Diperbarui tanggal 21/06/2021

Pendidikan Nasional Indonesia

author/editor: Edi Elisa / kategori Wawasan Kependidikan / tanggal diterbitkan 21 Juni 2021 / dikunjungi: 1.07rb kali

Masyarakat Indonesia yang beragam suku, ras dan agama memerlukan adanya Komitmen dari semua warga Indonesia untuk selalu berdampingan secara damai. Adanya keragaman tersebut mengharuskan semua warga Negara Indonesia untuk mampu mengerti, menghayatinya sebagai landasan hidup bersama secara damai sebagaimana semboyan Bhineka Tunggal Ika. Adanya perbedaan SARA hendaknya diartikan sebagai unsur utama perekat kesatuan bangsa bukan sebaliknya sebagai sumber perpecahan. Berikut beberapa hal yang dapat menjadi potensi perpecahan di Indonesia dan menurunkan sikap nasionalisme.

  1. Keragaman Indentitas Budaya Daerah
    Keragaman ini menjadi model dan sekaligus sebagai potensi konflik keragaman budaya daerah memang memeperkaya khasanah budaya dan menjadi modal yang berharga untuk membangun Indonesia yang Multikultur, Namun kondisi aneka budaya tersebut sangat berpotensi memecah belah dan menjadi lahan subur bagi konflik dan kecemburuan Sosial. Dalam mengantisipasi hal itu, keragaman yang ada harus diakui sebagai sesuatu yang mesti ada dan dibiarkan tumbuh wajar.
  2. Pergeseran Kekuasaan Dari Pusat ke Daerah
    Sejak dilanda arus informasi dan demokrasi, Indonesia dihadapkan pada beragam tantangan baru yang sangat Kompleks. Satu diantar yang paling menonjol adalah persoalan budaya. Dalam arena budaya terjadi pergeseran kekuasaan dari pusat ke daerah membawa dampak besar terhadap pengakuan budaya local dan keragamannya. Kebudayaan sebagai sebuah kekayaan bangsa tidak dapat lagi di atur oleh kebijakan pusat, melainkan dikembangkan dalam kontesk budaya lokal masing-masing. Ketika suatu bersentuhan dengan kekuasaan maka berbagi hal dapat dimanfaatkan untuk merebut kekusaaan atau melanggengkan kekuasaan termasuk didalammnya isu kedaerahan.
  3. Kurang Kokohnya Nasionalisme
    Keragaman budaya ini membutuhkan adanya kekuatan yang menyatukan ( integrating force ) seluruh pluralitas negeri ini. Pancasila sebagi pandangan hidup bangsa, kepribadian nasional, dan ideologi Negara merupakan harga mati yang tidak ditawar lagi dan berfungsi sebagai integrating force. Saat ini Pancasila kurang mendapat perhatian dan kedudukan yang semestinya sejak itu kedaerahan semakin semarak. NAsionalisme perlu ditegakkan namun dengan cara-cara ang edukatif, persuasive, dan manusiawi bukan dengan mengerahkan kekuatan.
  4. Fanatisme Sempit
    Fanatisme dalam arti luas memang sangat diperlukan, namun yang salah adalah fanatisme sempit, yang menganggap bahwa kelompoknyalah yang paling benar, paling baik, dan kelompok lain harus dimusuhi. Gejala fanatisme sempit yang banyak menimbulkan ini banyak terjadi di tanah air ini. Kecintaan dan kebanggan itu bila ditunjukkan pada korps memang baik dan sangat diperlukan. Namun kecintaan dan kebangga itu jika ditunjukkan dengan bersikap memusuhi kelompok lain dan berpeilaku menyerang kelompok lain maka fantisme sempit ini menjadi hal yang destruktif.
  5. Konflik Kesatuan Nasional dan Multikultural
    Ada Tarik menarik antar kepentingan kesatuan nasional dengan Gerakan multicultural. Disatu sisi ingin mempertahankan kesatuan bangsa dengan berorientasi pada stabilitas nasional. Namun dalam penerapannya, pernah mengalami konsep stabilitas nasional ini dimanipulasi untuk menacapai kepentingan politik tertentu, misalnya adanya Gerakan Aceh Merdeka.
  6. Kesejahteraan Ekonomi yang Tidak merata di Antara Kelompok Budaya
    Beberapa peristiwa di tanah air yag bernuansa konflik budaya banyak dipicu oleh persoalan kesejahteraan ekonomi. Keterlibatan orang dalam demonstrasi, apapun kejadian dan tema demonstrasi, sering terjadi karena orang mengalami tekanan hebat dibidang ekonomi. Orang akan mudah terintiidasi untuk melakukan tindakan anarkis ketika himpitan ekonomi mendera mereka.
  7. Kebijakan yang Salah Dari Media Massa
    Diantara media massa tentu ada ideologi yang sangat dijunjung tinggi dan dihormati persoa;an kebebasan pers, otonomi, hak public untuk mengetahui hendaknya diimbangi dengan tanggung jawab terhadap dampak pemebritahuan. Mereka juga perlu mewaspadai adanaa pihak-pihak tertentu yang pandai memanfaatkan media itu untuk kepentingan tertentu yang justru dapat merusak budaya Indonesia