Diperbarui tanggal 30/04/2022

Model Pembelajaran SSCS

kategori Model-model Pembelajaran / tanggal diterbitkan 30 April 2022 / dikunjungi: 6.08rb kali

Pengertian Model Pembelajaran SSCS

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.Fungsi model pembelajaran disini adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran (Trianto,2015).

Model SSCS adalah model pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem solving yang didesain untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu. Model pembelajaran SSCS merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah yang meliputi empat fase, yaitu Search, Solve, Create, dan Share (Rosawati dan Dwiningsih, 2016). Pizzini (1991) juga menambahkan informasi bahwa :“Through the use of the SSCS model, students become independent, cometent thinkers. They become explorers searching for new doscoveries and perspectives, inventors developing new ideas and products to overcome existing obstacles, designers creating new plan and models, decision makers practicing how to make wise choices, communicators developing methods for communication andinteraction”.

Dari kutipan diatas dapat diartikan bahwa melalui model pembelajaran SSCS siswa dapat menjadi pemikir yang mandiri, dan kompeten. Mereka menjadi penjelajah dalam mencari penemuan-penemuan baru dan perspektif, penemu yang mengembangkan ide-ide baru dan produk dalam mengatasi hambatan yang ada, desainer yang menciptakan rencana dan model baru, pembuat keputusan yang berlatih bagaimana membuat pilihan yang bijak, dan komunikator yang mengembangkan metode untuk komunikasi dan interaksi.

Dalam konstruktivisme proses belajar dipengaruhi oleh faktor pengalaman dan lingkungan yang mendukung dalam memecahkan masalah, melakukan penyelidikan, dan menarik suatu kesimpulan. Hal ini sejalan dengan rancangan materi yang disesuaikan dengan masalah yang biasa dialami di lingkungan sehari hari. Dengan demikian teori kontruktivisme berkaitan erat dengan model SSCS.

Sintak Model SSCS

Pizzini (1991) menjelaskan bahwa model pembelajaran SSCS memiliki empat fase, yaitu Search, Solve, Create, dan Share. Langkah-langkah dalam metode pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS) yaitu sebagai berikut:

  1. Search, tahap ini berperan untuk mendorong peran aktif siswa dalam mengajukan pertanyaan yang akan dicari solusinya.
  2. Solve, tahap ini bertujuan untuk mendorong peran aktif siswa dalam mencari alternatif yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan
  3. Create, tahap ini bertujuan untuk mendorong peran aktif siswa dalam kegiatan diskusi dan menyimpulkan alternative jawaban dari permasalahan
  4. Share, tahap ini bertujuan untuk mendorong peran aktif siswa dalam mempresentasikan informasi yang diperoleh dan saling bertukar informasi yang mereka peroleh.

Pelaksanaan pembelajaran SSCS di kelas melalui tahap yaitu tahap search siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan penyelidikan tentang topik yang mereka sukai untuk diselidiki. Selanjutnya pada tahap solve siswa membuat desain untuk rancangan yang akan digunakan dalam penyelidikan untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penyelidikannya.

Setelah melakukan penyelidikan siswa menganalisa dan mengintepretasikan data yang diperolehnya. Siswa selanjutnya menentukan cara yang akan digunakan untuk mengkomunikasikan temuannya, dan tahap ini merupakan tahap create. Tahap terakhir dalam model pembelajaran SSCS adalah share. Pada tahap share ini membagi atau memberikan hasil dan evaluasi dari penyelidikan yang dilakukannya. Sedangkan menurut Rosawati dan Dwiningsih (2016). Pertama fase Search yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah, kedua fase Solve yang bertujuan untuk mengembangkan rencana penyelesaian masalah, ketiga fase Create yang bertujuan untuk melaksanakan penyelesaian masalah sehingga menghasilkan solusi, dan keempat fase Share yang bertujuan untuk mensosialisasikan penyelesaian masalah yang diperoleh dengan cara melakukan presentasi.

Menurut Pizzini model pembelajaran SSCS mengacu kepada empat tahap penyelesaian masalah yang urutannya dimulai pada penyelidikan masalah (search), perencanaan pemecahan masalah (solve), pengkonstruksian pemecahan masalah (create), dan yang terakhir adalah pengkomunikasian penyelesaian masalah yang diperoleh (share). Tujuan model pembelajaran SSCS yaitu:

  1. Siswa menjadi pemikir yang mandiri Model pembelajaran SSCS mengarahkan siswa menjadi penjelajah dalam mencari penemuanpenemuan baru, penemu yang mengembangkan ide-ide baru dan produk untuk mengatasihambatan yang ada, desainer yang menciptakan rencana dan model baru, pembuat keputusan dengan berlatih bagaimana membuat pilihan yang bijak, dan komunikator yang baik dengan mengembangkan metode untuk komunikasi dan interaksi.
  2. Mengembangkan keterampilan sosial Model pembelajaran SSCS mengajarkan kepada siswa keterampilan-keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Kerjasama dapat membantu siswa pada kelompok dalam memahami konsep atau permasalahan yang ada.

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran SSCS

Kelebihan Model Pembelajaran SSCS

Berikut adalah kelebihan model SSCS:

  1. Bagi pengajar (dapat melayani minat siswa yang lebih luas)
    1. Dapat melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam(IPA)
    2. Melibatkan semua siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
    3. Meningkatkan pemahaman antara sains teknologi dan masyarakat dengan memfokuskan pada masalah-masalah real dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Bagi pelajar
    1. Kesempatan untuk memperoleh pengalaman langsung pada suatu proses pemecahan masalah.
    2. Kesempatan untuk mempelajari dan memantapkan konsep-konsep IPA dengan cara yang lebih bermakna
    3. Mengolah informasi dari IPA
    4. Menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi
    5. Mengembangkan metode ilmiah dengan menggunakan peralatan-peralatan laboratorium
    6. Mengembangkan minat terhadap IPA dan memberi pemaknaan IPA kepada siswa melaui kegiatan-kegiatan IPA
    7. Memberi pengalaman bagaimana pengetahuan IPA diperoleh dan berkemban.
    8. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanggungjawab terhadap proses pembelajarannya
    9. Bekerjasama dengan orang lain
    10. Menetapkan pengetahuan tentang grafik, pengolahan data, menyampaikan ide dalam Bahasa yang baik dan keterampilan yang lain dalam suatu sistem ke integrasi atau holistik.