Diperbarui tanggal 20/01/2022

Kupu-Kupu

kategori Flora dan Fauna / tanggal diterbitkan 20 Januari 2022 / dikunjungi: 11rb kali

Kupu-kupu merupakan serangga yang memiliki ciri-ciri yaitu terdiri dari antenna berukuran agak panjang. Tipe mulut pada tahap larva yaitu penggigit pengunyah sementara pada saat dewasa menjadi penghisap. Ukuran tubuh serangga ini pun beragam, ada yang kecil sampai besar. Sayap tersebut terdiri dari dua pasang dan tertutup sisik (Lilies,1991:23). Van Hoeve (2003:105) menyatakan sisik-sisik ini mengandung pigmen yang menghasilkan warna dan pola-pola yang sering membuat kupu-kupu bersifat mencolok. Bagian mulut pada fase dewasa tampak seperti bentuk belalai, yaitu berupa pembuluh untuk menghisap cairan seperti madu pada bunga. Apabila belalai tersebut tidak sedang digunakan, maka akan tergulung di bawah kepala kupu-kupu seperti per atau pegas arloji.

kupu-kupuKupu-kupu

Menurut Abang (2006:6) Kupu-kupu memiliki struktur tubuh yang terdiri dari tiga bagian tubuh atau segmen (disebut juga sebagai tagma) yaitu caput, toraks, dan abdomen.

morfologi kupu-kupuMorfologi kupu-kupu (Woodhall, 2012:12).

Kupu-kupu memiliki empat sayap yang terdiri dari dua sayap depan dan dua sayap belakang. Masing-masing sayap tersusun dari lapisan kitin yang tipis dan ditopang oleh kerangka yang kaku. Kerangka yang lebar digunakan untuk memompa darah menuju sayap untuk menghangatkannya.

  1. Caput
    Caput merupakan salah satu dari bagian tubuh yang melaksanakan beberapa fungsi. Fungsi-fungsi tersebut yaitu mengkoordinasikan aktivitas tubuh, melindungi pusat koordinasi tubuh, pencernaan makanan, dan persepsi sebagian besar indera. Maka dari itu kepala dapat pula didefinisikan sebagai satuan unit fungsional yang bertanggung jawab dalam melakukan keempat fungsi tersebut (Busnia, 2006:57). Caput adalah bagian paling berat dan menunjang anggota badan. Terdiri dari sepasang antenna, dua mata majemuk, dan bagian mulut. Mata majemuk yang besar adalah keistimewaan yang sangat jelas pada kepala. Dengan mata, kupu-kupu bisa mengenali pola warna bunga-bunga dan sayap pada kupu-kupu lainnya, yang mana tidak dapat ditemukan dengan mata manusia. Antenna panjang dan menjalankan tugas sebagai anggota utama yaitu indera penciuman (Abang, 2006:6). Selain itu, Braby (2004:3) menjelaskan bahwa pada caput kupu-kupu, khususnya bagian mulut terdapat probosis yang dapat menggulung dan sepasang labial palp bersegmen tiga. Pada bagian ujung probosis terdapat serangkaian kemoreseptor berukuran kecil. Ketika kupu-kupu dewasa minum, probosis akan menjulur dan memanjang sehingga kupu-kupu dapat menghisap air, nektar, atau cairan lainnya. Sementara itu, ketika tidak digunakan probosis akan menggulung.
  2. Toraks
    Menurut Borror dkk. (1996:37) toraks merupakan tagma yang berfungsi untuk bergerak pada tubuh. Bagian ini juga terdapat tungkai dan sayap. Dilanjutkan Abang (2006:7) toraks berada di belakang kepala. Bagian ini berfungsi untuk mengendalikan bagian tubuh atau segmen, yang disebut dengan kekuatan besar pada tubuh insekta. Toraks berisi organ-organ yang bisa mengendalikan tubuh dan terdapat pula syaraf pusat. Ditambahkan pula oleh Busnia (2006:76) yaitu toraks terdiri atas tiga segmen yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Busnia (2006:77) menjelaskan bahwa mesotoraks dan metatoraks memiliki ukuran relatif lebih besar dibandingkankan dengan protoraks. Segmen inilah yang dinamakan pterotoraks. Pterotoraks memiliki peran dalam menghasilkan sayap serta otot-otot untuk menggerakkan sayap yang tidak dimiliki oleh protoraks.
  3. Abdomen
    Abang (2006:8) menyatakan bahwa abdomen pada kupu-kupu menjadi bagian tubuh yang penting. Hal ini dikarenakan pada bagian tubuh ini memiliki bagianbagian penting yaitu terdapat sistem peredaran darah, sistem pernapasan, sistem pencernaan, sistem ekskresi dan juga sistem reproduksi. Abdomen kupu-kupu memiliki 10 segmen. Dua atau tiga segmen terakhir adalah yang banyak dimodifikasi untuk membentuk organ kopulasi. Pada jantan, segmen ke sembilan dan sepuluh abdomen membentuk organ kopulasi. Betina mempunyai dua lubang. Lubang pertama terletak di akhir posterior abdomen digunakan untuk bertelur, dan yang lain terletak di pertengahan permukaan ventral antara sterna ketujuh dan delapan yang digunakan untuk kopulasi (Braby, 2004:7).

Klasifikasi Kupu-Kupu (Lepidoptera:Rhopalocera)

Hadikastowo dan Simanjuntak (1988:33) menyebutkan bahwa subordo Rhopalocera terdiri dari lima famili yaitu Hesperiidae, Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae, dan Lycaenidae. Kemudian ditambahkan oleh Borror dkk. (1996:730) subordo Rhopalocera terdiri dari dua superfamili, yaitu Hesperioidea (skipper) dan Papilionoidea. Superfamili Hesperioidea terdiri dari satu famili, yaitu Hesperiidae, dan superfamili Papilionoidea terdiri dari tujuh famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Lycaenidae, Libytheidae, Nymphalidae, Satyridae dan Danaidae. Pendapat lain dikemukakan oleh Peggie dan Amir (2006:17) bahwa kupu-kupu terbagi menjadi dua superfamili yaitu Hesperioidea yang meliputi famili Hesperiidae, dan superfamili Papilionoidea yang meliputi famili Papilionidae, Nymphalidae, Lycaenidae, Pieridae, dan Riodinidae. Namun sebagian besar famili Riodinidae dijumpai di Amerika Selatan.

  1. Hesperiidae
    Hesperiidae atau juga dikenal dengan nama skippers adalah kupu-kupu berukuran kecil hingga sedang. Kupu-kupu ini memiliki abdomen yang panjang dan menggembung. Sayap pada kupu-kupu ini umumnya berwarna coklat pudar atau jingga. Pangkal antena terpisah cukup jauh (Braby, 2004:30). Sumber pakan dari kupu-kupu famili ini antara lain tumbuhan famili Poaceae, Convolvulaceae, Dioscoreaceae, Dipterocarpacaeae, Smilacaceae, dan Roxburghiceae. Adapun beberapa jenis kupu-kupu famili ini yaitu: Pelopidas agna, Potanthus omaha, Pelopidas conjunctus, dan Tagiades japetus.
    jenis kupu-kupu
  2. Pieridae
    Pieridae merupakan kupu-kupu yang berukuran sedang. Famili ini merupakan kupu-kupu yang terdapat di seluruh dunia. Kebanyakan jenis ini terdapat pada daerah tropis. Kupu-kupu ini memiliki warna dominan yaitu putih dan kuning (Abang, 2006:18). Sumber pakan dari kupu-kupu famili ini antara lain tumbuhan famili Apocynaceae, Arecaceae, Asteraceae, Caesalpiniaceae, Mimosaceae, Santalaceae, Capparaceae, Rhamnaceae, dan Brassicaceae. Adapun beberapa jenis kupu-kupu famili ini adalah: Eurema hecabe, Eurema sari, Hebomoia glaucippe, dan Leptosia nina
    Kupu-kupu famili Pieridae
  3. Nymphalidae
    Menurut Abang (2006:15) Kupu-kupu famili ini biasanya berukuran sedang atau besar dan kebanyakan berwarna cerah. Kupu-kupu dari famili ini sangat suka dengan sinar matahari, kebanyakan terbang dengan cara yang khas, yaitu dengan mengepakkan sayap beberapa kali lalu meluncur di udara. Braby (2004:19) melanjutkan penerbangan yang dilakukannya berlangsung cepat dan sering dilakukan di bawah sinar matahari langsung ataupun cahaya yang masuk di sela-sela daun, ranting atau bunga. Peggie dan Amir (2006:56) menyebutkan sumber pakan dari kupu-kupu famili ini antara lain tumbuhan famili Acanthaceae, Asteraceae, Amaranthaceae, Urticaceae, Violaceae, dan Poaceae. Adapun beberapa jenis kupu-kupu famili ini adalah: Neptis hylas, Hypolimnas bolina, Mycalesis horsfieldi, dan Junonia orythia.
    jenis kupu-kupu famili Nymphalidae
  4. Papilionidae
    Famili ini terdapat di seluruh dunia. Warna dasar tubuh dari famili ini biasanya hitam, dengan kombinasi merah, putih, kuning, biru atau hijau, dan kadang-kadang berwarna-warni. Pada umumnya kupu-kupu ini terbang dengan cepat dan menyukai cahaya matahari (Abang,2006:13). Famili ini merupakan kupu-kupu dengan memiliki ukuran tubuh yang besar. Tornus pada sayap belakang sering kali terdapat struktur menyerupai ekor yang jelas (Braby, 2004:30). Peggie dan Amir (2006:29) menjelaskan sumber pakan dari kupu-kupu famili ini antara lain tumbuhan famili Aristolochiaceae, Annonaceae, Bombacaeae, Rutaceae, Lauraceae, dan Magnoliaceae. Adapun beberapa jenis kupu-kupu famili ini adalah: Papilio polytes, Graphium evemon, Pachliopta aristolochiae, dan Graphium agamemnon
    kupu-kupu famili Papilionidae
  5. Lycaenidae
    Braby (2004:31) menyatakan bahwa lycaenidae memiliki ukuran yang kecil hingga sedang. Bagian atas sayap umumnya berwarna warni. Tornus pada sayap belakang seringkali memproduksi ekor yang ramping. Antena terletak cukup dekat pada bagian pangkalnya. Sumber pakan dari kupu-kupu famili ini antara lain tumbuhan famili Papilionaceae, Mimocaceae, Cycadaceae, dan Orchidaceae. Adapun beberapa jenis kupu-kupu famili ini adalah: Jamides celeno dan Jamides pura.
    kupu-kupu famili Lycaenidae

Habitat Kupu-Kupu (Lepidoptera:Rhopalocera)

Lilies (1991:23) menyatakan kupu-kupu mempunyai habitat di berbagai jenis pertanaman. Van Hoeve (2003:110) menambahkan daerah penyebaran kupu-kupu sangat luas, yaitu dimanapun tempatnya di dunia ini yang terdapat tumbuh-tumbuhan, di hutan, di daerah terbuka, di rawa, di pantai berpasir, atau bahkan sampai di daerah bersalju abadi di pegunungan yang tinggi. Sementara ada sebagian lagi dari kupu-kupu dapat memakan pohon-pohon di kota yang telah tercemar oleh asap. Kupu-kupu merupakan salah satu serangga yang sangat bergantung pada tumbuh-tumbuhan. Oleh sebab itu penyebaran kupu-kupu secara normal berhubungan dengan komunitas tumbuhan di hutan dan lokasi geografis yang tinggi diatas permukaan laut. Kupu-kupu sebagai serangga pemakan nektar, ia adalah polinator yang penting pada bunga. Bunga adalah sumber makanan utama pada kupu-kupu dewasa meskipun jarak yang luas sumber makanan lain dimanfaatkan oleh jenis tertentu (Abang, 2006:12).

Siklus Hidup Kupu-Kupu (Lepidoptera: Rhopalocera)

Serangga mengalami suatu proses yang disebut metamorfosis. Proses ini merupakan pergantian bentuk selama perkembangan pasca embrio. Pada kupu-kupu mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) yaitu pada tahap larva berbeda dengan tahap dewasa. Van Hoeve (2003:105) menyatakan daur hidup kupu-kupu terdiri dari fase telur, larva, pupa, dan imago.

  1. Telur
    Telur memiliki variasi tersendiri dari satu kelompok kupu-kupu kekelompok yang lain, tetapi sangat konstan dalam setiap kelompok itu sendiri sehingga struktur luarnya dapat digunakan dalam penggolongan. Telur-telur kupu-kupu dapat berbentuk bulat, pipih, atau botol, sedangkan permukaannya dapat mulus atau bahkan terukir dalam pola-pola yang rumit. Jumlah telur biasanya sekitar 200 butir (Van Hoeve, 2003:105).
  2. Larva
    Morfologi larva kupu-kupu berbeda bentuk dari imagonya. Struktur tubuh larva yang lembut, panjang, dan terdiri dari segmen yang banyak, dengan kapsul bagian kepala, tiga pasang kaki pada toraks, dan biasanya empat pasang kaki. Larva biasanya disebut sebagai mesin karena pada fase ini paling utama menunjukkan fase makan. Kebanyakan larva bersifat fitofagus atau memakan tumbuh-tumbuhan. Beberapa makanan daun tumbuhan sementara yang lainnya makan buah-buahan dan bagian lainnya dari tumbuhan (Abang, 2006:9).
  3. Pupa
    Pupa merupakan fase ketika telah selesainya tahap larva. Borror dkk. (1996:88) menyatakan pada fase ini pupa biasanya tidak aktif dan tidak makan. Menurut Van Hoeve (2003:106) pupa tidak memiliki kegiatan atau berada pada fase diam. Kemungkinan morfologi pupa bervariasi tergantung pada jenisnya.
  4. Imago
    Imago merupakan fase terakhir dalam siklus hidup kupu-kupu. Menurut Van Hoeve (2003:107) pada fase imago, kupu-kupu telah memiliki sayap yang diperkuat oleh penyangga. Susunan venasi sayap pada serangga ini memiliki kekhasan tersendiri sesuai dengan masing-masing jenisnya. Dengan struktur venasi yang berbeda inilah, maka berguna untuk mempermudah dalam penggolongan. Imago yang baru saja keluar dari pupa beristirahat beberapa saat agar sayapnya terbentang dengan sempurna. Pada saat itulah darah akan bersirkulasi pada sistem pembuluh darah di sayap-sayapnya. Hal ini akan memungkinkan untuk terbang jauh. Kupu-kupu dewasa baru akan mencari pasangannya untuk bereproduksi dan menghasilkan telur. Siklus hidup kupu-kupu pun akan selesai (Abang, 2006:10).

Perilaku Kupu-Kupu (Lepidoptera: Rhopalocera)

Kupu-kupu memiliki berbagai perilaku, diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Makan
    Makan merupakan salah satu aktivitas penting yang mempengaruhi kupu-kupu untuk mempertahankan hidup, serta merupakan faktor dalam menentukan habitat dimana ia hidup. Tipe mulut pada saat larva adalah pegunyah. Akan tetapi, saat kupu-kupu telah menjadi imago tipe mulutnya berubah menjadi penghisap (Borror dkk.,1996:94). Priyono dan Abdullah (2013:105) menjelaskan tipe mulut penghisap digunakan kupu-kupu untuk menghisap nektar. Kupu-kupu banyak terdapat di daerah tumbuhan berbunga karena merupakan penghasil utama nektar. Serangga ini juga memerlukan mineral bagi kelangsungan hidupnya. Mineral biasanya didapatkan dari tepian sungai, permukaan tanah, atau bebatuan. Oleh sebab itu kupu-kupu lebih memilih tempat yang terbuka dimana kupu-kupu bisa hinggap di bebatuan atau tanah.
  2. Pertahanan diri
    Perilaku selanjutnya dari kupu-kupu adalah mempertahankan diri. Upaya ini dilakukan agar terhindar dari musuh-musuhnya. Pada beberapa jenis kupu-kupu dapat mempertahankan diri dari musuhnya dengan cara mimikri Batesian. Mimikri ini merupakan suatu usaha penyamaran yang dilakukan kupu-kupu tanpa suatu sarana pertahanan yang khusus dengan menyerupai kupu-kupu lain yang memiliki sejumlah mekanisme pertahanan lainnya yang efektif. Kemiripan bisa dalam ukuran, warna, maupun perilaku. Contohnya yaitu pada kupu-kupu bangsawan (Basilarchia
    archippus) yang tidak memiliki pertahanan khusus, menyamar sebagai kupu-kupu raja (Danaus plexippus) yang memiliki pola warna tubuh yang sama dengannya dan juga memiliki pertahanan diri berupa cairan tubuh yang tidak sedap dan jarang diserang oleh pemangsa (Borror dkk.,1996:102).
  3. Terbang
    Kupu-kupu merupakan serangga yang aktif siang hari dan membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi. Hal ini disebabkan karena kupu-kupu menggunakan cahaya matahari untuk membantunya terbang. Pada saat cuaca dalam keadaan hujan maka kupu-kupu akan bersembunyi di balik daun (Priyono dan Abdullah, 2013:105). Kupu-kupu umumnya beraktivitas pada awal pagi hari hingga menjelang malam hari. Pagi hari kupu-kupu menghisap nektar. Sementara itu, kupu-kupu pada siang hari cenderung bersembunyi di bawah daun tempat terlindung (Suwarno dkk., 2013:410).
  4. Kawin
    Borror dkk. (2003:68) menjelaskan strategi kawin pada kupu-kupu dapat dibagi menjadi dua kategori. Strategi tersebut yaitu perching dan patrolling. Perching merupakan strategi yang menuntut kontrol udara lebih besar serta kelincahan. Strategi ini diharuskan kupu-kupu jantan menunjukkan sifat-sifat yang terkait dengan kemampuan akselerasi yang tinggi dan kecepatan. Sementara itu, strategi patrolling mengharuskan kupu-kupu jantan menunjukkan sifat-sifat yang terkait dengan daya tahan terbang. Alias dan Soesilohadi (2015:54) menambahkan bahwa kupu-kupu Papilio blumei memiliki strategi kawin secara patrolling yaitu kupu-kupu jantan akan berkeliling untuk mencari dan mendekati kupu-kupu betina. Sementara itu, kupu-kupu betina berperilaku menghindar pada saat bertemu kupu-kupu jantan.

Peranan Kupu-Kupu dalam Ekosistem

Kupu-kupu merupakan salah satu serangga yang memiliki peranan yang sangat penting dalam ekosistem. Serangga ini memiliki dua peran penting, yaitu:

  1. Polinator
    Kupu-kupu berkaitan erat dengan lingkungannya. Kupu-kupu melakukan penyerbukan di berbagai tempat. Masing-masing jenis dari kupu-kupu dapat berperan yang unik dan berguna bagi manusia (Glassberg, 2001:30).
  2. Bioindikator Lingkungan
    Kupu-kupu juga berperan sebagai bioindikator lingkungan. Menurut Braby (2004:2) bahwa kupu-kupu memainkan peran penting dalam biologi konservasi. Serangga ini bertindak sebagai indikator utama untuk identifikasi lingkungan dan pelestarian habitat kritis yang terancam, untuk konservasi keanekaragaman hayati, dan sebagai indikator yang tepat dalam memantau perubahan iklim atau polusi. Peggie (2014:48) menambahkan keberadaan dari berbagai macam jenis kupu-kupu di suatu kawasan dapat menjadi indikator kondisi habitat. Namun, tidak semua jenis kupu-kupu memiliki nilai yang sama. Jenis yang diperoleh dari satu atau dua kawasan saja yang dapat memberikan indikasi bahwa suatu kawasan tersebut mempunyai nilai yang istimewa.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu

Busnia (2006:296) menyatakan bahwa keanekaragaman jenis serangga tergantung pada sejumlah faktor lingkungan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah kelembaban udara dan suhu. Sulistyani dkk. (2014:13) menambahkan faktor lainnya adalah intensitas cahaya dan kecepatan angin.

  1. Suhu
    Kupu-kupu bersifat poikilotermik yaitu perbedaan suhu tubuh dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan panas akan mendorong laju pertumbuhan dan perkembangan ketika makanannya tidak terbatas. Pada saat suhu meningkat maka akan mempercepat proses metabolisme (Busnia, 2006:297). Kisaran suhu yang dibutuhkan kupu-kupu adalah 27-39°C (Oqtafiana dkk., 2013:63). Suhu udara yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah akan menyebabkan kupu-kupu sulit untuk beraktivitas. Menurut Sulistiyani dkk. (2014:13) kupu-kupu akan berpindah ke tempat yang lebih hangat atau mengurangi aktivitasnya ketika suhu udara tinggi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penguapan cairan tubuhnya dan
    juga menghemat energi.
  2. Kelembaban
    Menurut Florida dkk. (2015:263) kupu-kupu menyukai habitat dengan kelembaban yang tinggi karena dapat mengurangi resiko kekurangan air. Oqtafiana dkk. (2013:63) menambahkan kisaran kelembaban udara yang dibutuhkan kupu-kupu adalah 49-84%.
  3. Intensitas Cahaya
    Pollard dan Yates (1993:30) menjelaskan keberadaan sinar matahari memiliki dampak terhadap ukuran sejumlah jenis. Hal ini disebabkan oleh kemampuan semua jenis kupu-kupu dalam hal terbang. Sinar matahari berperan penting untuk meningkatkan suhu tubuh seekor kupu-kupu sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhannya untuk terbang. Jika suhu cukup tinggi, kupu-kupu tidak membutuhkan sinar matahari lagi untuk terbang. Namun demikian di daerah dengan sinar matahari yang sedikit, intensitas terbang justru berkurang. Douwes (Pollard dan Yates,1993:30) menambahkan bahwa kupu-kupu sangat jarang dijumpai terbang saat malam hari, berapapun suhu udaranya.
  4. Kecepatan Angin
    Sulistiyani dkk. (2014:14) menjelaskan kecepatan angin dapat mempengaruhi keberadaan kupu-kupu di suatu daerah. Vegetasi penyusun dari hutan sekunder berupa pohon-pohon yang dapat menjadi penghalang gelombang angin sehingga kecepatan dan tekanan angin di daerah ini jauh lebih kecil daripada daerah semak atau padang rumput. Kecepatan dan tekanan angin yang rendah dapat menyebabkan kupu-kupu yang berukuran besar dan mempunyai sayap lebar banyak dijumpai di daerah ini. Hal ini disebabkan karena kekuatan angin di hutan sekunder tidak
    merusak sayap. Namun di daerah semak yang memiliki pohon sedikit akan menyebabkan kecepatan dan tekanan angin menjadi kuat sehingga kupu-kupu berukuran besar dan bersayap lebar sedikit dijumpai di daerah ini karena akan merusak sayap kupu-kupu. Florida dkk. (2015:264) menambahkan kisaran kecepatan angin yang dibutuhkan kupu-kupu adalah 0,2-2,45%.
  5. Tumbuhan Inang
    Faktor lainnya yang tak kalah penting bagi keanekaragaman jenis kupu-kupu adalah tumbuhan inang. Kupu-kupu membutuhkan makanan untuk kelangsungan hidupnya. Tumbuhan inang yang dibutuhkan kupu-kupu pun berbeda-beda. Suwarno dkk. (2007:41) menyatakan bahwa serangga memiliki pilihan yang berbeda terhadap jenis tumbuhan inang yang ditentukan oleh kondisi nutrisi tumbuhan tersebut. Nutrisi tumbuhan berupa air dan kandungan protein yang sangat penting bagi kehidupan kupu-kupu.