Diperbarui tanggal 8/08/2022

Kutu Daun

kategori Flora dan Fauna / tanggal diterbitkan 7 Agustus 2022 / dikunjungi: 9.79rb kali

Kutu Daun (Aphis gossypii)

Kutu daun merupakan serangga kecil yang biasanya bergerombol di daun muda untuk menghisap cairan yang terkandung di dalamnya. Daun yang terserang akan mengeriput, keriting, dan menggulung sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Gejala serangan kutu daun ini terlihat pada kehadiran semut-semut karena keduanya terjalin hubungan mutualisis. Kutu mengeluarkan cairan manis yang disukai semut, kemudian semut mengangkut kutu tersebut ke bagian lainnya yang belum diisap sehingga dapat menghambat fotosintesis dan pertumbuhan tanaman (Endro, 2005:34). Kutu daun juga merupakan hama penting yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi sayuran. Hama ini memakan segala jenis tanaman (polifag). Serangan kutu daun ini dapat menyebabkan daun menjadi menguning, pucuk berkerut sehingga pertumbuhan tanaman terganggu. Serangan yang berat ini timbul noda-noda pada daun, dan daun berwarna coklat kemerahan seperti terbakar, tepi daun menggulung ke bawah kemudian mengering (Tarwotjo, dkk. 2009: 82).

Kutu daun ini bersembunyi dibawah permukaan daun karena cara penginfeksian dari hama ini yaitu dengan cara menghisap cairan pada daun muda dan mengakibatkan daun menjadi kuning lalu kering karena kekurangan cairan (Pracaya, 2011:96). Hama ini sering disebut juga sebagai kutu perisai, karena tubuhnya diselimuti oleh lapisan lilin yang tampak kompak menyerupai perisai. Kutu ini juga menyerang daun kelapa yang tua sehingga menyebabkan menguningnya daun, dan akhirnya mengering. Kondisi yang kering ini menyebabkan kutu daun ini berkembang pesat pada musim kemarau. Kutu ini di jumpai di permukaan bawah daun secara berkelompok.

Hama ini disebut juga Aphis semangka, dan Aphis kapas. Tanaman inangnya seperti kapas, semangka, kentang, cabai, sawi, terong, okra, bunga sepatu, jeruk, cokelat, kopi, dan lain-lain. Kutu daun ini cosmopolite dan polyphag. Daun tanamannya menjadi keriting ke dalam, misalnya pada tanaman kapas, semangka dan wijen. Tanaman rosela yang diserang kutu ini warna daunnya menjadi kuning dan kerdil (Pracaya, 2007:93).

Morfologi Kutu Daun

Hama kutu daun dapat dilihat pada gambar berikut:

morfologi kutu daun

Morfologi Kutu Daun

Gambar Morfologi dan identifikasi kutu daun (a) thoraks, (b) antena (tuberkel dan rinaria) (c) abdomen, (d) leg of right, (e) leg of left, (f) cauda dan sifunkuli, (g) imago. Gambar (a,b) perbesarannya 10x dengan skala 1:6μ, Gambar (c,d,e) perbesarannya 20x dengan skala 1:3μ, dan Gambar (f) perbesarannya 40x dengan skala 1:1,5μ. Gambar (a,b,c,d,e,f) menggunakan microscope fluorescence. Sedangkan Gambar (g) menggunakan microscope compound perbesarannya 1600x dengan skala 1:0,04μ

Blackman & Eastop (2006:4) mengatakan bahwa, kutu daun memiliki ukuran antara 1-6 mm, bertubuh lunak, berbentuk seperti buah pear, pergerakan lambat dan biasanya hidup secara berkoloni. Kutu daun memiliki bentuk kepala dan antena–tubercle kelihatan agar rata, panjang antena agak pendek, bentuk ekor melebar, warna kulit tubuh berubah-ubah sesuai dengan cuaca yaitu, hitam, hijau, hitam, kekuning-kuningan dan hijau kekuning-kuningan, tempat tinggal pada daun paling bawah (hampir dekat dengan tanah). Morfologi kutu daun betina berbentuk bulat datar, transparan, dan berwarna putih sampai abu-abu dengan garis tengah kurang lebih 1,8 mm, sedangkan kutu jantan berbentuk oval dan lebih kecil dari pada yang betina. Telur diletakkan di dalam perisai di bawah badannya. Periode telur sampai dewasa mencapai 1,5-2 bulan. Aktivitas puncak dari hama kutu daun ini terjadi pada musim kering (Enceng, 2007:20).

Kutu daun menyerang dan menghisap cairan tanaman sehingga tanaman akan kehilangan dan kehabisan cairan. Serangan kutu daun menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut: tanaman layu, daun mengeriting dan melingkar dan akhirnya tanaman mati. Serangan tungau menyebabkan bagian tanaman yang terserang (pucuk tanaman, tunas, dan daun) mengerut dan mengeriting atau menggulung, terjadi perubahan warna dan pertumbuhan tanaman tidak normal (Jumar, 2000:74).

Klasifikasi Kutu Daun

Hama kutu daun atau dikenal hama Aphid memiliki nama latin Aphis gossypii dengan family Aphididae adalah hama penghisap yang sangat membahayakan tanaman. Hama ini juga sebagai vektor penularan berbagai macam virus. Hama ini juga menyerang pada musim kemarau pada fase awal pertumbuhan tanaman. Kutu daun menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan, sehingga tanaman terserang akan terhambat pertumbuhannya. Daun yang terserang akan menjadi layu, berwarna kekuningan, dan bahkan akan berlubang serta daun berguguran.

Adapun klasifikasi kutu daun yaitu:

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda 
Kelas : Insekta 
Ordo : Homoptera 
Family : Aphididae 
Genus : Aphis 
Spesies : Aphis gossypii 
(Sumber Blackman & Eastop, 2000:26).

Daur Hidup Kutu Daun

Kutu daun berukuran 0,8 mm. Distribusinya berupa kosmopolit. Perkembangannya secara parthenogenesis. Hama ini berbentuk seperti pear, warnanya bervariasi dari hijau muda sampai hitam dan kuning. Mempunyai kornikel pada bagian ujung abdomen. Imago dapat hidup selama 28 hari. Satu ekor imago betina dapat menghasilkan 2-35 nimfa/hari. Siklus hidup dari nimfa sampai imago 5-7 hari. Selama satu tahun dapat menghasilkan 16-47 generasi (BPTP Lampung, 2012 : 2).

Karakteristik Kutu Daun

Hama kutu daun hidup bergerombol di permukaan bawah daun. Hama kutu daun ini menyerang jaringan tanaman yang masih lunak (pucuk tanaman dan daun muda). Serangan berat kutu daun terjadi pada awal musim kemarau, yaitu pada saat udara kering dan suhu tinggi. Kutu daun menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan tanaman sehingga tanaman akan kehilangan/kehabisan cairan. Serangan kutu daun menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut: tanaman layu, daun mengeriting dan berkerut, pucuk mengeriting dan melingkar, akhirnya tanaman mati. Pengendalian hama kutu daun dapat dilakukan dengan pemangkasan daun yang terserang, pengaturan jarak tanam yang sesuai, dan penggunaan insektisida, misalnya Tamaron, Pegasus, Omite 57 EC, Curracron, Kalthane 200 EC, atau Supracide 40 EC. Selain itu, pengendalian hama tersebut juga dapat dilakukan secara biologis yaitu dengan menyebarkan musuh-musuh alami misalnya kumbang macan (Menochilus sp.), larva Didea Fasciata sp., larva Chrysopa sp., dan kepik (Orius sp.) (Cahyono, 2003:74-75).

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kutu Daun

Menurut pendapat Jumar (2000:85-86), faktor yang mempengaruhi perkembangan kutu daun sebagai berikut:

1. Faktor dalam

  1. Kemampuan berkembang biak
    Kemampuan berkembang biak suatu jenis serangga dipengaruhi oleh keperidian dan fekunditas serta waktu perkembangan (kecepatan berkembang biak). Keperidian (natalitas) adalah besarnya kemampuan suatu jenis serangga untuk melahirkan keturunan baru.
  2. Perbandingan kelamin
    Perbandingan kelamin adalah perbandingan antara jumlah individu jantan dan betina yang diturunkan oleh serangga betina. Perbandingan kelamin ini pada umumnya adalah 1:1, akan tetapi karena pengaruh-pengaruh tertentu perbandingan kelamin ini dapat berubah, sehingga populasi selanjutnya menurun. Jika keadaan makanan cukup kembali, maka perbandingan kelamin tersebut bisa berubah lagi.
  3. Sifat mempertahankan diri
    Serangga memiliki alat untuk kemampuan untuk mempertahankan dan melindungi dirinya dari serangan musuh. Kebanyakan serangga akan berusaha lari bila diserang mimik layak atau cocok untuk dimakan dan biasanya predator akan giat mencari untuk mengenali pola warnanya.
  4. Siklus hidup
    Siklus hidup adalah suatu rangkaian berbagai stadia yang terjadi pada seekor serangga selama pertumbuhannya sejak menjadi telur sampai menjadi imago.

2. Faktor luar

  1. Suhu
    Serangga memiliki kisaran suhu tertentu dimana dia dapat hidup. Di luar kisaran suhu tersebut serangga akan mati kedinginan atau kepanasan. Pengaruh suhu ini jelas terlihat pada proses fisiologi serangga. Pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain akan berkurang (menurun). Pada umumnya kisaran suhu yang efektif yaitu suhu minimum 15 0C, suhu optimum 25 0C, dan suhu maksimum 450C .
  2. Kelembaban
    Kelembaban yang dimaksud adalah kelembaban tanah, udara, dan tempat hidup serangga dimana merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi, kegiatan, dan perkembangan serangga. Contoh dari pengaruh kelembaban terhadap perkembangan serangga hama salah satu contohnya adalah hama kutu daun.
  3. Cahaya
    Serangga ini dipengaruhi oleh responnya terhadap cahaya, sehingga timbul jenis serangga yang aktif pada pagi, siang, sore atau malam hari. Cahaya matahari dapat mempengaruhi aktivitas dan distribusi lokalnya.
  4. Angin
    Angin berperan dalam membantu penyebaran serangga, terutama bagi serangga yang berukuran kecil. Misalnya Apid (Homoptera: Aphididae) dapat terbang terbawa oleh angin sampai sejauh 1.300 km. Kutu daun ini dapat menyebar dari satu tempat ke tempat lain dengan bantuan angin.

3. Faktor Makanan

Pengaruh faktor makanan terhadap perbandingan kelamin dapat dicontohkan pada kutu daun kelapa, Aspidiotus destructur rigidus (Homoptera: Diaspididae). Jika keadaan makanan cukup, perbandingan kelamin jantan dan betina seimbang. Pada kurun waktu berikutnya makanan tidak tersedia, maka perbandingan kelamin pada saat itu hampir seluruhnya terdiri atas serangga jantan.

Mekanisme Hama Kutu Daun Menyerang Sayuran

Kutu daun biasanya bersembunyi dibawah permukaan daun karena cara penginfeksian dari hama ini yaitu dengan cara menghisap cairan pada daun muda, dan mengakibatkan daun menjadi kuning lalu kering karena kekurangan cairan. Hama kutu daun ini menyerang tanaman dengan menghisap tanaman. Tanaman yang teinfeksi oleh hama tesebut terlihat jika sudah terjadi kerusakan seperti layu pada daun dan akhirnya mengakibatkan kematian pada tanaman (Pracaya, 2011:96).