Diperbarui tanggal 29/Des/2021

Kemampuan Komunikasi Matematis

kategori Umum / tanggal diterbitkan 29 Desember 2021 / dikunjungi: 9.71rb kali

Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

Pengertian kemampuan komunikasi matematis National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) dalam Hendriana dan Soemarmo (2014:29) menyatakan komunikasi matematik merupakan essensial yang tercantum dalam kurikulum matematika siswa sekolah menengah. Menurut Hock (Kodariyati dan Astuti, 2016:3) menyatakan bahwa: “Communication is an essential part of the mathematical classroom. Student may use verbal language to communicate their thought, extend thinking, and understand mathematical concept. They may also use written language to explain, reason, and process their thinking of mathematical ideas”. Pernyataan tersebut kurang lebih memberikan makna bahwa komunikasi merupakan bagian penting dari kelas matematika. Siswa dapat menggunakan bahasa verbal untuk mengkomunikasikan pikiran mereka, menyampaikan pikiran dan memahami konsep-konsep matematika. Siswa juga dapat menggunakan bahasa tertulis untuk
menjelaskan alasan yang logis, dan proses pemikiran tentang ide-ide matematika.

Menurut Sullivan dan Mousley (Taduengo, dkk 2013:2) komunikasi matematik bukan hanya sekedar menyatakan ide melalui tulisan tetapi lebih luas lagi yaitu kemampuan siswa dalam hal mencakap, menanyakan, klarifikasi, bekerja sama (sharing), menulis dan akhirnya melaporkan apa yang telah di pelajari. Kemampuan komunikasi yang bersifat matematika atau yang lebih dikenal
dengan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai kemampuan dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui dialog pembicaraan atau tulisan tentang apa yang mereka kerjakan, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian masalah dalam matematika. Kemampuan komunikasi matematis tersebut merefleksikan pemahaman siswa dan guru bisa membimbing siswa dalam penemuan konsep serta mengetahui sejauh mana siswa mengerti tentang materi pelajaran matematika (Handayani, dkk, 2014:3).

Menurut Taduengo, dkk (2013:2-3) komunikasi matematika adalah kegiatan seseorang dalam menggunakan lambang-lambang, grafik, diagram, simbol dan notasi untuk menyatakan ide-ide baik lisan maupun tulisan serta hubungan matematika dari satu orang ke orang lain. Dalam pembelajaran matematika ketika sebuah konsep matematika di berikan oleh guru kepada siswanya maka siswa tersebut secara aktif dalam memikirkan ide mereka, menulis atau berbicara dan mendengar siswa lain dalam berbagi ide maka pada saat itu terjadi transformasi informasi dari satu orang ke orang lain. Kemampuan komunikasi matematika adalah kemampuan menyampaikan ide-ide atau gagasan menggunakan simbol-simbol, gambar, grafik, notasi dan lambang-lambang matematika.

Berdasarkan beberapa definisi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan penting dalam matematika yang mencakup kemampuan dalam menyampaikan pikiran atau ide-ide atau gagasan menggunakan simbol-simbol, grafik, notasi dan lambang-lambang matematika melalui tulisan maupun lisan.

Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

Hendriana dan Soemarmo (2014:30) mengidentifikasi indikator kemampuan komunikasi matematis yang meliputi kemampuan:

  1. Melukiskan atau merepresentasikan benda nyata, gambar, dan diagram dalam bentuk ide dan atau simbol matematika;
  2. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara lisan dan tulisan dengan menggunakan benda nyata, gambar, grafik dan ekspresi aljabar;
  3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika atau menyusun model matematika suatu peristiwa;
  4. Mendengar, mendiskusi, dan menulis tentang matematika;
  5. Membaca dengan dengan pemahaman suatu presentasi matematika;
  6. Menyusun konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan generalisasi;
  7. Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraph matematika dalam bahasa sendiri.

Menurut Kodariyati dan Astuti (2016:96) kemampuan komunikasi matematis meliputi kemampuan siswa untuk:

  1. Menggunakan model matematika (gambar, rumus, dan simbol/lambang matematika yang sesuai);
  2. Memberikan pendapat terhadap suatu pernyataan atau pertanyaan;
  3. Memberikan kesimpulan terhadap solusi yang diperoleh.

Menurut Depdiknas melalui Dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen No.506/C/PP/2004 (Handayani, dkk, 2014: 3) indikator yang menunjukkan komunikasi matematis antara lain:

  1. Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram,
  2. Mengajukan dugaan,
  3. Melakukan manipulasi matematika,
  4. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi,
  5. Menarik kesimpulan dari pernyataan,
  6. Memeriksa kesahihan suatu argumen dan,
  7. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.

Kesulitan dalam Kemampuan Komunikasi Matematis

Menurut Natawijaya (Sulistiawati, 2014: 206) siswa mengalami kesulitan belajar dalam mencapai konsep belajar sebagaimana yang diharapkan, (1) siswa jarang bertanya karena kebanyakan siswa tidak tahu dan tidak memahami yang ditanyakan, (2) siswa jarang memberikan tanggapan, karena belum mampu menjelaskan ide-ide, (3) matematika, (4) beberapa siswa mampu menyelesaikan soal matematika, tetapi kurang memahami apa yang terkandung dalam soal tersebut (tidak meaningful), (5) banyak siswa yang tidak mampu membuat suatu kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Abdurrahman (2012: 213) mengungkapkan kesulitan dalam bahasa dapat dapat berpengaruh terhadap kemampuan anak dibidang matematika. Soal matematika berbentuk cerita menuntut kemampuan membaca untuk memecahkannya.

Oleh karena itu, anak yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula dalam memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita tertulis. Menurut Abdurrahman (2012: 7) mengungkapkan salah satu klasifikasi kesulitan dalam belajar, yaitu kesulitan akademik (academic learning disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan belajar akademik menunjuk adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Menurut Abdurrahman (2012: 209) dalam menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang mengalami banyak kesulitan. Kesulitan tersebut tampaknya terkait dengan pengajaran yang menuntut apakah membuat kalimat matematika tanpa lebih dahulu memberikan petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh.

Qohar (Kodariyati dan Astuti, 2016:3) menyatakan bahwa: Communication is needed to understand the mathematical ideas correctly. Weak communication skills will result in a lack of other mathematical abilities. Students who have good mathematical communication skills will be able to create a diverse representation, it will be easier in finding alternatives to solving problems that resulted in the increased ability to solve mathematical problems. Pernyataan tersebut kurang lebih bermakna bahwa komunikasi diperlukan untuk memahami ide-ide matematika dengan benar. Keterampilan komunikasi yang lemah akan menghasilkan kurangnya kemampuan matematika lainnya. Siswa yang mempunyai keterampilan komunikasi matematika yang baik akan mampu menciptakan beragam representasi, akan lebih mudah dalam mencari alternatif pemecahan masalah yang menghasilkan peningkatan kemampuan untuk memecahkan masalah matematika.