Diperbarui tanggal 6/Nov/2022

Majas

kategori Bahasa dan Sastra Indonesia / tanggal diterbitkan 6 November 2022 / dikunjungi: 1.75rb kali

Pengertian Majas atau Bahasa figuratif

Rokhmansyah (2014:21) mengemukakan bahasa figuratif adalah bahasa yang bersusun-susun atau berpigura. Penggunaan bahasa figuratif atau gaya bahasa yang dapat memperjelas maksud dan tidak mengganggu pemahaman makna. Pradopo (2014:63) menyatakan majas atau gaya bahasa yaitu bahasa yang mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran menjadi jelas, lebih menarik, dan hidup.

Artika (dalam Rokhmansyah, 2014:21) menyebutkan gaya bahasa sebagai bahasa kiasan. Bahasa kiasan sangat digemari oleh penyair karena memiliki potensi besar untuk memperoleh efek puitis. Waluyo (1987:83) mengatakan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung menggunakan makna. Kata atau maknanya bermakna kias atau makna lambang. Perrine (dalam Waluyo 1987:83) berpendapat bahwa, bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menjelaskan yang dimaksud penyair dalam puisinya, karena:

  1. bahasa figuratif dapat menciptakan kesenangan imajinatif,
  2. bahasa figuratif merupakan salah satu cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi, sehingga yang abstrak jadi kongkrit dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca,
  3. bahasa figuratif adalah cara untuk menambah intensitas perasaan penyair untuk puisisnya dan menyampaikan sikap penyair,
  4. bahasa figuratif adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara untuk menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat.

Berdasarkan pernyataan diatas, bahwa bahasa figuratif terdiri atas pengiasan disebut juga simile atau persamaan yang menimbulkan makna kias dan perlambangan yang mengakibatkan makna lambang. Somad (dalam Sulkifli, 2016) menyatakan majas sering disebut juga gaya bahasa. Majas bisa menjadi daya tarik puisi, dapat menimbulkan suasana yang lebih segar dan hidup. Majas seringkali digunakan penyair untuk menimbulkan kesan indah. Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan majas adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu.

Macam-macam majas

Majas adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu, Pradopo (2014:63) menyatkan majas adalah kata kiasan dalam puisi, yang secara tidak lansung mengungkapkan makna dari kata atau bahasa kiasan yang mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran menjadi jelas, lebih menarik, dan hidup. Jenis bahasa kiasan tersebut adalah:

  1. Perbandingan atau perumpamaan
    Perbandingan atau perumpamaan merupakan bahasa kiasan yang menyamakan suatu hal dengan hal lain dengan menggunakan kata pembanding seperti: bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun, penaka, se, ibarat, dan kata-kata pembanding yang lain.
  2. Metafora
    Metafora merupakan bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya saja pada majas metafora tidak menggunakan kata pembanding, seperti bagai, laksana, seperti, ibarat, dan sebagainya. Metafora itu melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain. Metafora ini menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan hal lain, yang sesungguhnya tidak sama.
  3. PerumpamaanEpos Perumpamaan atau perbandingan Epos merupakan majas perbandingan yang dilanjutkan, atau diperpanjang, yang dibentuk dengan cara melanjutkan sifat-sifat pembandingnya lebih lanjut dalam kalimat atau frase yang berturut-turut. Kadang-kadang lanjutan ini sangat panjang.
  4. Allegori Allegori merupakan cerita kiasan atau lukisan kiasan. Cerita kiasan atau lukisan kiasan. Cerita kiasan atau lukisan kiasan ini mengiaskan hal lain atau kejadian lain. Allegori ini banyak terdapat dalam puisi Pujangga Baru. Namun pada waktu sekarang banyak juga terdapat dalam puisi Indonesia modern. Allegori ini sesungguhnya majas metafora yang dilanjutkan.
  5. Personifikasi Majas personifikasi yaitu bahasa kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat seperti mansuia. Personifikasi ini banyak digunakan para penyair dari dahulu hingga sekarang. Personifikasi ini membuat hidup lukisan, di samping itu memberi kejelasan beberan, memberikan bayangan angan yang konkret.
  6. Metonimia Majas metonimia merupakan bahasa kiasan yang sering digunakan untuk mengganti nama. Penggunaan sebuah atribut, sebuah objek atau sesuatu yang sangat dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut.
  7. Sinekdoki Majas sinekdoki yaitu bahasa kiasan yang menyebutkan bagian yang penting, suatu benda atau hal untuk benda atau hal itu sendiri. Sinekdoki terbagi dari dua macam:
    1. pars pro toto: sebagian untuk keseluruhan.
    2. totum pro parte: keseluruhan untuk sebagian.

Waluyo (1987:83) menyatakan bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa yakni secara tidak lansung mengungkapkan makna.

Majas atau gaya bahasa terdiri dari:

  1. Metafora
    Majas metafora adalah kiasan lansung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak disebutkan. Jadi ungkapan itu lansung berupa kiasan. Contoh klasik: bunga bangsa, kambing hitam, bunga sedap malam dan sebagainya.
  2. Perbandingan
    Majas perbandingan yaitu kiasan yang tidak lansung disebut perbandingan atau simile. Benda yang dikiaskan keduanya ada bersama pengiasnya dan digunakan kata-kata seperti, laksana, bagai, bak dan sebagainya, kadan-kadang juga tidak digunakan kata pembanding. Contoh: rindu bagai permata yang belum diasah.
  3. Personifikasi
    Majas personifikasi yaitu keadaan atau peristiwa alam sering dikiaskan sebagai keadaan atau peristiwa yang dialami oleh manusia. Dalam hal ini benda mati dianggap seperti manusia. Hal ini digunakan untuk memperjelas penggambaran peristiwa dan keadaan itu.
  4. Hiperbola
    Majas hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan. Penyair merasa perlu melebih-lebihkan hal yang dibandingkan itu agar mendapat perhatian yang lebih seksama dari pembaca. majas yang mengandung pernyataan berlebihan. Hal tersebut yaitu dengan membesar-besarkan suatu unsur dari kenyataan yang sebenarnya.
  5. Sinekdoce
    Majas Sinekdoce adalah menyebutkan sebagian untuk keseluruhan atau menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian.
  6. Ironi
    Majas ironi dalam puisi pamflet, demontrasi, dan kritik sosial, banyak dikatakan ironi karena bersifat berlawanan untuk memberikan sindiran. Ironi atau sindiriran disebut juga penipuan atau pura-pura. Disebut juga penyampaian maksud penutur ke mitra tuturnya secara tidak langsung. Maksudnya hal yang dimaksud berbeda dengan maksud sebenarnya, dengan kata lain penutur menyampaikan maksudnya dengan sindiran secara halus.