Diperbarui tanggal 11/Okt/2022

Keterampilan Berargumentasi

kategori Belajar dan Pembelajaran / tanggal diterbitkan 10 Oktober 2022 / dikunjungi: 2.64rb kali

Pengertian Keterampilan Berargumentasi

Argumentasi berasal dari bahasa Prancis Kuno yaitu “argumentum” yang berarti pernyataan tegas atau bukti. Argumentasi juga dapat didefinisikan sebagai sebuah pernyataan yang disertai dengan pembenaran. Towlmin menyebutkan bahwa Argumen merupakan pengakuan kebenaran yang didukung oleh alat dari berbagai jenis data yang relevan ( Wowo Sunaryo Kuswana, 2014:178). Keterampilan berargumentasi merupakan fondasi dari berfikir logis dan kritis. Keterampilan yang juga dianggap penting adalah keterampilan berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan kegiatan yang sangat penting untuk dikembangkan di sekolah, guru diharapkan mampu merealisasikan pembelajaran yang mengaktifkan dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Menurut Noreen Facione bahwa berfikir kritis merupakan kemampuan mengemukakan alasan berdasarkan apa yang diyakini dan dilakukan (Ridwan Abdullah Sani, 2019:15).

Argumentasi juga dapat diartikan sebagai kegiatan verbal, sosial, dan rasional yang ditujukan untuk meyakinkan seorang kritikus dari penerimaan sudut pandang dengan mengedepankan konstelasi membenarkan atau menyangkal proposisi-proposisi yang diungkapkan dalam sudut pandang atau pendapat. Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar dipercaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan. Didalam ilmu pengetahuan, argumentasi itu tidak lain adalah usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal yang dianggap benar. Berargumentasi adalah sifat membujuk dengan cara memaparkan alasan-alasan, fakta-fakta, bukti-bukti suatu pendapat gagasan pemecahan suatu masalah (Gorys Keraf, 2008:7).

Berargumentasi merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar, dengan adanya argumentasi dapat membangun keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Haris, Phillips, dan Penuel menyebutkan bahwa bagian utama dalam proses pembelajaran adalah belajar terlibat dalam berbagai aspek penting meliputi merumuskan pertanyaan, mendeskripsikan mekanisme, dan membangun argumen (Ade Cyntia Pritasari, Sri Dwiastuti dan Riezky Maya Probosari, 2016:2). Pengajaran guru dalam pemahaman konsep siswa pada pokok pembelajaran, yang menyatakan peserta didik harus menguasai konsep dengan baik, bukan menghafal konsep-konsep secara terlepas satu sama lain sehingga untuk dapat melihat pemahaman konsep tersebut dapat dilihat dengan bentuk argumentasinya. Enduran,S & Maria berpendapat bahwa Argumentation in science education, menyatakan bahwa setiap siswa dalam suatu pelajaran sangat membutuhkan argumentasi, yang tujuannya untuk memperkuat pemahaman diri seorang siswa tersebut (Putri Handayani, Murniati, Sardianto M S, 2015:62).

Argumentasi adalah kemampuan membenarkan klaim melalui penggunakan bukti. Semakin tinggi kemampuan beragumentasi seseorang maka, semakin baik kemampuan untuk memberikan alasan dari suatu penyelesaian atau jawaban. Argumentasi menurut Keraf mendefinisikan bahwa suatu bentuk retorika Yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar percaya dan bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pembaca (Yanti Herlanti, 2014:15). Oleh karena itu semakin banyak disodorkan bukti-bukti maka akan semakin kuat argumentasi itu. berargumentasi merupakan cara yang sangat bagus dalam kegiatan diskusi dan untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang persoalan kompleks. Argumen dipandang sebagai suatu proses penalaran berdasarkan makna umum ( Wowo Sunaryo Kuswana, 2014:180).

Pada keterampilan berargumentasi, bahwa keterampilan yang terlibat harus relevan, baik dalam diskusi lisan maupun tertulis,terutama dimana para siswa kritis merefleksikan praktek mereka.. Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa berargumentasi merupakan cara seseorang secara rasional menghadapi setiap pertanyaan, isu–isu serta membantah dan menghadapi setiap masalah. Sebuah argumen terdiri dari sebuah klaim (solusi) yang didukung oleh berbagai prinsip (jaminan), bukti dan berbagai bantahan kontra argumen yang memadai. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dalam proses pembelajaran. Keterampilan beragumentasi merupakan keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam sistem pembelajaran saat ini. Tujuan menanamkan keterampilan beragumentasi dalam pembelajaran PPKn dikelas adalah untuk memposisikan siswa bukan sebagai penerima informasi melainkan sebagai pengguna serta pengengola informasi. Beragumentasi dapat membuat siswa berpendapat dengan cara terorganisasi dan mampu menghagai pendapat orang lain.

Tujuan Berargumentasi

Ketika peserta didik berbicara tentang suatu permasalahan atau isu yang berhubungan dengan materi PPKn, hal ini mampu menjadikan peserta didik aktif dalam pengetahuan dan terlibat dalam debat tentang topik yang relevan. Peserta didik akan menginformasikan opini, mendemonstrasikan pola pikir logis dan rasional dalam bernalar, dan mendukung argumen peserta didik dengan bukti. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan keterampilan argumentasi peserta didik, maka peserta didik harus paham tentang apa yang akan dikerjakan dan tujuan dari diskusi. Suasana ini mampu memberikan pengaruh yang positif dan bermanfaat meningkatkan kualitas argumen dan pemahaman peserta didik. Seseorang mempunyai kemampuan argumentasi melalui pencapaiannya dalam memahami fenomena yang dialaminya, mengemukakan pemahamannya dan meyakinkan orang lain agar menerima gagasannya. Untuk mencapai hal itu, mereka harus mengkonstrak dan mendukung pernyataan dengan bukti dan penalarannya. Argumentasi yang sebenarnya bukanlah sekedar mengeluarkan isi pendapat saja melainkan didasari oleh kebenaran dan memiliki dukungan untuk menguatkan argumen tersebut. Dalam berargumen, seseorang bisa saja bertujuan untuk mempertahankan argumennya dan mempengaruhi orang lain dengan argumennya.

Adapun tujuan dari berargumentasi yaitu membantu siswa agar dapat menyalurkan pendapat serta gagasannya, selain itu berargumentasi juga bertujuan untuk menuntut siswa agar dapat berpikir kritis. Beragumentasi juga penting dalam membangun mental serta kepercayaan diri siswa selain itu berargumentasi juga dapat memberikan semangat siswa dalam pelaksanaan pembelajaran (Vidya Karya 2017:758)

Indikator Argumentasi

Mengingat pentingnya pengembangan keterampilan berargumentasi pada peserta didik maka perlu dikembangkan suatu asesmen yang dapat mengukur dan merangsang keterampilan argumentasi peserta didik. Argumentasi sendiri memiliki 6 indikator penting berdasarkan model argumentasi Toulmin diantaranya sebagai berikut (Meilyna Rahayu, Tuti Kurniati dan Iwan Ridwan Yusup, 2018:51):

  1. pernyataan posisi (claim), Claim adalah sebuah jawaban untuk sebuah pertanyaan atau sebuah masalah atau untuk mengidentifikasi sebuah argumen, kritik terhadap sebuah argumen, dan pemahaman konseptual. Claim juga bisa diartikan sebagai pernyataan tentang apa yang telah di pahami atau kesimpulan yang telah dicapai dari
    penyelidikan atau teks yang telah di baca. Claim akan didukung oleh sebuah data.
  2. data atau fakta (ground), Data, dimana peserta didik dapat menginformasikan apa saja yang mereka ketahui.Sedangkan fakta yaitu semua informasiyang disampaikan harus sesaui dengan kenyatan yang ada saat ini, tidak direkayasa.Dengan adanya data serta fakta maka dapat memperkuat argumen yang disampaikan oleh siswa.
  3. jaminan (warrrants), Warrant, yaitu peserta didik dapat menghubungkan data dan klaim dengan menuliskan contoh, menuliskan apa saja yang diketahui dalam soal matematis,menuliskan persamaan serta menjelaskan contoh yang sesuai dengan soal.
  4. dukungan (backing), Backing yaitu peserta didik harus mampu menjawab semua pertanyaan yang di minta oleh soal berdasarkan dukungan- dukungan data dan fakta yang telah ada.
  5. keterangan modalitas (modal qualifiers) , Kualifikasi, dimana pernyataan yang dibuat oleh peserta didik berdasarkan informasi yang diketahuinya itu akurat atau benar secara teori.
  6. kemungkinan sanggahan / pengecualian (possible rebuttals), Sanggahan merupakan peserta didik mampu menyanggah atau menolaksebuah pernyataan yang dianggap tidak benar bagi peneliti.

Komponen argumentasi Toulmin merupakan struktur dasar argumentasi yang mampu meningkatkan kemampuan argumentasi siswa secara lisan dan tertulis. Sedangkan menurut Mc Neill & Krajcik dengan kemampuan berargumentasi siswa dan menghasilkan 4 indikator argumentasi (Siswanto, I.Kaniawati dan A. Suhandi, 2014:105), yaitu:

  1. Solusi (claim) , adalah sebuah jawaban untuk sebuah pertanyaan atau sebuah masalah atau untuk mengidentifikasi sebuah argumen, kritik terhadap sebuah argumen, dan pemahaman konseptual. Claim juga bisa diartikan sebagai pernyataan tentang apa yang telah di pahami atau kesimpulan yang telah di capai dari penyelidikan atau teks yang telah di baca. Claim akan didukung oleh sebuah data.
  2. Bukti (evidence), adalah sebuah data pendukung atau informasi yang mendukung sebuah claim yang berasal dari sumber yang dapat diamati dengan cara sama oleh siapa saja dan fitur diamati secara konstan. Data harus sesuai dan cukup untuk mendukung claim tersebut. Semakin banyak data yang diberikan maka semakin kuat claim yang di ajukan. Data bisa diperoleh dari penyelidikan atau sumber lain termasuk pengamatan, informasi yang ditemukan dalam teks, data yang diarsipkan, dan informasi dari seorang ahli.
  3. Pemikiran (reasoning) merupakan penjelasan tentang bagaimana bukti mendukung claim tersebut dan mengajak atau menyakinkan orang lain bahwa bukti yang digunakan dapat mendukung claim tersebut. Menurut Meri dan Amy reasoning adalah pembenaran yang menghubungkan klaim dan bukti dan mencakup prinsip-prinsip yang sesuai dan memadai untuk membela klaim dan bukti. Setiap bukti mungkin memiliki pembenaran yang berbeda untuk alasan mengapa data tersebut dapat mendukung.
  4. Bantahan (rebuttal) adalah menggambarkan penjelasan alternatif atau menyediakan bukti kontra. Dan penalaran mengapa alternatif tersebut tidak tepat. Rebuttal juga dapat diartikan sebagai bukti yang meniadakan atau tidak setuju dengan sanggahan tersebut Argumentasi Toulmin memiliki kesesuaian dengan argumentasi sehari-hari yang memudahkan tugas analisis menghubungkan bagian bagian utamanya dalam menfasilitasi konseptualisasi makna argumen.

Berdasarkan definisi tersebut, bukti dan dukungan tidak selalu menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan. Dalam hal ini, proses penalaran yang terlibat antara data dan kesimpulan tidak dapat diprediksi karena bergantung pada siapa yang membuat klaim dan isi argumen. Argumentasi yang benar ialah jika data dan kesimpulan saling mendukung dan sesuai. Oleh karena itu, berargumentasi merupakan cara yang sangat bagus dalam kegiatan diskusi dan untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang persoalan kompleks.

Jenis- jenis Keterampilan Berargumentasi

Argumentasi merupakan cara seseorang secara rasional menghadapi setiap pernyataan, isu-isu serta membantah dan menghadapi setiap masalah. Argumen merupakan sebuah pendapat dalam wacana yang bisa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Karena argumen dipandang sebagai suatu proses penalaran berdasarkan makna umum. Pemahaman konsep dan penalaran seseorang dapat dilihat dari bentuk argumentasinya secara tertulis maupun lisan. Keterampilan argumentasi menurut Tippet dikategorikan kedalam dua (2) jenis, yaitu:

Argumentasi lisan

Argumentasi lisan memiliki manfaat untuk melatih dan meningkatkan kemampuan dalam berbicara, mengungkapkan apa yang ada dalam benaknya berdasarkan informasi atau data yang telah diperoleh. Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa. Berbicara merupakan sebuah bentuk penyampaian informasi dengan menggunakan kata-kata atau kalimat secara lisan. Dengan kata lain, berbicara berarti menggunakan bahasa untuk bermacam-macam kepentingan tergantung dari para penuturnya. Salimah menyebut Berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu penyampaian ide atau gagasan, pikiran kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain (Norma Kusmintayu. dkk,2012:207). Kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat erat. Pesan yang diterima oleh pendengar tidaklah dalam wujud asli, tetapi dalam bentuk lain yaitu bunyi bahasa. Guntur Tarigan mengemukakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (Chatarina Jati Wuryaningtyas, 2015:103).

Sebuah keterampilan berbicara tidak dapat dikuasai secara cepat. Keterampilan berbicara yang baik dalam situasi formal memerlukan sebuah latihan dan pengarahan atau bimbingan yang intensif. Keterampilan berbicara dalam situasi formal dapat dilatih melalui proses pembelajaran di sekolah. Maidar G. Arsjad & Mukti berpendapat bahwa tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif, sebaiknya pembicara betul-betul memahami isi pembicaraannya, disamping juga harus dapat mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengarnya (Norma Kusmintayu. dkk,2012:207). Dengan demikian dalam berbicara perlu memiliki ciri-ciri yang telah ditentukan. Rusmiati mengemukakan bahwa terdapat sejumlah ciri-ciri pembicara yang baik untuk dikenal, dipahami, dan dihayati, serta dapat diterapkan dalam berbicara (Chatarina Jati Wuryaningtyas, 2015:103). Ciri-cirinya meliputi: 1) memilih topik yang tepat, 2) menguasai materi, 3) memahami latar belakang pendengar, 4) mengetahui situasi, 5) tujuan jelas, 6) kontak dengan pendengar 7) kemampuan linguistiknya tinggi, 8) menguasai pendengar, 9) memanfaatkan alat bantu, 10) penampilannya meyakinkan, 11) berencana.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa argumentasi lisan adalah suatu kemampuan seseorang untuk menyampaikan pikiran atau gagasan yang dibutuhkan oleh pendengar. seseorang yang memiliki keterampilan berbicara akan dapat dengan mudah menyampaikan ide dan gagasannya kepada orang lain. Sebaliknya, jika seseorang kurang memiliki keterampilan berbicara tentu akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan gagasannya kepada orang lain.

Argumentasi tertulis

Menulis merupakan proses penyampaian pikiran dalam bentuk tulisan yang bermakna melalui pemikiran-pemikiran yang kritis. Oleh sebab itu, pemahaman seseorang dapat dilihat dari bagaimana seseorang itu menuliskan bentuk argumentasinya. Bathgatea berpendapat bahwa argumentasi tertulis bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah dan kemampuan menulis siswa (Novian Budi Tama,dkk. 2015:171). Argumentasi memberikan cara kepada peserta didik untuk meningkatkan pemahaman konseptual peserta didik dan kemampuan menyampaian pendapat dengan alasan yang ilmiah. Siswa dapat memecahkan masalah pada suatu topik pelajaran dengan cara menyatakan argumentasi siswa. Argumentasi tersebut berupa ide-ide atau pendapat siswa yang dipaparkan secara tertulis. Agar dapat mengajukan argumentasi , seorang siswa harus memiliki pengetahuan dan pandangan yang cukup luas terhadap permasalahan yang ada. Kelogisan berpikir keterbukaan sikap, dan keluasaan pandangan terhadap masalah, akan berperan mempengaruhi orang lain. Menulis sebagai suatu keterampilan memiliki empat (4) unsur diantaranya yaitu :(1) Menulis sebagai penyampaian pesan, (2) Pesan atau isi tulisan, (3) saluran tulisan, (4) pembaca sebagai penerima pesan (Munirah, 2015: 5). Menulis ada hal yang sangat komplek, karena selain mengemukakan gagasan atau ide dengan jelas tetapi juga harus menerapkan kaidah bahasa tulis dengan tepat.