Model Pembelajaran SAVI
Pengertian Model Pembelajaran SAVI
Model pembelajaran yang ada pada umumnya sangat banyak, salah satunya model pembelajaran SAVI atau Somatic, Auditory, Visualization, Intelectual. Model SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier. Menurut Suherman (2006) bahwa model pembelajaran SAVI adalah model pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Somatis adalah gerakan tubuh, yang berarti bahwa belajar harus dengan mengalami dan melakukan. Auditory adalah pendengaran, yang berarti bahwa indra telinga digunakan dalam proses pembelajaran dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menaggapi. Visualization adalah penglihatan, yang berarti bahwa belajar harus menggunakan mata melalui mengamatai, menggambar, melukis, mendemonstrasikan media pembelajaran dan alat peraga. Intelectualy adalah berpikir, yang berarti bahwa kemampuan berpikir harus dilatih melalui bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkontruksi, dan menerapkan.
Menurut Suyatno (2009), Istilah SAVI sendiri bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) dimana belajar dengan mengalami dan melakukan; bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi; bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambarkan, mendemonstrasikan, membaa menggunakan media, dan alat peraga; dan intelektual yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berfikir (minds-on), belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakan melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, menciptakan, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
Berdasarkan uraian diatas maka, pada dasarnya model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intelectual (SAVI) adalah model pembelajaran yang menganggap bahwa suatu pembelajaran akan efektif jika memperhatikan empat hal, yaitu Somatis, Auditory, Visualization, dan Intelectual.
- Somatic
Somatic berasal dari bahasa Yunani yaitu somatic yang berarti tubuh.Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Menurut Shoimin (2014) Somatic adalah belajar dengan berbuat dan bergerak dimana bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik), yakni belajar dengan mengalami dan melakukan.
Secara terperinci menurut Meier (2002) pembelajaran somatis adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung). Pada dasarnya komponen somatic ini memberikan kebebasan siswa untuk bergerak saat menerima pelajaran, merangsang pikiran dan tubuh di dalam kelas dalam menciptakan suasana belajar siswa aktif secara fisik. Siswa dapat menciptakan gambar atau menjalankan pelatihan belajar aktif, misalnya dengan simulasi, permainan belajar dan yang lainnya.
Dari pernyataan yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa belajar somatic adalah belajar dengan bergerak dan berbuat. Dimana dalam belajar somatik siswa dapat melakukannya menggunakan seluruh bagian tubuh yang terlibat sehingga dapat memperbaiki sirkulasi ke otak dan meningkatkan pembelajaran. - Auditory
Auditory sama juga dengan pendengaran. Menurut Smaldino (2011) secara fisiologis, mendengar adalah proses di mana gelombang suara yang memasuki telinga bagian luar dipancarkan ke gendang telinga, diubah menjadi getaran mekanis di telinga bagian tengah, dan diubah di telinga bagian dalam menjadi sinyal (Impluse) yang bergerak menuju otak. Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan cara menyimak, berbicara, presentase, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi. Sedangkan proses psikologis dari menyimak dimulai dari kesadaran dan perhatian seseorang tentang suara atau pola pembicaraan (menerima), yang dilanjutkan dengan identifikasi dan pengenalan sinyal auditori spesifik (penguraian makna), dan berakhir dengan pemahaman (mengerti). Mendengar dan menyimak juga merupakan proses komunikasi dan belajar.
Menurut Tiel dalam Wardatul Janah (2011) masuknya informasi dari auditory haruslah berurutan, teratur dan membutuhkan konsentrasi yang baik agar informasi yang masuk ditangkap dengan baik yang kemudian diproses dalam otak.
Berdasarkan pernyataan di aras disimpulkan bahwa proses pembelajaran auditory ini, siswa mempelajari materi melalui pembelajaran yang dapat didengarkan oleh siswa. Untuk memanfaatkan suara siswa dapat berdiskusi secara berkelompok dan mengemukakan hasilnya sedangkan guru menguraikan materi pelajaran yang belum dapat dipahami siswa. - Visualization
Menurut Shoimin (2014) visualization adalah belajar dengan mengamati dan mengambarkan, yang bermakna belajar haruslah menggunakan indera mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasi, membaca, menggunakan media dan alat peraga.Dalam otak lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain.
Meier (2004) mengemukakan bahwa setiap orang memiliki ketajaman visual yang sangat kuat. Hal ini dikarenakan didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual dari pada semua indra yang lainnya. Lebih lanjut Meier mengungkapkan bahwa beberapa siswa (terutama pembelajar visual) akan lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang dibicarakan guru atau sebuah buku.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran visualization adalah belajar dengan cara mengamati dan mengambarkan. Pada belajar visual siswa belajar dengan melihat contoh pada dunia nyata, diagram, dan gambaran dari segala macam hal ketika sedang belajar. - Intellectualy
Menurut Dave Meier (dalam Shoimin, 2014) intellectually menunjukkan apa yang dilakukan pembelajaran dalam pemikiran suatu pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Pengulangan dapat diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu atau setelah tiap unit yang diberikan, maupun ketika dianggap perlu pengulangan. Intellectually juga bermakna belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (mind-on), haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengonstruksi, memecahkan masalah dan menerapkan.Dalam proses pembelajaran Intellectually, ditandai dengan siswa aktif bertanya dan mengemukakan pendapat serta menyelesaikan tugas dengan berdiskusi secara berkelompok. Sedangkan guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya, menyampaikan pendapat dan memberikan lembar tugas.
Menurut Suherman (2006), dengan memperhatikan konsep belajar SAVI, siswa mempunyai kesempatan untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar sehingga dengan menggunakan pendekatan SAVI diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kreativitas pembelajaran akan berlangsung secara optimal jika aktivitas intelektual dan semua alat indra digabungkan dalam suatu kinerja pembelajaran. Meier (dalam Sidjabat, 2009) mengajukan sejumlah prinsip pokok dalam belajar dengan menggunakan pendekatan SAVI, yaitu sebagai berikut :
- Belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran.
- Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi.
- Kerjasama membantu proses belajar.
- Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
- Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri.
- Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
- Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
Langkah-Langkah ModelPembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI)
Menurut Shoimin (2014) langkah-langkah dalam pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI) adalah:
- Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal:- Memberikan sugesti positif
- Meberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa
- Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
- Membangkitkan rasa ingin tahu
- Menciptakan lingkungan fisik yang positif
- Menciptakan lingkungan emosional yang positif
- Menciptakan lingkungan social yang positif
- Menenangkan rasa takut
- Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar
- Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah
- Merangsang rasa ingin tahu siswa
- Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal
- Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal - hal yang dapat dilakukan guru:- Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan
- Pengamatan fenomena dunia nyata
- Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh
- Presentasi interaktif
- Grafik dan sarana yang presetasi berwarna-warni
- Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar
- Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim
- Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
- Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual
- Pelatihan memecahkan masalah
- Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu:- Aktivitas pemrosesan siswa
- Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali
- Simulasi dunia-nyata
- Permainan dalam belajar
- Pelatihan aksi pembelajaran
- Aktivitas pemecahan masalah
- Refleksi dan artikulasi individu
- Dialog berpasangan atau berkelompok
- Pengajaran dan tinjauan kolaboratif
- Aktivitas praktis membangun keterampilan
- Mengajar balik
- Tahap Penampilan Hasil (Tahap Penutup)
Pada tahap ini hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal- hal yang dapat dilakukan adalah:- Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera
- Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi
- Aktivitas penguatan penerapan
- Materi penguatan persepsi
- Pelatihan terus menerus
- Umpan balik dan evaluasi kinerja
- Aktivitas dukungan kawan
- Perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.
Dibawah ini adalah beberapa contoh bagaimana membuat aktifitas sesuai dengan cara belajar/gaya belajar siswa:
Tabel Aktifitas sesuai dengan cara belajar/gaya belajar siswa
Gaya belajar | Aktivitas |
Somatic | Orang dapat bergerak ketika mereka:
|
Auditory |
|
Visual | Hal-hal yang dapat dilakukan agar pembelajaran lebih visual adalah:
|
Intelectually | Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika kita mengajak pembelajaran tersebut dalam aktivitas seperti:
|
Berdasarkan tahap-tahap SAVI di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa langkah-langkah secara konkret dan sistematis dari model SAVI adalah:
- Mengelompokan siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4 oarang.
- Semua siswa membawa alat peraga atau diberikan oleh guru
- Mintalah siswa memperagakan konsep yang dipelajari sambil mengucapkan secara terperinci langkah-langkahnya (Somatic dan Auditory)
- Setiap kelompok diberi soal-soal yang telah disiapkan oleh guru.
- Setiap siswa diminta mendiskusikan tentang soal-soal yang diberikan perkelompok (Auditory, Visual, dan Intelectually).
- Selama diskusi berlangsung guru mengamati kerja setiap kelompok secara bergantian dan meengarahkan dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
- Pada akhir kerja kelompok, setiap kelompok diminta perwakilannya untuk mengerjakan soal-soal yang telah diberikan dipapan tulis. Sedang siswa yang lainnya menanggapinya (Somatik, Auditory, Visual dan Intelectually).
Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectualy (SAVI)
Beberapa kelebihan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectualy (SAVI) menurut Shoimin (2014) diantaranya :
- Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual
- Siswa tidak mudah lupa karena siswa membangun sendiri pengetahuannya.
- Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena siswa merasa diperhatikan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar matematika.
- Memupuk kerjasama karena siswa yang lebih pandai diharapkan dapat membantu yang kurang pandai.
- Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif
- Mampu membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa
- Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa
- Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih baik.
- Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat dan berani menjelaskanjawabannya.
- Merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar
Dan adapun kekurangan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectualy (SAVI) menurut Shoimin (2014) diantaranya:
- Pendekatan ini menuntut adanya guru yang sempurna sehingga dapat memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh.
- Penerapan pendekatan ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhannya, sehingga memerlukan biaya pendidikan yang sangat besar. Terutama untuk pengadaan media pembelajaran yang canggih dan menarik. Ini dapat terpenuhi pada sekolah-sekolah maju.
- Karena siswa terbiasa diberi informasi terlebih dahulu sehingga siswa kesulitan dalam menemukan jawaban ataupun gagasannya sendiri.
- Membutuhkan waktu yang lama terutama bila siswa yang lemah.
- Membutuhkan perubahan agar sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu.
- Belum ada pedoman penilaian, sehingga guru merasa kesulitan dalam evaluasi atau memberi nilai.
- Pendekatan SAVI masih tergolong baru, sehingga banyak pengajar guru yang belum mengetahui pendekatan SAVI tersebut
- Pendekatan SAVI ini cenderung kepada keaktifan siswa, sehingga untuk siswa yang memiliki tingkat kecerdasan kurang, menjadika siswa itu minder.
- Pendekatan ini tidak dapat diterapkan untuk semua pelajaran matematika.