Diperbarui tanggal 4/06/2022

Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini

kategori Pendidikan Anak Usia Dini / tanggal diterbitkan 3 Juni 2022 / dikunjungi: 5.39rb kali

Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini

Menurut Plato (dalam Nugraha dan Rachmawati, 2008: 18) secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial (zoon politicon). Syamsudin (dalam Nugraha dan Rachmawati, 2008: 19) mengemukakan bahwa “sosialisasi adalah proses belajar untuk menjadi makhluk sosial”, sedangkan menurut Loree (dalam Nugraha dan Rachmawati, 2008: 19) “sosialisasi merupakan suatu proses di mana individu (terutama) anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsanganrangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelompoknya) serta bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungan sosialnya”. Menurut Ahmadi (Nabila, 2017: 19) kerja sama atau coperation ialah bentuk interaksi dimana satu sama lain saling membantu guna mencapai tujuan bersama, jadi merupakan usaha bersama dari 2 orang atau lebih untuk melaksanakan suatu tugas untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan bersama.

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi, dan bekerjasama. (Susanto, 2012: 45). Kerjasama merupakan gejala saling mendekati untuk mengurus kepentingan bersama dan tujuan bersama (Yudha M, 2005: 39). Kerjasama ini dimaknai sebagai sifat ketergantungan kelompok sosial untuk selalu berinteraksi dengan orang lain atau kelompok lain, kegiatan ini
memunculkan hubungan timbal balik positif untuk mencapai tujuan yang sama, dan ingin dicapai secara bersama-sama.

Dalam perkembangan sosial salah satu aspek yang dikembangkan adalah adalah kerjasama. Kerjasama merupakan salah satu fitrah manusia sebagai makhluk sosial. Semakin modern seseorang maka ia akan semakin banyak bekerja sama dengan orang lain, bahkan seakan tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu tentunya dengan perangkat yang modern pula. Adapun aspek-aspek dalam kerjasama (Pusat Pendidikan AUD Lembaga Penelitian UNY, 2009: 34) adalah:

  1. Membiasakan anak bergaul/berteman dengan teman sebaya dalam melakukan tugas.
  2. Membiasakan anak untuk menghargai pendapat atau kemampuan orang lain.
  3. Menyadari bahwa kerjasama atau tolong menolong itu sangat penting dan menyenangkan.
  4. Mengembangkan rasa empati pada diri anak.

Kemampuan kerjasama merupakan aktivitas bekerja secara bersamasama di dalam sebuah kelompok yang membutuhkan hubungan timbal balik positif diantara anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang dicitacitakan bersama.

Karakteristik Kerjasama

Kerjasama menuntut sesuatu syarat agar dapat terpenuhi oleh pihakpihak yang akan melakukan kerjasama tersebut (Yudha M, 2005: 40). Karakteristiknya adalah:

  1. Kepentingan yang sama
    Kerjasama akan terbentuk apabila memiliki kepentingan dan tujuan yang sama. Kepentingan yang sama dalam penelitian ini adalah anak samasama memiliki suatu kepentingan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru maka dalam proses ini akan terjadi suatu kerjasama.
  2. Keadilan
    Setiap orang harus memperoleh imbalan yang sesuai dengan kontribusinya. Dalam penelitian ini keadilan dapat di artikan seorang anak yang telah melakukan suatu tugas harus memperoleh nilai yang sesuai dengan apa yang dia kerjakan.
  3. Saling pengertian
    Kerjasama harus dilandasi dengan keinginan untuk mengerti dan memahami kepentingan orang orang yang terlibat. Saling pengertian dalam penelitian ini adalah untuk mencapai kerjasama seorang anak harus memiliki rasa untuk menghargai pendapat teman dan menerima pendapat teman agar kerjasama dapat terjalin dengan baik.
  4. Tujuan yang sama
    Kerjasama akan terbentuk apabila orang memiliki tujuan yang sama. Tujuan yang sama yang ada dalam penelitian ini adalah anak memiliki tujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
  5. Saling membantu
    Kerjasama akan lebih mudah terjadi apabila di dalam anggota saling membantu. Saling membantu yang dilakukan dalam penelitian ini adalah anak saling membantu dalam mengerjakan tugas, membantu jika teman mengalami kesulitan.
  6. Saling melayani
    Kesediaan anggota untuk saling melayani akan mempercepat terjadinya kerjasama. Dalam penelitian ini saling melayani di artikan dengan anak jika saling melayani apa keperluan yang dibutuhkan oleh teman maka akan mempercepat terjadinya kerjasama.
  7. Tanggung Jawab
    Memiliki rasa tanggung jawab sangat penting dalam kerjasama karena tanggung jawab akan mempengaruhi pencapaian tujuan. Tanggung jawab yang ada pada penelitian ini adalah suatu tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, anak harus memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya.
  8. Penghargaan
    Penghargaan ini sangat dibutuhkan agar anggota bahagia, misalnya dalam wujud rasa hormat, dalam penelitian ini penghargaan dapat diberikan kepada anak berupa reward, reward dapat berupa kata – kata pujian atau hadiah lainnya.
  9. Kompromi
    Unsur kompromi ini sangat penting untuk melandasi kapan suatu kegiatan akan diselesaikan. Kompromi dalam penelitian ini adalah anak dapat menanggapi pendapat teman dan menyampaikan pendapatnya ke teman atau guru.

Ahmadi (Nabila, 2017: 20) juga menyebutkan ada 3 jenis kerja sama yang didasarkan perbedaan di dalam organisasi group atau di dalam sikap group, yaitu:

  1. Kerja sama primer
    Dalam kerja sama ini, group dan individu sungguh-sungguh dilebur menjadi satu. Group berisi seluruh kehidupan daripada individu, dan masing-masing saling mengejar untuk masing-masing pekerjaan, demi kepentingan seluruh anggota dalam group ini.
  2. Kerja sama sekunder
    Kerja sama sekunder ini sangat diformalisir, dispesialisir dan masingmasing individu hanya membaktikan sebagian daripada hidupnya kepada group yang dipersatukan dengan itu. Sikap orang-orang di sini lebih individualis dan mengadakan perhitungan-perhitungan.
  3. Kerja sama tertier (accomodation)
    Dalam hal ini yang menjadi dasar kerja sama yaitu konflik yang laten. Sikap dari pihak-pihak yang kerja sama adalah murni opportunis. Organisasi dalam kerja sama ini sangat longgar dan mudah pecah.

Tujuan Kerjasama Bagi Anak Usia Dini

Tujuan kerjasama untuk anak usia dini (Yudha, dkk , 2005: 76), yaitu:

  1. Untuk lebih menyiapkan anak didik dengan berbagai ketrampilan baru agar dapat ikut berpartisipasi dalam dunia yang selalu berubah dan terus berkembang.
  2. Membentuk kepribadian anak didik agar dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain dalam berbagai situasi sosial.
  3. Mengajak anak untuk membangun pengetahuan secara aktif karena dalam pembelajaran kerjasama (kooperatif), serta anak Taman Kanak-kanak tidak hanya menerima pengetahuan dari guru begitu saja tetapi siswa menyusun pengetahuan yang terus menerus sehingga menempatkan anak sebagai pihak aktif.
  4. Dapat memantapkan interaksi pribadi diantara anak dan diantara guru dengan anak didik. Hal ini bertujuan untuk membangun suatu proses sosial yang akan membangun pengertian bersama

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan kemampuan sikap kerjasama yaitu untuk mengajak anak agar dapat saling tolong menolong, untuk menciptakan anak didik agar dapat beradaptasi dengan lingkungan baru dan memiliki rasa percaya diri, serta dapat meningkatkan sosialisasi anak terhadap lingkungan.

Manfaat Kerjasama Bagi Anak Usia Dini

Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan dirisendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok, dia merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya. Yudha, dkk (2005: 77) mengatakan manfaat pembelajaran kerjasama adalah: mampu mengembangkan aspek moralitas dan interaksi sosial peserta didik karena melalui kerjasama anak memperoleh kesempatan yang lebih besar untuk berinteraksi dengan anak yang lain, mempersiapkan siswa untuk belajar bagaimana caranya mendapatkan berbagai pengetahuan dan informasi sendiri, baik guru, teman, bahan pelajaran ataupun sumber belajar yang lain, meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain dalam sebuah tim, membentuk pribadi yang terbuka dan menerima perbedaan yang terjadi, dan membiasakan anak untuk selalu aktif dan kreatif dalam mengembangkan analisisnya.

Selanjutnya menurut Masitoh, dkk (2007: 56) kerjasama memiliki manfaat sebagai berikut:

  1. Meningkatkan perasaan dan harga diri yang positif serta meningkatkan keterampilan sosial anak.
  2. Meningkatkan kemampuan anak dalam mengerjakan tugas kelompok.
  3. Meningkatkan toleransi diantara anak.
  4. Meningkatkan kemampuan berbicara, mengambil prakarsa, membuat pilihan, dan mengembangkan kebiasaan belajar sepanjang hayat.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat kerjasama bagi anak usia dini yaitu untuk memupuk rasa percaya diri anak dalam bekelompok bermain bersama teman-teman sebayanya maupun dalam lingkungan sosialnya, karena anak yang mempunyai kemampuan kerjasama tinggi akan mudah menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan, terhadap keluarga, sekolah dan teman-temannya, anak dapat belajar memahami nilai memberi dan menerima sejak dini, anak juga akan belajar menghargai pemberian orang lain sekalipun ia tidak menyukainya, menerima kebaikan dan perhatian teman-temanya, meningkatkan toleransi antar sesama teman untuk melatih kemampuan berbahasa anak.

Indikator Kerjasama

Indikator kerjasama menurut Pusat Studi Pendidikan Anak Usia Dini Lembaga Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (dalam Mariyatiningsih: 2014: 34) adalah sebagai berikut:

  1. Anak dapat bergabung dalam permainan kelompok.
  2. Anak dapat terlibat aktif dalam permainan kelompok.
  3. Anak bersedia berbagi dengan teman-temannya.
  4. Anak dapat mendorong anak lain untuk membantu orang lain.
  5. Anak merespon dengan baik bila ada yang menawarkan bantuan.
  6. Anak bergabung bermain dengan teman saat istirahat.
  7. Anak mengucapkan terimakasih apabila di bantu teman.

Sedangkan menurut Rekysika (dalam Khasanah, 2017: 51) menyatakan bahwa indikator kerjasama meliputi:

  1. Setiap anak mau bergabung dan berinteraksi bersama kelompoknya,
  2. Tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas
  3. Saling menolong dan membantu dalam kelompok.

Cara Mengajarkan Kerjasama pada Anak

Menurut Musfiroh, dkk. (2007: 43) terdapat cara-cara atau langkahlangkah yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kerjasama pada anak. Cara-cara yang dapat dilakukan guru adalah sebagai berikut:

  1. Mengenalkan permainan yang bersifat kerja sama
    Guru dapat mengenalkan anak mengenai permainan yang melibatkan 4-10 anak. Misalnya dalam permainan sepak bola, menyusun balok, bakiak, estafet, dan ular naga kegiatan bisa dikompetisikan yang paling cepat menyelesaikan permainan adalah kelompok pemenang. Dalam menyelesaikan tugas, tiap-tiap anak dalam masing-masing kelompok harus berinteraksi dan bekerja sama, hal ini juga akan mengurangi egosentrisme anak.
  2. Mengenalkan nilai kasih sayang
    Melalui kejadian di dalam kelas, guru dapat mengajarkan nilai kasih sayang, misalnya ketika pada suatu hari ada anak yang tidak berangkat sekolah, guru menanyakan pada anak-anak kenapa anak tersebut tidak berangkat? Jika ada yang mengetahui sakit, maka ajak anak untuk berdoa bersama untuk kesembuhannya. Lalu setelah pulang sekolah, bisa mengajak anak untuk menengoknya sekedar menanyakan keadaan.
  3. Mengenalkan sikap gotong royong
    Guru dapat mengenalkan sikap gotong royong salah satunya dengan mengajak anak mempersiapkan suatu event di sekolah. Misalnya saat kegiatan memperingati hari kemerdekaan. Anak-anak diberikan tugas untuk menghias ruangan. Ada anak yang membuat hiasan lewat menggunting, ada pula yang meronce dan menempel. Setelah kegiatan menghias ruangan selesai, guru dapat mengapresiasi hasil kerja anak dengan pujian pada semua anak karena sudah menyelesaikan tugasnya masing-masing dengan baik. Penguatan positif ini akan mendorong anak mau mengulangi perbuatan baiknya tersebut.
  4. Mengajarkan anak untuk berbagi
    Pada umumnya anak-anak suka berebut apa saja baik di dalam maupun di luar kelas, terutama mainan. Guru bisa mengajarkan anak untuk berbagi melalui pesan, misalnya sebelum kegiatan bermain dimulai, guru dan anak membuat kesepakatan bahwa mereka boleh bermain asal tidak berebut dan mau berbagi.
  5. Mendorong anak untuk membantu orang lain
    Guru dapat mengajarkan anak untuk membantu orang lain melalui kegiatan sehari-hari di dalam kelas. Misalnya saat kegiatan bermain balok, guru dapat mengajak anak untuk membantu mengambil dan mengembalikan balok pada tempatnya.
  6. Mengajarkan kesungguhan hati dalam membantu orang lain
    Guru dapat mengenalkan kesungguhan hati dalam membantu orang lain melalui sejumlah peristiwa dikelas. Misalnya ketika ada anak yang jatuh, guru langsung mencontohkan untuk menolong.

Daftar Pustaka

Conny R. Semiawan. 2008. Belajar Dan Pembelajaran Prasekolah Dan Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Indeks.

Nugraha dan Rachmawati. 2008. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta: Universitas Terbuka.

Susanto, A. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar Dalam Berbagai aspeknya. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Sujiono, Yuliani Nurani. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.

Yudha M. Saputra, dkk. 2005. Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Ketrampilan Anak. Jakarta. Depdiknas.

Zahwa, Nabila Az. 2017. Kemampuan Kerja Sama Anak Usia Dini Ditinjau dari Urutan Kelahiran di Kelompok B RA Al-Karomah Kauman Batang. Skripsi.