Diperbarui tanggal 26/02/2023

Indentifikasi Masalah Penelitian

editor Edi Elisa / kategori Metodologi Penelitian / tanggal diterbitkan 25 Februari 2023 / dikunjungi: 138 kali

Identifikasi masalah penelitian adalah tahap awal dalam proses penelitian di mana peneliti menentukan permasalahan yang ingin mereka teliti. Identifikasi masalah penelitian dilakukan dengan cara mengamati lingkungan sekitar dan mencari masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dijadikan bahan penelitian. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam identifikasi masalah penelitian yaitu:

1. Observasi

Observasi adalah kegiatan melihat dan memperhatikan objek atau fenomena yang ingin dipelajari dengan seksama dan sistematis. Observasi merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam penelitian, terutama dalam penelitian kualitatif. Dalam observasi, peneliti secara aktif terlibat dalam mengamati dan mencatat informasi tentang suatu objek atau fenomena yang sedang diamati.

Observasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung pada objek atau fenomena yang ingin diamati. Beberapa bentuk observasi antara lain:

Observasi partisipan

Observasi partisipan adalah salah satu bentuk observasi di mana peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan atau situasi yang diamati sebagai partisipan atau anggota aktif. Dalam observasi partisipan, peneliti berusaha untuk memahami perspektif dan pengalaman subjek yang diamati melalui pengamatan langsung dan partisipasi dalam kegiatan yang sedang berlangsung.

Dalam observasi partisipan, peneliti dapat mencatat berbagai jenis informasi, seperti perilaku, interaksi sosial, nilai, norma, dan keyakinan yang terkait dengan situasi yang diamati. Informasi yang diperoleh dari observasi partisipan biasanya lebih mendalam dan komprehensif dibandingkan dengan observasi non-partisipan, karena peneliti berada dalam posisi untuk mengalami situasi yang diamati secara langsung dan merasakan perspektif subjek yang diamati.

Observasi partisipan dapat dilakukan dalam berbagai konteks, seperti dalam penelitian antropologi, sosiologi, psikologi, dan pendidikan. Namun, observasi partisipan juga memiliki kelemahan, seperti adanya bias peneliti yang mungkin mempengaruhi interpretasi data, serta sulitnya mempertahankan kesederhanaan dan kejelasan peran peneliti dan partisipan. Oleh karena itu, observasi partisipan perlu dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan etika penelitian yang berlaku.

Observasi non-partisipan

Observasi non-partisipan adalah salah satu bentuk observasi di mana peneliti tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan atau situasi yang diamati, melainkan hanya mengamati kegiatan atau situasi tersebut dari jauh. Dalam observasi non-partisipan, peneliti berusaha untuk memahami dan mencatat berbagai jenis informasi tentang kegiatan atau situasi yang diamati tanpa terlibat secara langsung dalam interaksi sosial atau lingkungan yang diamati.

Contoh dari observasi non-partisipan adalah pengamatan peneliti terhadap interaksi antara orang-orang di suatu tempat umum, seperti di pasar atau taman kota. Peneliti hanya diam-diam mengamati dan mencatat perilaku, interaksi sosial, atau pola-pola yang muncul dalam kegiatan tersebut.

Observasi non-partisipan memiliki kelebihan dalam hal mengurangi bias peneliti, karena peneliti tidak mempengaruhi kegiatan yang diamati. Namun, observasi non-partisipan juga memiliki keterbatasan dalam hal pemahaman dan pengalaman subjek yang diamati, karena peneliti tidak terlibat secara langsung dalam interaksi sosial atau lingkungan yang diamati. Oleh karena itu, observasi non-partisipan biasanya digunakan sebagai metode awal untuk mengidentifikasi pola atau masalah dalam situasi yang diamati sebelum dilakukan observasi lebih mendalam, seperti observasi partisipan atau wawancara.

Observasi terstruktur

Observasi terstruktur terukur adalah bentuk observasi di mana peneliti telah menentukan variabel-variabel tertentu yang akan diamati sebelum observasi dilakukan. Peneliti juga telah menentukan skala pengukuran atau kategori untuk setiap variabel yang diamati. Observasi terstruktur terukur ini dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data yang dapat diukur secara kuantitatif.

Contoh dari observasi terstruktur terukur adalah pengamatan peneliti terhadap perilaku anak-anak di taman bermain. Peneliti telah menentukan variabel-variabel yang akan diamati, seperti jenis mainan yang dipilih anak-anak, durasi waktu bermain, jumlah interaksi sosial antar anak, dan sebagainya. Selain itu, peneliti juga telah menentukan kategori atau skala pengukuran untuk setiap variabel yang diamati, seperti kategori mainan yang dipilih (misalnya boneka, mobil, bola), atau skala waktu bermain dalam menit atau detik.

Observasi terstruktur terukur memiliki kelebihan dalam hal pengumpulan data yang objektif dan dapat diukur secara kuantitatif. Namun, observasi terstruktur terukur juga memiliki keterbatasan dalam hal ketidakmampuan untuk menangkap konteks atau makna dari perilaku yang diamati. Oleh karena itu, observasi terstruktur terukur biasanya digunakan bersama dengan metode lain, seperti wawancara atau observasi partisipan, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap tentang situasi atau fenomena yang diamati.

Observasi tak terstruktur

Observasi tak terstruktur adalah bentuk observasi di mana peneliti tidak memiliki kerangka kerja yang terstruktur atau daftar variabel yang akan diamati sebelumnya. Observasi tak terstruktur ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena atau situasi yang diamati, serta untuk memungkinkan peneliti menangkap aspek-aspek yang mungkin tidak terduga atau tidak diantisipasi sebelumnya.

Contoh dari observasi tak terstruktur adalah pengamatan peneliti terhadap interaksi antara guru dan murid di dalam kelas. Peneliti tidak memiliki daftar variabel yang akan diamati sebelumnya, melainkan hanya mengamati secara bebas interaksi yang terjadi. Peneliti dapat mencatat segala sesuatu yang menarik perhatian, seperti cara guru memberikan materi pelajaran, interaksi antara guru dan murid, atau bahkan suasana di dalam kelas.

Observasi tak terstruktur memiliki kelebihan dalam hal memberikan kemampuan peneliti untuk menangkap fenomena atau situasi secara detail dan dalam mendalam, serta memungkinkan peneliti menemukan aspek-aspek yang mungkin tidak terduga sebelumnya. Namun, observasi tak terstruktur juga memiliki keterbatasan dalam hal subjektivitas data yang dihasilkan, serta dalam hal kemampuan peneliti untuk memilih aspek-aspek yang penting dan relevan dari fenomena yang diamati. Oleh karena itu, observasi tak terstruktur biasanya dilakukan bersama dengan metode lain, seperti wawancara atau observasi terstruktur terukur, untuk menghasilkan data yang lebih lengkap dan obyektif.

Observasi dapat memberikan informasi yang sangat berguna dalam penelitian, terutama dalam mengamati perilaku dan interaksi manusia atau dalam mengamati objek atau fenomena yang sulit diakses atau diukur dengan cara lain. Namun, observasi juga memiliki keterbatasan, seperti kemungkinan adanya bias pengamat atau subjektivitas dalam interpretasi data. Oleh karena itu, peneliti perlu memperhatikan metode dan teknik observasi yang digunakan serta mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi hasil observasi dalam melakukan analisis dan interpretasi data.

2. Wawancara

Wawancara dalam penelitian adalah metode pengumpulan data kualitatif yang melibatkan interaksi langsung antara peneliti dan responden. Metode ini sering digunakan dalam penelitian sosial, psikologi, antropologi, dan bidang-bidang lain yang memerlukan pemahaman yang mendalam tentang pengalaman, sikap, dan pandangan individu.

Wawancara penelitian dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti wawancara terstruktur, semi-terstruktur, atau tak terstruktur. Dalam wawancara terstruktur, peneliti sudah menentukan daftar pertanyaan yang akan diajukan sebelumnya dan berusaha untuk mendapatkan jawaban yang konsisten dan dapat dibandingkan dari semua responden. Dalam wawancara semi-terstruktur, peneliti masih memiliki daftar pertanyaan, tetapi juga memungkinkan untuk mengeksplorasi topik-topik tertentu dengan lebih mendalam. Sedangkan dalam wawancara tak terstruktur, peneliti memberikan kebebasan pada responden untuk berbicara tentang topik tertentu sebanyak yang mereka inginkan, dan berusaha untuk menangkap pengalaman dan pandangan mereka yang paling penting.

Salah satu keuntungan dari wawancara penelitian adalah bahwa metode ini memungkinkan peneliti untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan mendetail tentang pengalaman dan pandangan individu, yang sulit didapatkan melalui metode lain. Namun, wawancara penelitian juga memiliki keterbatasan dalam hal subjektivitas data yang dihasilkan dan dalam hal validitas jawaban yang diberikan oleh responden. Oleh karena itu, penting bagi peneliti untuk melakukan wawancara penelitian dengan hati-hati dan memastikan bahwa pertanyaan yang diajukan relevan dengan topik penelitian dan dirancang dengan baik untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

3. Studi pustaka

Studi pustaka adalah kegiatan mencari, memperoleh, membaca, mengevaluasi, dan mensintesis bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan topik penelitian tertentu. Kegiatan ini merupakan bagian penting dari proses penelitian karena dapat membantu peneliti untuk memahami topik penelitian secara mendalam, mengidentifikasi gap dalam penelitian sebelumnya, dan mengembangkan pertanyaan penelitian yang tepat.

Studi pustaka dapat dilakukan dengan mengumpulkan dan membaca buku, artikel jurnal, tesis, dan dokumen lain yang terkait dengan topik penelitian. Peneliti harus memilih sumber yang relevan dan tepercaya agar informasi yang diperoleh dapat digunakan dalam penelitian. Setelah mengumpulkan bahan pustaka, peneliti harus membaca dan mengevaluasi secara kritis setiap sumber untuk memastikan bahwa informasi yang diperoleh relevan dengan topik penelitian dan berkualitas.

Setelah membaca dan mengevaluasi setiap sumber, peneliti harus mensintesis informasi yang diperoleh untuk membantu mengembangkan konsep dan teori dalam penelitian mereka. Hasil dari studi pustaka biasanya dijadikan dasar untuk merumuskan kerangka konseptual atau teoretis dalam penelitian, serta memperkaya data yang dikumpulkan dalam penelitian.

Studi pustaka juga dapat membantu peneliti dalam memahami perkembangan dan tren terbaru dalam topik penelitian mereka, dan membantu dalam merumuskan pertanyaan penelitian yang tepat dan relevan. Selain itu, studi pustaka dapat membantu peneliti dalam menemukan metode penelitian yang tepat untuk digunakan dalam penelitian mereka, serta membantu dalam menentukan metode analisis data yang tepat.

Dalam kesimpulannya, studi pustaka merupakan bagian penting dalam proses penelitian karena dapat membantu peneliti untuk memahami topik penelitian secara mendalam, mengidentifikasi gap dalam penelitian sebelumnya, dan mengembangkan pertanyaan penelitian yang tepat. Studi pustaka juga dapat membantu peneliti dalam menemukan metode penelitian yang tepat untuk digunakan dalam penelitian mereka, serta membantu dalam menentukan metode analisis data yang tepat.

4. Refleksi

Refleksi dalam menemukan masalah penelitian sangat penting, karena dapat membantu peneliti untuk mengidentifikasi masalah yang memang relevan dan memiliki kontribusi yang signifikan bagi ilmu pengetahuan atau praktik. Berikut adalah beberapa langkah refleksi yang dapat dilakukan dalam menemukan masalah penelitian:

  1. Pemikiran kritis tentang lingkungan sekitar: Peneliti dapat melakukan pemikiran kritis tentang lingkungan sekitar, seperti masalah sosial atau ekonomi yang muncul di masyarakat, masalah di tempat kerja, atau isu-isu kesehatan yang penting. Dari situ, peneliti dapat mencari masalah yang memang relevan dan membutuhkan solusi.
  2. Menganalisis publikasi terbaru: Peneliti dapat membaca publikasi terbaru dalam bidang yang diminati dan mencari masalah atau gap pengetahuan yang belum terpecahkan.
  3. Mendiskusikan dengan ahli atau rekan sejawat: Mendiskusikan dengan ahli atau rekan sejawat juga dapat membantu menemukan masalah penelitian yang menarik dan relevan.
  4. Memeriksa kelemahan dalam penelitian sebelumnya: Dalam melihat penelitian sebelumnya, peneliti dapat mencari kelemahan atau kesenjangan dalam penelitian sebelumnya, yang dapat menjadi dasar untuk menemukan masalah penelitian yang menarik.
  5. Merenungkan pengalaman pribadi: Peneliti dapat merefleksikan pengalaman pribadi atau masalah yang dihadapinya, dan mencari tahu apakah masalah tersebut bisa dijadikan bahan penelitian.

Dalam melakukan refleksi untuk menemukan masalah penelitian, penting untuk memilih masalah yang memiliki kontribusi yang signifikan bagi ilmu pengetahuan atau praktik, serta memperhatikan relevansi, ketersediaan sumber daya, dan aspek etika dan integritas penelitian.

Setelah masalah penelitian teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah merumuskan pertanyaan penelitian atau hipotesis yang ingin diuji. Pertanyaan penelitian harus spesifik, jelas, dan dapat diuji secara empiris. Dalam merumuskan pertanyaan penelitian, peneliti harus memastikan bahwa pertanyaan tersebut relevan dengan masalah yang ingin diteliti dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat atau bidang yang diteliti.

Dengan melakukan identifikasi masalah penelitian yang tepat dan merumuskan pertanyaan penelitian yang jelas dan spesifik, peneliti dapat menentukan arah penelitian yang tepat dan memastikan bahwa penelitian yang dilakukan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan meningkatkan pemahaman dan pengetahuan di bidang yang diteliti.

Suatu penelitian dianggap penting dan dapat dilakukan jika terdapat permasalahan penelitian. Masalah diartikan sebagai suatu situasi dimana suatu fakta yang terjadi sudah menyimpang dari batas-batas toleransi yang diharapkan. Masalah penelitian juga dapat diartikan sebagai suatu persoalan atau kesenjangan yang mungkin dapat menuntun peneliti untuk mencari jawaban atau solusinya. Adanya kesenjangan tersebut menimbulkan pertanyaan lebih lanjut, yaitu mengapa kesenjangan terjadi, dan dari pertanyaan inilah permasalahan penelitian dapat dikembangkan. Namun demikian tidak semua kesenjangan atau kondisi problematik dapat dikembangkan menjadi permasalahan dalam penelitian. Selain kondisi problematik, beberapa faktor lain yang perlu dipenuhi agar suatu kesenjangan atau kondisi problematik dapat dikembangkan menjadi permasalahan penelitian adalah:

  1. Relevansi dengan tujuan penelitian: Permasalahan penelitian harus relevan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Jika permasalahan penelitian tidak relevan dengan tujuan penelitian, maka penelitian tidak akan memberikan manfaat yang signifikan.
  2. Keterbatasan informasi: Ketersediaan informasi atau data yang memadai untuk menyelesaikan permasalahan penelitian harus dipastikan. Jika informasi atau data yang diperlukan tidak tersedia atau sangat terbatas, maka penelitian tidak dapat dilakukan secara optimal.
  3. Fungsi sosial: Penelitian harus memiliki fungsi sosial yang baik dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, terutama bagi pihak yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.
  4. Faktor waktu dan biaya: Penelitian harus dapat dilakukan dalam waktu dan biaya yang terbatas. Jika waktu atau biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan penelitian terlalu besar, maka penelitian tersebut mungkin dipertimbangkan lebih matang.

Dengan memperhatikan faktor-faktor di atas, peneliti dapat memilih permasalahan penelitian yang tepat dan relevan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.