Diperbarui tanggal 5/Des/2021

Karangan Narasi Ekspositoris

kategori Bahasa dan Sastra Indonesia / tanggal diterbitkan 5 Desember 2021 / dikunjungi: 10.45rb kali

Karangan narasi ekspositoris adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada para pembaca suatu peristiwa dalam urutan dan kurun waktu tertentu (Keraf, 2007: 136). Atau lebih singkatnya lagi karangan narasi merupakan jenis karangan yang mengisahkan sebuah kejadian atau peristiwa berdasarkan urutan waktu. Karangan ini bisa berbentuk paragraf atau cerita nyata yang benar-benar terjadi atau hanya karangan fiktif seperti novel, roman dan cerpen. Narasi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam sebuah tulisan yang rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu dijabarkan dengan urutan awal, tengah, dan akhir. Tujuan dari menulis karangan narasi ekspositoris menurut Keraf (2007) adalah:

  1. Agar pembaca seolah-olah sudah menyaksikan atau mengalami kejadian yang diceritakan.
  2. Berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
  3. Untuk menggerakkan aspek ekonomi
  4. Membentuk citra / imajinasi pembaca
  5. Menyampaikan amanat terselubung kepada pembaca atau pendengar
  6. Memberi informasi kepada pembaca dan memperluas pengetahuan (pada narasi ekspositoris / non fiksi)
  7. Menyampaikan sebuah makna kepada pembaca melalui daya khayal yang dimilinya (pada narasi sugestif / fiktif)

Tahapan Menulis Karangan Narasi Ekspositoris

Tahapan menis karangan narasi ekspositoris, yaitu sebagai berikut.

  1. Menentukan tema cerita
  2. Menentukan tujuan
  3. Mendaftarkan topik atau gagasan topik
  4. Menyusun gagasan pokok menjadi kerangka karangan secara kronologis atau urutan waktu.
  5. Mengembangkan kerangka menjadi karangan. Kerangka karangan yang bersifat naratif dapat dikembangkan dengan pola urutan waktu. Penyajian berdasarkan urutan waktu adalah urutan yang didasarkan pada tahapntahapan atau peristiwa atau kejadian. Pola urutan waktu ini sering digunakan pada cerpen, novel, roman, kisah perjalanan, cerita sejarah dan sebagainya.

Pola Pengembangan Narasi Ekspositoris

Menurut Semi (2007 : 30), tulisan narasi ekspositoris biasanya mempunyai pola. Pola sederhana berupa awal peristiwa, tengah peristiwa dan akhir peristiwa. Awal narasi biasanya berisi pengantar, yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca. Dengan kata lain, bagian ini mempunyai fungsi khusus untuk memancing pembaca dan
mengiring pembaca pada kondisi ingin tahu kejadian selanjutnya. Bagian tengah merupakan bagian yang menjelaskan secara panjang lebar tentang peristiwa. Dibagian ini, penulis memunculkan suatu konflik. Kemudian, konflik tersebut diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konflik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda. Bagian terakhir ini konfliknya mulai menuju kearah tertentu. Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada bagian diceritakan dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan cerita dengan mempersilahkan pembaca untuk menebaknya sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan tulisan dengan teknik narasi ekspositoris dilakukan dengan mengemukakan rangkaian peristiwa yang terjadi secara kronologis. Dalam karangan ini, bagianbagian karangan disajikan sesuai dengan kejadian dalam waktu tertentu. Bagian pertama menyajikan kejadian satu, kemudian disusul dengan kejadian kedua,
menyajikan bagian kedua dan seterusnya.

Teknik pengembangan narasi diidentikkan dengan penceritaan (storitelling), karena teknik ini biasanya selalu digunakan untuk menyampaikan sesuatu cerita. Karangan-karangan berbentuk cerita pada umumnya merupakan karangan fiksi. Namun, teknik narasi ini tidak hanya digunakan untuk mengembangkan tulisan-tulisan berupa fiksi saja. Teknik narasi ini dapat pula digunakan untuk mengembangkan penulisan karangan non fiksi. (Syafie’ie dalam Widodo, 2000: 103). Seorang siswa dapat menuliskan darmawisata, seorang wartawan menuliskan laporan kunjungannya kesuatu negara, seorang arkeolog menuliskan jalannya penggalian sejarah yang dilakukannya.

Langkah menyusun narasi ekspositoris (terutama yang berbentuk fiksi) cenderung dilakukan melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan dan menggali ide. Oleh karena itu, cerita dirangkai dengan menggunakan rumus 5 W + 1H, yang dapat disingkat menjadi adik simba.

  1. (what) apa yang akan diceritakan,
  2. (where) dimana lokasi / setting ceritanya,
  3. (when) kapan peristiwa – peristiwa berlangsung,
  4. (who) siapa pelaku ceritanya,
  5. (why) mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi,
  6. (how) bagaimana cerita itu dipaparkan

Unsur-unsur Penulisan Narasi Ekspositoris

Keraf (2007:23) mengatakan kriteria dalam menulis narasi ekspositoris dengan memperhatikan unsur-unsur penulisan narasi ekspositoris sebagai berikut:

  1. Proses Penulisan dan Pengembangan ide Menentukan topik atau tema yang jelas, menentukan tujuan penulisan karangan, membuat kerangka karangan, mengembangkan ide karangan yang sesuai.
  2. Konten/ Isi
    Menuliskan informasi yang relevan, isi teks/paragraf sesuai dengan pakta dan detail berdasarkan fakta, memaparkan informasi yang saling berkaitan satu sama lain sehingga menghasilkan karangan yang runtut/berurutan dan menarik.
  3. Pengorganisasian
    Menuliskan pembukaan yang menarik dan menyertakan tujuan yang jelas, menggunakan kata sambung yang bervariasi untuk menghubungkan kalimat-kalimat dalam satu paragraf dan antar paragraf.
  4. Penerapan aturan umum penulisan
    Konsisten menggunakan huruf besar, ejaan yang benar, huruf kapital, dan tata bahasa yang benar.
  5. Pemilihan Kata/ Diksi
    Pemilihan kata yang tepat, menarik, mendukung dalam pembentukan kalimat dan paragraf .
  6. Gaya Bahasa
    Gaya bahasa dalam pengembangan kualitas karangan, menyesuaikan penggunaan gaya bercerita dengan memperhatikan variasi.

Kriteria Karangan Narasi Ekspositoris

Berdasarkan unsur-unsur pembangun narasi ekspositoris, maka yang menjadi kriteria dalam karangan narasi ekspositoris menurut Keraf (2007:25) adalah :

  1. Kejelasan tema
    Tema merupakan pokok masalah dalam suatu cerita. Jadi dapat disimpulkan bahwa kejelasan tema adalah keadaan yang jelas dalam suatu cerita yang merupakan pokok pembicaraan dalam tulisan tersebut. Sehubungan dengan itu dalam penelitian ini aspek yang dinilai adalah kejelasan tema dalam setiap paragraf pada karangan narasi ekspositoris. Jadi setiap paragraf harus jelas dan berhubungan dengan tema yang diangkat. Kejelasan tema dapat ditentukan dengan kalimat yang jelas dan tidak berbelit-belit.
  2. Keruntutan alur
    Alur/plot adalah jalinan cerita, bagaimana cerita itu disusun, sehingga peristiwa demi peristiwa dapat terjalin dengan baik. Aspek yang dinilai adalah keruntutan alur dalam setiap paragraf pada karangan narasi ekspositoris. Keruntutan alur dapat ditentukan dengan memperhatikan kesesuaian posisi paragraf yang bersangkutan dengan posisi pada alur yang seharusnya.
  3. Kejelasan pelaku
    Pelaku disebut juga dengan tokoh. Tokoh adalah orang yang terdapat dalam cerita. penokohan disebut juga dengan watak/ karakter. Watak/karakter berhubungan dengan perangai si pelaku atau tokoh dalam suatu narasi ekspositoris perlu diperhatikan, karena tidak akan ada cerita tanpa adanya pelaku. Sehubungan dengan itu dalam menulis narasi ekspositoris harus memperhatikan kejelasan pelaku. Dalam hal ini kejelasan pelaku dapat dilihat dari setiap paragraf pada karangan narasi ekspositoris. Kejelasan pelaku dapat ditentukan dengan memperhatikan pengisahan tokoh secara jelas dan konsisten dalam setiap paragraf pada karangan narasi ekspositoris tersebut.
  4. Kejelasan latar/setting
    Latar terbagi atas tiga bagian, yaitu latar tempat, waktu dan suasana. Sehubungan dengan itu dalam menulis narasi ekspositoris latar harus jelas, sehingga informasi yang didapatkan jelas. Aspek yang dinilai adalah kejelasan latar dalam setiap paragraf pada karangan narasi ekspositoris. Kejelasan latar dapat ditentukan dengan kejelasan tempat, waktu dan suasana dalam setiap paragraf pada karangan narasi ekspositoris.
  5. Kejelasan sudut pandang
    Sudut pandang dalam hubungan dengan narasi ekspositoris, yaitu cara seorang pengarang melihat seluruh tindak tanduk dalam suatu narasi ekspositoris, dapat dibagi dalam dua pola utama yaitu: (1) sudut pandang orang pertama, (2) sudut pandang orang ketiga. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam menulis karangan narasi ekspositoris kejelasan sudut pandang sangat diperlukan, untuk mengetahui kejelasan siapakah yang menceritakan kisah ini, dan siapa yang diceritakan dalam kisah ini. Aspek yang dinilai adalah kejelasan sudut pandang dalam
    setiap paragraf pada karangan.