan makan bahan makanan tumbuhan yang membusuk.

Diplopoda atau kaki seribu adalah hewan-hewan yang seperti cacing, memanjang dan banyak tungkai- tungkai. Kebanyakan kaki seribu memiliki 30 atau lebih 30 pasang tungkai, dan kebanyakan ruas-ruas tubuhnya mengandung 2 pasang tungkai. Tubuhnya berbentuk seperti tabung atau sedikit gepeng dengan sungut pendek pendek dan biasanya tujuh ruas (Donald et al., 1996:181).

Diplopoda disebut juga meillipede. Tubuhnya bulat panjang dan terdiri dari 25-100 segmen atau lebih tergantung jenis spesiesnya. Setiap segmen mempunyai dua pasang embelan. Sesungguhnya segmen tersebut tersusun rapat sehingga terlihat seperti satu segmen. Mulut mempunyai mandibula (rahang) dan sepasang maksila. Pada kepala terdapat sepasang antena yang pendek, dimana terdapat rambut-rambut yang berfungsi sebagai indra penciuman dan sederetan kelenjar bau yang mengeluarkan suatu cairan yang tidak enak sebagai alat pertahanan (Rusyana, 2013:152).

Collum, mengalami penyampitan kelateral, dengan ujung yang melengkung serta dengan alur marginal anterolateral yang kuat dan punggung bukit, pada collum tidak terdapat kaki Pada bagian kepala terdapat antena yang pendek. Tubuh terdiri dari cincin yang terdapat sepasang kaki. Bagian Epiproct terlihat seperti punggung yang pendek dan terbalik. Dengan sepasang kaki pertama lebih pipih dari yang lain (Pimvichai et al., 2016:25-26). Contoh spesies dan struktur morfologi tubuh kelas Diplopoda dapat dilihat pada Gambar 5.

luwing

Gambar 5. Morfologi tubuh kelas Diplopoda

Kelas Clitellata

Clitellata merupakan salah satu kelas dari filum Annelida, kebanyak anggota Clitellata yang sering ditemui dari ordo Oligochaeta. Menurut Gates 1959 dalam (Edwards & Bohlen, 2011:33), ordo dari famili ini yang sering ditemukan adalah: Moniligastridae, Megascolidae, Acanthodrilidae, Diplocardia, Eudrilidae, Glossoscolecidae, Sparganophilidae, Tubificidae, Lumbricidae, Menurut Qudratullah et al., (2013:60), biasanya habitat paling baik bagi cacing tanah yang kaya oleh karbon organik dan sumber nutrisi bagi cacing tanah. Ada 3 kelompok cacing tanah yang dibedakan berdasarkan tipe ekologinya yaitu spesies epigeik, spesies anesik, spesies endogeik. Menurut Hendaryanto & Khairiah (2007:54), epigeik merupakan yang hidupnya dipermukaan tanah berperan dalam penghancuran serasah, transformasi bahan organik tetapi tidak aktif dalam penyebaran serasah. Anesik merupakan Cacing tanah pemakan serasah yang diperolehnya di permukaan dan masuk kesegala lapisan tanah hingga mempengaruhi struktur dan konduktifitas hidrolik. Endogeik merupakan Cacing tanah yang makanannya yaitu bahan organik termasuk akar mati dan mineral tanah, kelompok ini kotorannya kaya akan karbon di dalam tanah.

Oligochaeta adalah annelida yang bilateral, tersegmentasi, dan vagile, dengan polychaetes dua jenis chaetae (rambut dan crotchets) terdapat dalam empat bundel, tetapi tidak memiliki parapodia. Tubuh mereka sebagian besar lembut dan halus, tetapi dalam beberapa taksa itu dapat ditutupi dengan baju besi yang dibentuk oleh papila epidermis dan/atau sekresi dan partikel yang menempel. Segmen pertama, atau peristomium, yang mengelilingi mulut, selalu tidak terdapat chaetae. Terdapat klitelu merupakan bagian yang menebal dan tidak bersegmen yang dekat dengan bagian kepala cacing tanah sebagai tempat penyimpanan telur (Timm & Martin, 2015:535).