Model pembelajaran Think Talk Write
Pengertian
Model pembelajaran Think Talk Write. Adalah suatu strategi pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Menurut Huinker dan Laughlin (1996:82) menyatakan bahwa “The think-talk-write strategy builds in time for thought and reflection and for the organization of ides and the testing of those ideas before students are expected to write. The flow of communication progresses from student engaging in thought or reflective dialogue with themselves, to talking and sharing ideas with one another,to writing”. Artinya, Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) membangun pemikiran, merefleksi, dan mengorganisasi ide, kemudian menguji ide tersebut sebelum peserta didik diharapkan untuk menulis. Alur model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dimulai dari keterlibatan peserta didik dalam berpikir atau berdialog reflektif dengan dirinya sendiri, selanjutnya berbicara dan berbagi ide dengan temannya, sebelum peserta didik menulis.
Strategi yang diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin (1996: 82) ini pada dasarnya dibangun melalui berfikir, berbicara, dan menulis. Alur kemajuan strategi TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berfikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengarkan dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.
- Think (Berfikir atau Dialog Reflektif)
Menurut Huinker dan Laughlin (1996:81) “Thinking and talking are important steps in the process of bringing meaning into student’s writing”. Maksudnya adalah berpikir dan berbicara/berdiskusi merupakan langkah penting dalam proses membawa pemahaman ke dalam tulisan peserta didik. Dalam tahap ini peserta didik secara individu memikirkan kemungkinan jawaban atau metode penyelesaian, membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri. - Talk(Berbicara)
Setelah tahap “think” selesai dilanjutkan dengan tahap berikutnya “ talk” yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Fase berkomunukasi (talk) pada strategi ini memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Pada umunya menurut Huinker & Laughlin (1996) berkomunikasi dapat berlangsung alami, tatapi menulis tidak. Proses komunikasi dipelajari siswa melalui kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Secara alami dan mudah proses komunikasi dapat dibangun di kelas dan dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis. - Talk(Berbicara) Selanjutnya fase ”write” yaitu menuliskan hasil diskusi/ pada lembar kerja yang disediakan (Lembar Aktivitas Siswa). Aktivitas menulis berarti mengkonstruksi ide, karena setelah berdiskusi antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Menulis dalam matematika membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang siswa tentang materi yang dipelajari (Shield & Swinson, 1996). Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa. Selain itu Masingila & Wisniowska (1996) mengemukakan aktivitas menulis siswa bagi guru dapat memantau kesalahan siswa, miskonsepsi, dan konsepsi siswa terhadap ide yang sama.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Think Talk Write
Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) memiliki langkah-langkah (sintaks) dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
- Pendahuluan
- Menginformasikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
- Menjelaskan tentang teknik pembelajaran dengan strategi TTW serta tugas- tugas dan aktivitas siswa.
- Melakukan apersepsi.
- Memberikan motivasi agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
- Membagi siswa dalam kelompok kecil (3 - 5 siswa).
- Inti
- Guru membagi Lembar Kerja Peserta didik (LKS) yang berisi masalah yang harus diselesaikan oleh peserta didik. Jika diperlukan diberikan sedikit petunjuk.
- Peserta didik membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat catatan kecil secara individu tentang apa yang ia ketahui dan tidak ketahui dalam masalah tersebut. Ketika peserta didik membuat catatan kecil inilah akan terjadi proses berpikir (think) pada peserta didik. Setelah itu peserta didik berusaha untuk meyelesaikan masalah tersebut secara individu. Kegiatan ini bertujuan agar peserta didik dapat membedakan atau menyatukan ide-ide yang terdapat pada bacaan untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa sendiri.
- Peserta didik berdiskusi dengan teman dalam kelompok membahas isi catatan yang dibuatnya dan penyelesaian masalah dikerjakan secara individu (talk). Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide matematika dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan. Diskusi akan efektif jika anggota kelompok tidak terlalu banyak dan terdiri dari anggota kelompok dengan kemampuan yang heterogen. Hal ini sejalan dengan pendapat Huinker dan Laughlin (1996:82) yang menyatakan bahwa this strategy to be effective when students working in heterogeneous group to six students, are asked to explain, summarize, or reflect. Artinya, metode TTW akan efektif ketika peserta didik bekerja dalam kelompok yang heterogen yang terdiri dari 2 sampai 6 peserta didik yang bekerja untuk menjelaskan, meringkas, atau merefleksi.
- Dari hasil diskusi, peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal (berisi landasan dan keterkaitan konsep, metode, dan solusi) dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri. Pada tulisan itu peserta didik menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui diskusi.
- Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan. Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu dipilih beberapa atau satu orang peserta didik sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawabannya, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.
- Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas meteri yang dipelajari. Sebelum itu dipilih bebrapa atau satu orang peserta didik sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawabannya, sedangkan kelompok lain diminta untuk memberikan tanggapan.
Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Think Talk Write
- Kelebihan
- Dapat menjadi pemicu siswa untuk bekerja secara aktif yaitu soal-soal yang mempunyai jawaban devergen atau open ended task.
- Dapat membantu siswa merefleksikan, menyusun, serta menguji (negosiasi, sharing) ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok.
- Dapat meningkatkan informasi, kelompok (membaca-mencatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.
- Waktu lebih singkat namun dapat memenuhi bebrapa indikator, karena dalam pembelajaran dengan metode ini penggunaan 3 indikator inti dilakukan dalam sekalipembelajaran.
- Belajar membuat catatan setelah membaca merangsang aktivitas bervikir sebelum, selama,dan setelah membaca, sehingga dapat mempertinggi pengetahuan bahkan meningkatkan keterampilan berfikir dan menulis.
- Menulis dapat membantu peserta didik untuk mengekpresikan pengetahuan dan gagasan yang tersi,pan agar lebih terlihat dan merefleksikan pengetahuan dan gagasan mereka.
- Berdikusi dapat meningkatkan eksploitasi dan menguji ide, berdiskusi juga dapat meningkatkan pemahaman.
- Kelemahan
- Guru harus professional dibidangnya, untuk guru yang belum menguasai ke-3 indikator (Think Talk Write) akan kesulitan menguasai kelas.
- Metode ini hanya bersifat membantu siswa merefleksikan, menyusun, serta menguji (negosiasi, sharing) ide-ide, ketercapaiannya dipengaruhi oleh bebrapa faktor pendukung.
- Waktu akan singkat dan efektif jika digunakan oleh guru yang sudahprefessional dangan metode ini, untuk pemulabisa menjadi hambatan.
Kesimpulan
Think Talk write adalah metode pembelajaran berupa metode yang diterapkan untuk berusaha memecahkan masalah oleh siswa. Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) membangun pemikiran, merefleksi, dan mengorganisasi ide, kemudian menguji ide tersebut sebelum peserta didik diharapkan untuk menulis. Alur model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dimulai dari keterlibatan peserta didik dalam berpikir atau berdialog reflektif dengan dirinya sendiri, selanjutnya berbicara dan berbagi ide dengan temannya, sebelum peserta didik menulis. Suatu model pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran matematika sering ditemui, bahwa ketika siswa diberikan tugas tertulis, siswa selalu mencoba untuk langsung memulai menulis jawaban. Walaupun hal itu bukan sesuatu yang salah, namun akan lebih bermakna jika dia terlebih dahulu melakukan kegiatan berpikir, merefleksikan dan menyusun ide-ide, serta menguji ide-ide itu sebelum memulai menulisnya. Sehingga pada prinsipnya model pembelajaran think-talk-write ini dibangun dengan memberikan waktu kepada siswa untuk melakukan kegiatan tersebut (berpikir, merefleksikan dan untuk menyusun ide-ide, dan menguji ide-ide itu sebelum menulisnya). Dimana seorang siswa akan dilatih untuk menyelesaikan masalah yang ada berupa penyajian yang telah disiapkan dan kemudian diterapkan untuk melatih kemapuan individual siswa atau peserta didik. Diharapkan siswa mampu memahami secara baik dan terampil untuk menyelesaikannya.