Diperbarui tanggal 17/03/2022

Keterampilan Berpikir Kritis

kategori Belajar dan Pembelajaran / tanggal diterbitkan 17 Maret 2022 / dikunjungi: 11.30rb kali

Pengertian Berpikir Kritis

Salah satu kecakapan hidup yang harus dikembangkan melalui proses guruam adalah keterampilan berpikir kritis. Keberhasilan sesorang dapat ditentukan dari keterampilan berpikirnya dalam upaya memecahkan masalah yang dihadapinya. “Berpikir kritis merupakan keterampilan untuk menganalisis, menilai, mengevaluasi, merekonstruksi, serta mengambil keputusan yang mengarah pada tindakan yang rasional dan logis” (King, dkk, 2012; National Education Association, 2012). Dalam pengimplementasian keterampilan bepikir kritis, siswa mampu menerima dan menganalisis ilmu pengetahuan secara kritis, mengolah informasi secara baik untuk merekonstruksi pola pikir serta mengambil keputusan secara rasional dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Ennis, R.H (1995) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan pada hal yang diyakini atau dilakukan. Teori ini sejalan dengan pendapat yang menyatakan bahwa “berpikir kritis yaitu suatu proses intelektual dalam pembuatan konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi berbagai informasi yang didapat dari hasil observasi, pengalaman, dan refleksi untuk kemudian dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan” (Walker, G: 2006). Sejalan dengan Facione, (2006) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah keterampilan untuk memutuskan (judging) yang menghasilkan interprestasi, analisis, evaluasi, inferensi, maupun pemaparan berdasarkan bukti-bukti, konsep, metodologi, kriteria atau pertimbangan kontekstual yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusan.

Menurut Rainbolt dan Dwyer (2012: 5) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah keterampilan mengevaluasi argumen-argumen yang dibuat oleh orang lain dengan benar dan membuat sendiri argumen-argumen yang baik dan benar. Berpikir kritis adalah merefleksikan permasalahan secara lebih terperinci, mempertahankan pikiran agar bisa tetap terbuka dengan berbagai pendekatan dan pandangan yang berbeda-beda, tidak mudah mengakui dengan mudah informasi dan data yang didapatkan dari berbagai sumber baik lisan ataupun tulisan, serta berpikir secara reflektif daripada hanya dengan menerima ide-ide dari luar tanpa adanya pemahaman dan evaluasi yang signifikan (Desmimita, 2011:153). Menurut Facione (1990), berpikir kritis adalah faktor yang memilki peran penting dalam mendapatkan interpretasi, analilis, penilaian, dan kesimpulan, serta penjelasan yang berdasarkan atas bukti, konsep, metodelogi, kriteria, maupun pertimbangan secara kontekstual yang dijadikan sebagai landasan pertimbangan. Dengan demikian, berpikir kritis merupakan sumber daya besar yang memberikan pengaruh dalam kehidupan pribadi dan sosial seseorang.

Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan fundamental dalam pembelajaran abad ke-21. Keterampilan berpikir kritis memuat kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mensintesiskan informasi yang dapat dibelajarkan, dilatihkan, dan dikuasai (Redecker et. Al., 2011). Keterampilan berpikir kritis juga memuat keterampilan lainnya seperti keterampilan berkomunikasi dan informasi, serta kemampuan untuk memeriksa, melakukan analisis, menafsirkan, dan mengevaluasi bukti.

Indikator Berpikir Kritis

Guru yang berperan sebagai guru harus mampu mengaktualisasikan pendidikan dan inovasi dalam pembelajaran melalui strategi yang tepat dan efektif guna merangsang berkembangnya keterampilan berpikir kritis. “Indikator berpikir kritis yaitu: merumuskan masalah, mengajukan hipotesis disertai pendapat, melakukan dedukasi, melakukan induksi, melakukan perencanaan dan evaluasi, dan pengambuilan keputusan dan tindakan” (Cimer, dkk, 2013:15-24). Pemahaman diatas dikembangkan oleh Zubaidah (2019: 6) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis memiliki indikator yang kompleks dalam mengolah pola pikir dan mengambil keputusan berupa pemahaman konsep, memberikan jawaban disertai alasan yang spesifik, alur berpikir yang terpadu, serta tata bahasa yang baik dan benar. Keterampilan berpikir kritis penting untuk dimiliki oleh siswa dalam menemukan dan menganalisis masalah serta menemukan solusi dari masalah yang dihadapi. Keterampilan berpikir kritis ditumbuhkan di dalam semua disiplin ilmu yang disampaikan kepada siswa selama pembelajaran untuk memancing dan mengembangkan potensi yang dimiliki.

Pada teori Ennis dalam Zubaidah (2010), keterampilan berpikir kritis memiliki 13 indikator, yaitu: mencari pertanyaan sesuai permasalahan, mencari alasan yang tepat, aktualisasi, memanfaat sumber yang dapat dipercaya, menguasai situasi/permasalahan, relevan sesuai ide utama, menjaga pemahaman terhadap ide permasalahan, mancari solusi alternatif, berpikir secara terbuka, memposisikan diri dengan alasan yang kuat, mencari dokumen yang sesuai masalah, bekerjasama untuk sepakat, peka terhadap kemampuan dan potensi orang lain. Wade (1985) telah mengidentifikasi indikator pada keterampilan berpikir kritis yang dianggap memiliki kesesuaian dengan teori sebelumnya, yaitu: aktivitas merumuskan masalah, membatasi suatu masalah, menguji data terkait, menganalisis informasi dan fakta, menghindari pertimbangan yang emosional, menghindari penyederhanaan yang berlebihan, mempertimbangkan semua interprestasi, dan toleransi terhadap ambiguitas. Pemahaman terhadap teori yang mengungkap indikator keterampilan berpikir kritis, merujuk pada teori Ennis dalam Kartini (2013) mengenai Goal for a Critical Thinking Curriculum yang menjelaskan indikator keterampilan berpikir kritis dalam bentuk table berikut:

KelompokIndikatorSub Indikator
Memberi penjelasan sederhana
  1. Memfokuskan pertanyaan
  2. Menganalisis argumen
  3. Bertanya dan menjawab pertanyaan
  1. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan
  2. Mengidentifikasi dan menangani ketidaktepatan
  3. Memberikan penjelasan sederhana dan memberikan contoh
Membangun keterampilan dasar
  1. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
  2. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi
  1. Mampu untuk memberikan alasan
  2. Menyampaikan hasil obsevasi disertai bukti-bukti yang benar
Menyimpulkan
  1. Membuat deduksi
  2. Membuat induksi
  3. Membuat keputusan yang bernilai
  1. Menentukan kesimpulan
  2. Mengemukakan kesimpulan dan hipotesis
  3. Menentukan hasil pertimbangan berdasarkan fakta
Penjelasan lebih lanjut
  1. Mendefinisikan istilah
  2. Mengidentifikasi asumsi
  1. Memberikan definisi disertai penjelasan lebih lanjut
  2. Menjelaskan asumsi-asumsi
Strategi dan teknik
  1. Memutuskan suatu tindakan
  2. Berinteraksi dengan orang lain
  1. Mempertimbangkan solusi yang tepat
  2. Berinteraksi menggunakan argument

Angelo, (1995) telah mengidentifikasikan perilaku sistematis dalam keterampilan berpikir kritis berdasarkan universal intellectual standard, terdiri atas: keterampilan menganalisis, mensintesis, mengenal dan memecahkan masalah, menyimpulkan, serta mengevaluasi dan menilai. Menganalisis adalah keterampilan untuk menguraikan suatu konsep menjadi komponen atau bagian-bagian yang lebih sederhana untuk mempermudah proses pemahaman. Mensintesis adalah kemampuan memadukan dan menggabungkan beberapa konsep untuk menghasilkan konsep baru yang tidak dijabarkan secara eksplisit pada konsep sebelumnya. Keterampilan mengenal dan memcahkan masalah merupakan keterampilan secara aplikatif sebuah konsep melalui pemahaman yang baik untuk kemudian menghasilkan konsep serta penerapan pada lingkungannya. Keterampilan menyimpulkan adalah kemampuan untuk menguraikan dan menjelaskan suatu masalah secara bertahap dan sistematis hingga menghasilkan makna baru berupa simpulan. Keterampilan mengevaluasi dan menilai adalah kemampuan untuk menentukan nilai atau persepsi sesuai dengan kriteria tertentu.

Indikator-indikator keterampilan berpikir kritis dikembangkan kedalam aspek-aspek yang sederhana oleh Achmad dalam Zubaidah (2019:7-8) bahwa keterampilan berpikir kritis dapat di identifikasi berdasarkan aspek clarity (kejelasan), accuracy (keakuratan, ketelitian, kesaksamaan), precision (ketepatan), relevance (keterkaitan), depth (kedalaman), breadth (keluasan), dan logic (logika).

Dalam rangka mengetahui bagaimana cara meningkatkan berpikir kritis pada diri seseorang, Ennis dan Norris (dalam ) terdapat beberapa aspek dan indikator berpikir kritis, yaitu:

  1. Menyampaikan penjelasan dengan sederhana, meliputi memfokuskan pertanyaan, menganalisis pendapat, bertanya serta menjawab pertanyaan mengenai suatu penjelasan.
  2. Membina keterampilan dasar, meliputi memilah apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, melakukan observasi dan mempertimbangkan laporan hasil observasi.
  3. Memberikan kesimpulan, meliputi kegiatan mendeduksi dan memilah hasil deduksi, menginduksikan dan menentukan hasil induksi, membuat dan menetapkan hasil pertimbangan.
  4. Memberikan penjelasan lanjut, yang meliputi memberikan definisi istilah dan menimbang definisi, dan melakukan identifikasi terhadap asumsi-asumsi.
  5. Mampu merancang strategi dan taktik, yang meliputi memutuskan tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.

Berdasarkan pernyataan diatas pendapat di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa sikap seorang pemikir kritis mempunyai kecenderungan berpikir terbuka dalam mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan sehingga keputusan yang diambil valid berdasarkan bukti terpercaya. Peserta didik perlu memiliki kompetensi dalam mengatasi tantangan pada pendidikan abad 21. Dikutip dari The Partnership for 21 Century Skils (dalam Haryati, 2017) menyatakan bahwa terdapat beberapa kompetensi keterampilan berpikir kritis yang harus dimiliki oleh kepada peserta didik dalam konteks pendidikan abad ke-21 adalah sebagai berikut:

  1. Peserta didik diharapkan mampu bernalar secara efektif
  2. Peserta didik mampu menggunakan sisitem berpikir
  3. Peserta didik mampu membuat pertimbangan dan keputusan
  4. Peserta didik mampu memecahkan masalah

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat dipahami bahwa kompetensi berpikir kritis bagi peserta didik sangatlah penting dimuatkan melalui proses pembelajaran sehingga peserta didik terbiasa untuk menggunakan sistem bernalar dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik.

Berpikir Kritis dalam Pembelajaran

Berpikir kritis memiliki posisi yang penting dalam pembelajaran. Rusnah (2018:239) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis setiap siswa itu berebeda-beda sehingga perlu dilatih dan dikembangkan sejak usia dini, terutama di bangku Sekolah Dasar (SD). Berkaitan dengan Hashemi, dkk (2010) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang berperan dalam perkembangan moral, sosial, mental, kognitif dan sains. “Berpikir kritis dapat dipelajari, diperkirakan dan diajarkan” (Facione: 2010). Berpikir kritis dapat dianggap sebagai potensi intelektual yang dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran. Setiap manusia memiliki potensi untuk berpikir kritis karena keterampilan ini berkaitan dengan pengelolaan diri (self organization) yang terdapat pada dirinya. Pemahaman ini mengarah pada bagaimana seseorang memiliki keterampilan berpikir krItis dan bagaimana mengajarkan orang lain untuk berpikir kritis.

Mengutip pendapat dari Filsaime (2008) yang mengatakan bahwa pemikir kritis yang ideal memiliki rasa ingin tahu yang besar, aktual, nalar yang dapat dipercaya, berpikir secara terbuka, fleksibel, seimbang dalam mengevaluasi, jujur, berhati-hati dalam mengambil keputusan, transparan, cerdas, fokus serta gigih dalam mencari temuan.

Langkah-langkah dalam Berpikir Kritis

Berpikir kritis dapat diterapkan secara terpadu didalam pembelajaran ataupun terpisah dari mata pelajaran. Hal ini tercantum di dalam Permendikbud No. 21 tahun 2016 mengenai standar isi pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa salah satu kompetensi inti dalam pembelajaran yaitu siswa mampu menunjukkan keterampilan berpikir dan bertindak secara kritis secara jelas, sistematis, logis dan kritis. Pengertian tersebut didukung oleh Sutrisno (2009) yang mengatakan bahwa berpikir ktitis tidak otomatis dimiliki oleh siswa, keterampilan berpikir kritis bukan merupakan hasil langsung dari bidang studi, berpikir kritis membutuhkan dorongan pihak-pihak di lingkungan sekitarnya, serta pembelajaran dilakukan dengan berpusat pada siswa (student centered learning).
“Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan keterampilan berpikir kritis, terdiri atas: pemahaman kemampuan-kemampuan berpikir yang mendasar, mampu bersikap skeptis tentang segala hal, pemahaman bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak selain dari Tuhan YME, menganalisis dan mengevaluasi pernyataan yang diterima, fleksibel dan mampu berpikir menggunakan logika/nalar” (Wahidin, 2008).

Pembelajaran yang ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir krits dapat dicapai melalui tahap-tahap pembelajaran yang disampaikan oleh Arief dalam Susanto (2014:129-130) kemudian dijabarkan sebagai berikut:

  1. Menganalisis
    Menganalisis merupakan keterampilan memahami sebuah informasi secara menyeluruh/global untuk kemudian dijabarkan kedalam bagian-bagian yang lebih sederhana/terperinci. Biasanya keterampilan menganalisis berkaitan erat dengan proses menguraikan, mengidentifikasi, mengggambarkan, menghubungkan dan merincikan informasi yang diterima.
  2. Menyintesis
    Berbeda dengan menganalisis, langkah menyintesis dilakukan dengan memadukan atau menggabungkan beberapa informasi yang diterima kemudian menghasilkan ide/gagasan baru. Ide-ide yang dihasilkan menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam disertai alasan yang mendukung gagasan itu sendiri yang dinyatakan secara eksplisit.
  3. Mengenal dan memecahkan masalah
    Pada tahap ini ditujukan untuk mengenal masalah yang ditemukan berdasarkan hasil analisis dan sintesis. Identifikasi masalah ini berkaitan dengan ide pokok dan konsep permasalahan untuk kemudian menghasilkan kemampuan menemukan solusi memcahkan masalah. Hasil dari pemecahan masalah adalah penerapan konsep yang diterima untuk diaplikasikan pada waktu dan kondisi lingkungan yang baru.
  4. Menyimpulkan
    Hasil dari proses identifikasi dan pemahaman akan menghasilkan sebuah konsep baru yang diaktualisasikan dalam bentuk simpulan. Simpulan inilah yang menunujukkan tingkat keberhasilan pemahaman terhadap suatu topik permasalahan.
  5. Mengevaluasi dan menilai
    Untuk melakukan tahap penilaian dalam evaluasi membutukan kriteria tertentu untuk dijadikan sebagai standar penilaian. Kriteria tersebut mengacu pada topik permasalahan, ataupun dikembangkan untuk meningkatkan pemahaman suatu permasalahan.

Dalam teori The Statewide History-Social Science Assessment Advisory Commiteeyang disampaikan oleh Kneedler pada Wahidin (2008) menjelaskan bahwa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis membutuhkan langkah pengenalan masalah (defining/claryfing problems), menilai informasi yang diterima (judging information), serta memecahkan masalah atau menarik kesimpulan (solving problems/drawing conclusion). Facione dalam Peter (2012) telah menjelaskan tentang strategi dalam mengajarkan keterampilan berpikir kritis menggunakan langkah-lamgkah berikut yang disebut IDEALS: Identify (menjelaskan ide pokok masalah yang dihadapi), Define (menentukan fakta-fakta yang relevan dengan masalah), Enumerate (mengidentifikasi jawaban yang kemungkinan sesuai dan masuk akal), Analyze (menganalisis jawaban yang ditemukan), List (menyediakan alasan terhadap jawaban yang ditemukan), dan Self-correct (menganalisis solusi untuk menentukan kesimpulan).