Diperbarui tanggal 30/05/2022

Konsep Mengelola Emosi Diri Anak Usia Dini

kategori Pendidikan Anak Usia Dini / tanggal diterbitkan 29 Mei 2022 / dikunjungi: 4.32rb kali

Pengertian Emosi

Emosi adalah perasaan yang secara fisiologis dan psikologis dimiliki oleh anak dan digunakan untuk merespons terhadap peristiwa yang terjadi disekitarnya. Berbagai emosi muncul dalam diri seperti sedih, gembira, kecewa, benci, cinta, maraah. Sebutan yang diberikan pada emosi tesebut akan mempengaruhi bagaimana anak bepikir dan bertindak mengenai perasaan tersebut. Emosi pada umumnya berlangsung dalam waktu yang relatif singkat, sehingga emosi berbeda dengan mood. Mood atau suasan hati umumnya berlangsung dalam waktu yang relatif lebih lama dari pada emosi., tetapi intensitasnya kurang apabila dibandingkan dengan emosi.

Kasima Ahmad (2005: 65) emosi merupakan perasaan atau sikap yanag melibatkan paduan dari gerakan fisiologis misalnya detak jantung cepat, dan perilaku mebuka misalnya senyum, menyeringai. Apabila kita menyebut emosi anak, beberapa persaan dramatik yang diingat seperti takut, senang luar biasa. Sedangkan menurut Yuliani Nurani Sujiono bahwa perkembangan emosi anak yang berusia lima tahun sampai enam tahun sebagai berikut:

  1. Dapat menyatakan perasaan
  2. Dapat mengendalikan ekspresi dengan lebih baik
  3. Menyatakan perhatian yang lebih sedikit ketika terpisah dari teman
  4. Menyatakan selera humor didalam lelucon, kata-kata omong kosong
  5. Belajar mengenai hal-hal yang benar dari hal-hal yang salah
  6. Mulai dapat menyatakan perasaan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa emosi adalah ungkapan perasaan yang kemudian diikuti dengan tindakan perilaku dari seseorang tersebut. Ungkapan perasan tersebut berkaitan dengan kebutuhan dan minat dari setiap individu itu sendiri. Pola emosi pada anak, emosi setiap anak sangatlah berbeda-beda, apalagi jika dibedakan dengan anak yang lebih tua atau dengan orang dewasa, sebenarnya tidak logis jika kita menuntut agar semua anak pada usia tertentu mempunyai pola emosi yang sama. Perbedaan individu tidak dapat dielakkan karena adanya perbedaan taraf pematangan dan kesempatan belajar.

Ali Nugraha (2005:513) mengatakan anak perlu dibekali keterampilan emosi yaitu suau kemampuan mengenali, mengolah dan mengontrol emosi sehingga dapat merespon dengan baik setiap kondisi yang merangsang setiap munculnya emosi-emosi tersebut.

Mengelola Emosi Diri

Bagi orang dewasa khususnya pendidik, melakukan identifikasi perilaku sebagai cerminan emosi anak memang tidak semudah melakukan identifikasi pada orang dewasa. Jika pada orang dewasa, saat ia merasa senang atau sedih sekalipun, bisa saja ia langsung mengemukakan secara verbal perasaannya. Namun berbeda dengan anak, anak tidak dapat dengan mudah mengemukakan perasaannya atau cenderung diam. Hal tersebut dijelaskan oleh Mashar (2011: hlm 60) bahwa kemampuan emosional anak merupakan sebuah keterampilan anak dalam mengemukakan kesadaran, pengaturan, dan pengelolaan perasaan yang terjadi dalam dirinya lebih cepat berubah dalam memberikan tindakan melalui sikap diri untuk mencapai kebahagiaan dirinya sendiri. Berdasarkan penjabaran tersebut dapat diartikan bahwa emosi anak tidaklah stabil. Namun, pada dasarnya anak hidup bukan hanya menggunakan insting saja tetapi anak mampu melakukan integrasi perilaku antara perasaan dengan pengalamannya untuk bertindak secara logis, rasional, dan terukur.

Kemampuan anak usia dini mengelola emosi diri merupakan bagian dari pematangan perkembangan emosi anak dimasa peralihan dari pra operasional memasuki masa operasional konkrit. Sejalan dengan itu terdapat dalam Permendikbud nomor 137 tentang Standar Nasional dalam standar tingkat pencapain perkembangan anak usia 5-6 tahun hlm 28 yaitu “mengenal emosinya sendiri dan mengelolanya secara wajar”. Kemampuan mengelola emosi diri anak dilihat dari sudut pandang kemampuan anak memanfaatkan emosi dirinya secara positif. Selain itu, kemampuan mengelola emosi pada anak sesuai dengan situasi kondisi diri anak tersebut, dan kemampuan pertahanan diri anak itu sendiri dalam berbagai bentuk menyikapi permasalahan.

Teori Mengelola Emosi Diri Anak Usia Dini

Emosi bersumber dari kata latin yakni “movere” artinya “menggerakan atau bergerak”. Pada dasarnya, emosi berkaitan erat dengan istilah perasaan. Perasaan adalah bagian dari setiap diri individu. Wujud perasaan yang sesungguhnya tidak dapat dilihat oleh siapapun meskipun oleh diri individu yang sedang mengalami perasaan itu sendiri. (Goleman, 2001; Mashar, 2011; dan, Yusuf, 2012). Berkaitan dengan istilah bergerak dan menggerakan, maka emosi dapat diungkapkan sebagai luapan perasaan yang dituangkan kedalam ekspresi dan ditunjukkan oleh gerak fisik individu.

Menurut Walgito dalam Mashar (2011:17), mengemukakan tiga teori emosi:

  1. Teori sentral
    Menurut teori ini, gejala kejamanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu, jadi individu mengalamai emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami perubahan-perubahan dalam kejasmaniannya. Sebagai contoh; orang menangis karena merasa sedih
  2. Teori periferal
    Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli yang berasal dari amerika serikat yang bernama william james. Menurut teori ini justru sebaliknya, gejala-gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialami individu, tetapi malahan emosi yang dialami individu merupakan akibat dari gejala-gejala kejasmanian.
  3. Teori kepribadian
    Menurut teori ini, emosi merupakan suatu aktivitas peibadi, dimana pribadi tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua subtansi yang tertpisah karena itu, maka emosi meliputi pula peubahan-perubahan kejasmanian.

Secara garis besar ada dua hal utama dalam kecerdasan emosi, yaitu mengenali dan mengelola emosi. Langkah pertama mengajarkan kecerdasan emosi adalah mengenalkan berbagai jenis emosi kepada anak. Bagaimana caranya? Apabila anak sedari usia dini sering dilatih untuk peka dalam mengenali emosi, maka semakin dewasa akan semakin mudah mengenali emosi, dan akhirnya dapat menyesuaikan sikapnya dengan situasi emosi yang ada.

Indikator Mengelola Emosi

kemampuan emosional anak merupakan sebuah keterampilan anak dalam mengemukakan kesadaran, pengaturan, dan pengelolaan perasaan yang terjadi dalam dirinya lebih cepat berubah dalam memberikan tindakan melalui sikap diri untuk mencapai kebahagiaan dirinya sendiri. Berdasarkan penjabaran tersebut dapat diartikan bahwa emosi anak tidaklah stabil. Namun, pada dasarnya anak hidup bukan hanya menggunakan insting saja tetapi anak mampu melakukan integrasi perilaku antara perasaan dengan pengalamannya untuk bertindak secara logis, rasional, dan terukur. Sejalan dengan itu terdapat dalam Permendikbud nomor 137 tentang Standar Nasional dalam standar tingkat pencapain perkembangan anak usia 5-6 tahun hlm 28 yaitu “mengenal emosinya sendiri dan mengelolanya secara wajar”. Kemampuan mengelola emosi diri anak usia 5-6 tahun cenderung dapat tercermin pada sebagai berikut:

  1. Mengenal emosi diri
    Anak mampu mengenal perasaan positif maupun negatif yang terjadi pada dirinya sendiri. Hal tersebut sejalan dengan permendikbud tahun 2014 nomor 146 hlm 8 menyatakan bahwa salah satu capaian perkembangan anak usia 5-6 tahun “mampu mengenal emosi diri …”.
    Adapuan indikator capaian dari mengenal emosi diri antara lain : mampu menge tahui rasa senang pada diri sendiri, mampu mengetahui rasa sedih pada diri sendiri, mampu mengetahui rasa takut pada diri sendiri, mampu mengetahui rasa marah pada diri sendiri.
  2. Kemampuan mengatur emosi sesuai dengan situasi dan kondisi diri
    Kemampuan mengatur emosi sesuai dengan situasi dan kondisi diri merupakan penataan emosi yang disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi diri untuk melakukan setiap perilaku yang positif. Terdapat dimensi sikap anak yang harus dimiliki diantaranya mampu menunda rasa senang, mampu bertindak sesuai dengan tindakan.
  3. Kemampuan anak dalam memanfaatkan emosi diri secara positif
    Kemampuan dalam memanfaatkan emosi secara positif merupakan penggunaan emosi diri pada hal positif. Terdapat dimensi sikap anak yang harus dimiliki diantaranya anak akan mampu mengungkapkan hasrat, mampu menggerakan hasrat, mampu berperilaku positif dari segala persaan diri.
  4. Memiliki pertahanan diri dalam menghadapi setiap persoalan
    Memiliki pertahanan diri dalam menghadapi setiap persoalan merupakan sesuatu hal yang bertujuan untuk menyelesaikan segala permasalah pada diri.

Sikap yang harus dimiliki adalah anak akan mampu bersikap waspada, mampu mempertahankan gagasan, dan mampu menghadapi persoalan. kemampuan mengelola emosi pada anak sesuai dengan situasi kondisi diri anak tersebut, dan kemampuan pertahanan diri anak itu sendiri dalam berbagai bentuk menyikapi permasalahan. Mengelola emosi secara positif berarti anak diharapkan mampu memanfaatkan emosi diri secara produktif atas perasaan diri dan mampu mengeksplorasikan perasaan tanpa menyakiti diri sendiri dan orang lain.

Karakteristik Pengelolan Emosi

Ada perbedaan antara reaksi emosi anak dengan orang dewasa. Adapun reaksi emosi anak taman kanak-kanak menurut Ali Nugraha (2005: 2.3) yakni antara lain:

  1. Reaksi emosi anak sangat kuat, Anak akan memperlihatkan reaksi emosi yang sama kuatnya dalam menghadapi setiap peristiwa. Bagi anak setiap peristiwa mmerupakan kejadian yang menarik dan menakjubkan. Dalam hal kekuatan, semakin bertambah umur anak maka semakin terampil pula dalam memilah kadar emosionalnya.
  2. Reaksi emosi sering kali muncul pada setiap peristiwa dengan cara yang diinginkannya. Anak sering kali tiba-tiba menangis atau merajuk tanpa sebab yang jelas. Anak melakukan hal tersebut, dikarenakan anak memang menginginkannya, sekalipun tidak ada penyebabnya.
  3. Reaksi emosi anak mudah berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya.Reaksi emosi anak mudah berganti dari satu kondisi ke kondisi lainnya.Misalnya seorang anak yang menangis karena suatu hal, ketika orang dewasa mengalihkan perhatiannya ke suatu hal yang menarik perhatiannya maka anak tersebut akan segera berhenti menangis dan akan segera lupa dengan kejadian yang membuatnya menangis.
  4. Reaksi emosi bersifat individual. Reaksi emosi bersifat individual bermakna bahwa sekalipun peristiwa pencetus atau penyebab emosi adalah sama, namun reaksi yang ditimbulkan oleh setiap orang berbeda-beda disebabkan karena adanya pengalaman yang diperolehnya dari lingkungan yang berbeda-beda pula sehingga menyebabkan reaksi emosi yang diperlihatkanpun berbeda pula.
  5. Keadaan emosi anak dapat dikenali melalui gejala tingkah laku yang ditampilkan.
    Pada dasarnya semua anak lebih mudah mengekspresikan emosinya melalui sikap dan perilakunya dibandingkan mengungkapkannya secara verbal. Mereka biasanya memperlihatkan gejala tingkah laku seperti melamun, gelisah, menghisap jari, menggigit kuku jari, kesulitan bicara.

Pembinaan taman kanak-kanak dan Sekolah Dasar (2010: 34), menyebutkan ada beberapa ciri umum perkembangan emosi anak usia 4-5 tahun. Ciri umum yang ditampilkan adalah:

  1. dapat memaklumi beberapa frustasi
  2. mulai mengembangkan pengendalian diri
  3. menghargai kejutan dan peristiwa tertentu
  4. mulai menunjukkan selera humor
  5. mulai mengungkapkan kasih sayang secara terang-terangan,
  6. takut akan gelap, merasa diabaikan, atau pada situasi yang belum dikenal. Pada usia dua sampai empat tahun, karakteristik emosi anak muncul pada ledakan amarahnya atau temper tantrums (Elizabeth B. Hurlock,1978).

Anak yang berusia tiga dan empat tahun menyenangi kejutan-kejutan dan juga peristiwa roman. Mereka memerlukan keamanan dengan mengetahui bahwa ada suatu struktur dalam kehidupan sehari-hari. Anak yang berusia tiga dan empat tahun juga sudah mulai menunjukkan selera humor. Pada usia lima sampai enam tahun anak mulai matang dan mulai menyadari akibat-akibat dari emosinya. Ekspresi emosi anak dapat berubah secara drastis dan cepat, contohnya baru saja anak menangis tetapi setelah beberapa menit kemudian anak bisa gembira lagi karena mendapatkan hiburan dari orang yang mengendalikan emosinya.

Cara Mengelola Emosi Diri

Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan dalam mengelola emosi (Darmasyah, 2010:124) yang diantaranya sebagai berikut:

  1. Membatu bayi yang menangis untuk membuatnya nyaman. Pegasuh atau orang tua dapat melakukan beragam cara agar anak berasa nyaman dan tidak menangis
  2. Menciptakan situasi hangat dapat diterima, dan kepercayaan. Ketiga hal ini diberikan kepada anak maka emosi yang ada pada anak akan selalu positif.
  3. Mengajak anak untuk mengeluarkan semua yang dirasakannya baik itu saat bahagia maupun sedih.
  4. Mendiskusikan pengalaman emosi sesuai dengan apa yang pernah dirasakan.
  5. Mengajak anak untuk menebak emosi orang lain sebagai suatu rangsangan pada diri anak.
  6. Mempelajari perbedaan budaya pada perbedaan dalam mengelola emosi anak.
  7. Membatu anak dalam menjaga sifat cemasnya.
  8. Memberikan perhatian pada emosi diri.
  9. Mengajak anak untuk menghidari model yang berhubungan dengan emosi negatif.

 

Daftar Pustaka

Goleman, D. (2005). Emotional Intelligence (Terjemahan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Izzaty, R. E. (2005). Mengenal Permasalahan Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Mashar, Riana. (2011). Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangan. Jakarta. Kencana

Mursid. (2015). Pengembangan Pembelajaran Paud. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mutia, D. (2010). psikologi bermain anak usia disi, Jakarta: Prenada Media Group

Nugraha, A. (2008). Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta: Universitas Terbuka.