Diperbarui tanggal 21/05/2022

Bermain Peran Anak Usia Dini

kategori Pendidikan Anak Usia Dini / tanggal diterbitkan 21 Mei 2022 / dikunjungi: 11.43rb kali

Pengertian Bermain

Bermain adalah “kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan” (Mayesty, 2000:196-197). Anak usia dini tidak membedakan antara bermain, belajar dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya dimanapun mereka memiliki kesempatan. Piaget (Mayesty, 2000:42) mengatakan bahwa bermain adalah “suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang”. Sedangkan Parten dalam Dockett dan Fleer (2000:14) “memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberi kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa dia hidup serta lingkungan tempat dimana ia hidup”.

Selanjutnya Dockett dan Fleer (2000:14-44) berpendapat bahwa “bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya”. Bermain merupakan suatu aktivitas yang khas dan sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai suatu hasil akhir. Bermain merupakan kebutuhan anak yang harus ia penuhi. Aktivitas bermain dilakukan anak, dan aktivitas anak selalu menunjukkan kegiatan bermain. Bermain dan anak sangat erat kaitannya. Oleh karena itu, salah satu prinsip pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini adalah belajar melalui bermain.

Pentingnya arti bermain bagi anak mendorong seorang tokoh psikologi dan filsafat terkenal, Johan Huizinga (Muhammad Fauziddin, 2015 : 6, 12) bermain adalah “hal dasar yang membedakan manusia dengan hewan. Melalui kegiatan bermain tersebut terpancar kebudayaan suatu bangsa. Namun beberapa orang tidak dapat membedakan kegiatan bermain dengan kegiatan tidak bermain”. Pendidikan Anak Usia Dini menerapkan prinsip pendidikan anak dengan belajar yang bermain, mengalami kerancuan dalam makna. Untuk itu perlu diklasifikasikan antara kegiatan bermain dengan kegiatan bukan bermain. Salah satu jenis permainan yaitu bermain peran. Jenis permainan ini antara lain meliputi sandiwara, drama atau bermain peran dan jenis permainan lain dimana anak memainkan peran sebagai orang lain. Permainan ini sangat baik untuk mengembangkan kemampuan bahasa, komunikasi dan memahami peran-peran dalam masyarakat. Biasanya di taman kanak-kanak ada pojok bermain peran (sosiodramatic play center). Misalnya anak bermain peran menjadi penjual dan pembeli. Anak-anak diberi modal uang, lalu ada anak yang berperan menjadi penjual dan pembeli. Anak-anak belajar bahasa, yaitu komunikasi antara penjual dan pembeli, seperti menjajakan dagangan, menanyakan harga dan menawar. Mereka juga belajar matematika melalui menimbang, mengukur dan menghitung uang.

Tujuan Bermain pada Anak usia Dini

Pada dasarnya bermain memiliki tujuan utama yakni memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Penekanan dari bermain adalah “perkembangan kreativitas dari anak-anak. Semua anak usia dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual dan bervariasi antar anak yang satu dengan anak lainnya” (Catron dan Allen, 2009:163). Elkonin dalam Catron dan Allen (2009:163) salah seorang murid dari Vygotsky menggambarkan empat prinsip bermain yaitu, (1) dalam bermain anak mengembangkan sistem untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam rangka mencapai tujuan yang lebih kompleks, (2) kemampuan untuk menempatkan perspektif orang lain melalui aturan-aturan dan menegoisasikan aturan bermain, (3) anak menggunakan replika untuk menggantikan objek nyata, lalu mereka menggunakan objek baru yang berbeda. Kemampuan menggunakan simbol termasuk ke dalam perkembangan berpikir abstrak dan imajinasi, (4) kehati-hatian dalam bermain mungkin terjadi, karena anak perlu mengikuti aturan permainan yang telah ditentukan bersama teman mainnya.

Bermain peran

Hapsari (2016: 237) “bermain peran/bermain derama. salah satu bentuk pembelajaran, dimana peserta didik ikut terlibat aktif memainkan peran-peran tertentu. Bermain peran (role playing) merupakan sebuah permainan di mana para pemain memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama”. Para pemain memilih aksi tokoh-tokoh mereka berdasarkan karakteristik tokoh tersebut, dan keberhasilan aksi mereka tergantung dari sistem peraturan permainan yang telah ditetapkan dan ditentukan, asalkan tetap mengikuti peraturan yang ditetapkan, para pemain bisa berimprovisasi membentuk arah dan hasil akhir permainan. Haimunah (2013: 290) “bermain peran disebut juga main simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi, atau main drama sangat penting untuk pekembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun". Bermain peran dilaksanakan berdasarkan pengalaman siswa dan isi dari pelaksanaan teknik ini yaitu pada situasi “disini pada saat ini”.

Menurut Bambang Sujiono (2013: 89) kegitan bermain peran adalah “kegiatan yang berfokus pada kegiatan dramatisasi dengan alat-alat permainan berukuran kecil/mini seperti, boneka-boneka mini rumah-rumahan mini, pesawat-pesawat mini dan sebagainya”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan sebagai berikut yaitu bermain peran dilaksanakan berdasarkan pengalaman siswa dan isi dari pelaksanaan teknik ini yaitu pada situasi “disini pada saat ini”. Bermain peran memungkinkan siswa untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaannya untuk mengurangi beban emosional.

Manfaat Bermain Peran

Bermain peran bermanfaat untuk mendorong anak agar turut aktif dalam pemecahan sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Melalui bermain peran dalam pembelajaran, peserta didik juga dapat mengekplorasi perasaannya, memperoleh wawasan tentang sikap, nilai dan persepsinya mengenai suatu hal, mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan mengekplorasi inti permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara. Hal ini selaras dengan yang diungkapkan Surya (2006: 47) manfaat bermain peran yaitu: “1) Mengajarkan pada anak bagaimana memahami dan mengerti perasaan orang lain, 2) Mengajarkan pembagian pertanggungjawaban dan melaksanakannya, 3) Mengajarkan cara menghargai pendapat orang lain, 4) Mengajarkan cara mengambil keputusan dalam kelompok”.

Selain itu menurut Mayke S (2001: 58) “bermain peran bermanfaat untuk membantu penyesuaian diri anak. Dengan memerankan tokoh-tokoh tertentu ia belajar tentang aturan-aturan atau perilaku apa yang bisa diterima oleh orang lain, baik dalam berperan sebagai ibu, ayah, guru, murid dan seterusnya”. Anak juga belajar untuk memandang suatu masalah dari kacamata tokoh-tokoh yang ia perankan sehingga diharapkan dapat membantu pemahaman sosial pada diri anak. Manfaat lain adalah anak dapat memperoleh kesenangan dari kegiatan yang dilakukan atas usaha sendiri, belajar.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bermain peran dapat membantu anak dalam pengambilan keputusan dan memahami aturan-aturan. Bermain peran juga dapat melatih anak memecahkan masalah sederhana yang terjadi pada dirinya.

Alat Bermain Peran di area dan kegiatan di dalam dan di luar kelas

Area ini digunakan anak untuk bermain peran, mereka berpura-pura berperan sebagai salah satu karakter dan terlibat dengan prilaku menirukan peran orang lain dalam kehidupan sehari-hari, hal ini juga memupuk adanya peran sosial dan melibatkan interaksi verbal paling tidak dengan satu orang lain. Penggunan area ini membantu anak untuk mempelajari lebih dalam mengenai, dirinya sendiri, keluarganya, dan masyarakat sekitarnya. Mereka menjalankan perannya berdasarkan pengalamannya yang terdahulu. “Alat-alat yang digunakan di sentra bermain drama/peran antara lain, perabotan dapur, lemari, meja kursi, meja makan boneka, kostum bintang atau profesi dan lain-lain, celemak, tas, topi, helm, sarung tangan, seterika, sepatu sandal, alat-alat make-up mainan” (Montolal, 2008: 5.19)

Langkah Kegiatan Bermain Peran

Tahap yang pertama adalah menata suasana. Suasana yang informal adalah petunjuknya. Tempatkan anak dalam kerangka pikiran yang mudah diterimanya. Ajak anak mempelajari tujuan yang akan dicapai. Pada tahap ini, suatu masalah atau peristiwa yang akan diperankan harus didiskusikan oleh seluruh anak dan guru menjelaskan secara garis besar situasi yang akan dimainkannya. Tahap yang kedua adalah menata lingkungan main. Setelah menentukan masalah yang akan dimainkan, diskusikan dengan anak peran-peran apa saja yang akan diperankan. Selanjutnya, menata lingkungan main sesuai dengan masalah yang akan dimainkan. Kostum dan perlengkapan apa saja yang akan digunakan pun harus dipersiapkan. Tahap yang ketiga adalah memilih peran untuk anak. Beri arahan pada anak mengenai peran apa saja yang akan dimainkan, dan memberikan kebebasan pada anak untuk memerankan tokoh yang akan dimainkannya sehingga anak dapat berperan sesuai dengan natural. Anak yang telah memilih peran harus mampu meleburkan dirinya dalam peran tersebut dan dapat menyajikannya dengan baik.

Kemampuan untuk berpura-pura adalah sangat penting. Tahap keempat adalah pelaksanaan bermain peran. Ketika kegiatan bermain peran dilaksanakan, anak-anak harus dimotivasi agar tampil dengan spontan dan natural. Apabila permainan anak terlihat agak kacau, guru harus menstimulasi anak. Tahap yang kelima adalah mendiskusikan penampilan bermain peran. Penampilan anak dalam bermain peran harus dievaluasi. Evaluasi penampilan tersebut dilakukan oleh seluruh anak/pemain untuk menarik kesimpulan sampai sejauh mana tingkat keberhasilan yang telah dicapai serta dipahami oleh anak dari penampilan yang telah dimainkan.

Langkah bermain peran juga dikemukakan oleh DJamarah (2005: 238). Ada lima langkah dalam bermain peran yaitu:

  1. penentuan topik,
  2. penentuan anggota pemeran,
  3. mempersiapkan peranan,
  4. latihan singkat dialog,
  5. pelaksanaan permainan peran.

Yuliani dan Bambang S (2013 : 89-90) Alat permainan yang digunakan Alat-alat permainan yang ada di sentra bermain peran kecil (micro play) semua berbentuk mini, dan terbagi dalam beberapa kelompok alat-alat bermain yang dipindah-pindah seperti:

  1. Kelompok Alat Bermain AIRPORT
    Semua jenis bentuk alat-alat bermain yang berkaitan dengan bandara (airport) seperti : karpet plastik bergambar landasan pesawat, bangunan-bangunan plastik tempat menunggu penumpang, menara-menara, pesawat-pesawat plastik, boneka-boneka mini.
  2. Kelompok Pertanian
    Bentuk-bentuk rumah pertanian, seperti : dari kardus bekas yang dibentuk rumah, jeram batang-batang pohon, ranting-ranting kering, pagar yang dibuat dari sendok ice crean, batu-batu, binatang-binatang ternak dari plastik, boneka-boneka.
  3. Kelompok Pertokoan
    Terdiri dari rumah-rumah bentuk pertokoan, boneka-boneka kecil, baju-baju kecil, kereta dorong. Dus bekas makanan, mobil-mobilan, motor-motoran.
  4. Kelompok Pertukangan
    Pasir aneka bentuk, kaleng-kaleng, sendok-sendok sayur plastik, sekop, ember, paku kecil, air dan bentuk-bentuk botol dari plastik.
  5. Rumah-rumah dengan tetangga
    Rumah-rumahan, alat-alat rumah tangga, berbagai macam bentuk boneka, mobil-mobilan, motor-motoran, rumah dari kayu maupun plastik.
  6. Kolam Renang
    Suasana kolam renang, boneka-boneka kecil, mobi-mobilan, motor.
  7. Boneka Papan Panel
    Papan panel, bermacam-macam bentuk orang dari kertas dan bahan-bahan panel serta gambar-gambar, pakaian dari bahan panel.
  8. Permainan Pasir
    Pasir, kaleng-kaleng, sendok sayur plastik, binatang-binatang pasir
  9. Permainan Lego
    Bentuk-bentuk lego dengan ukuran kecil
  10. Buku-buku Cerita
    Bermacam-macam bentuk dan buku cerita anak
  11. Lalu Lintas
    Karpet bergambar jalan raya, mobil-mobilan, boneka-boneka kecil, motor (alat transportasi lainnya) rambu-rambu lalu lintas.
  12. Stasiun Kereta Api
    Gambar stasiun, kereta api, rel kereta api baik dari kayu maupun dari plastik.
    Berdasarkan pendapat tersebut ada hal yang mungkin tidak terlalu dibutuhkan dan dapat disesuaikan dengan perkembangan anak usia dini.

Langkah-langkah Kegiatan

  1. Guru memberikan pengarahan dan aturan-aturan, tata tertib bermain di sentra bermain peran kecil
  2. Guru mengabsen murid dan menghitung jumlah murid bersama-sama sambil menyebutkan warna kelompoknya yang sesuai dengan usia yang berdekatan.
  3. Setelah anak-anak mengetahui dan mengerti peraturan tata tertib guru dapat menegur langsung kepada anak tersebut.
  4. Apabila ada anak yang tidak mematuhi peraturan tata tertib guru dapat menegur langsung kepada anak tersebut
  5. Anak yang di luar biasa (cacat) dapat ditemani oleh guru sambil mengarahkan bermain.
  6. Setelah waktu bermain telah hampir habis, guru dapat menyiapkan berbagai macam buku-buku cerita sebagai penenang dapat dilihat / dibaca anak.
  7. Guru dibantu anak-anak merapihkan permainan-permainan apabila waktu hampir selesai.
  8. Setelah selesai anak-anak kembali kepada guru kelompok masing-masing.

Catatan : alat-alat untuk permainan dapat dibuat dari barang-barang bekas seperti : kelompok pertanian dari dus bekas dan sendok es cream.

Pengaruh Bermain peran dalam pengembangan keterampilan berbicara

Anak berlatih menggunakan bahasa ekspresif (berbicara) dan reseptif (mendengarkan) melalui bermain peran. Menurut Gunarti dkk, (2008:10.11) bermain peran bertujuan untuk memecahkan masalah melalui serangkaian tindakan pemeranan. Sebagaimana yang telah disebutkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara bahwa di dalam area drama, anak-anak memiliki kesempatan untuk bermain peran dalam situasi kehidupan yang sebenarnya serta mempraktikkan kemampuan berbahasa. Pelaksanaan metode bermain peran dalam pengembangan bahasa pada anak usia dini menurut Dhieni dalam Halida (2011: 56) bertujuan:

  1. Melatih Daya Tangkap
    Metode bermain peran dapat melatih anak untuk menangkap banyak hal melalui interaksi yang terjadi dengan lawan main ketika permainan berlangsung.
  2. Melatih Anak Berbicara Lancar
    Keterampilan berbicara anak dapat meningkat dengan metode bermain peran. Hal ini disebabkan ketika anak bermain peran terjadi interaksi baik interaksi dengan permainannya maupun interaksi yang terjadi dengan lawan mainnya.
  3. Melatih Daya Konsentrasi.
    Jenis permainan drama merupakan jenis permainan yang membutuhkan konsentrasi sehingga bermain drama dapat melatih daya konsentrasi anak.
  4. Melatih Membuat Kesimpulan.
    Cerita dari peran yang dimainkan anak dapat melatih anak menyimpulkan banyak hal mengenai tokoh yang dimainkannya.
  5. Membantu Perkembangan Intelegensi
    Aspek kognitif dapat dikembangkan melalui bermain drama karena dalam bermain drama dibutuhkan ide-ide yang kreatif.
  6. Membantu Perkembangan Fantasi
    Daya khayal anak sangat dibutuhkan ketika bermain peran. Hal ini dapat membantu perkembangan fantasi anak.

Uraian mengenai fungsi metode bermain peran dalam pengembangan keterampilan berbicara menekankan bahwa metode bermain drama dapat mengembangkan keterampilan berbicara. Metode bermain drama dapat menjadi media untuk memberikan kesempatan pada anak mengekspresikan imajinasinya.

Daftar Pustaka

Dockett dan Fleer. 2000. Model Role playing dalam model pembelajaran”. (online) http://pembelajaran.org/2020/12/bermain-peranroleplayig.html/desember

Gunarti, Winda, dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. ]

Halida. 2011. Metode Bermain Peran dalam Mengotimalkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini (4-5 tahun).

Haimunah. 2013. Metode Pegembangan Anak Usia Dini. Pekanbaru : Cendikia InsaniHapsari 2016. Model Pengembangan Motorik Anak Prasekolah. Jakarta: Bagian Proyek Olahraga Masyarakat, Direktorat Olahraga Masyarakat

Mayke S. 2001. Bermain, Main dan Permainan. Jakarta: Gramedia.

Moeslichatoen. 2006. Metode Pengajaran di taman kanak-kanak. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.

Montolalu, 2008. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta. Universitas Terbuka.

Rumilasari, 2016. Pendampingan Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas

Suhartono. 2005. Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.