Diperbarui tanggal 30/Nov/2021

Model Pembelajaran Penemuan

kategori Model-model Pembelajaran / tanggal diterbitkan 30 November 2021 / dikunjungi: 4.26rb kali

Pendahuluan

Pembelajaran dengan penemuan (discovery Learning) merupakan suatu komponen yang penting dalam pendekatan kontruktivis yang telah memiliki sejarah panjang dalam dunia pendidikan. Ide pembelajaran penemuan (discovery learning) muncul dari keingginan untuk memberi rasa sengang kepada siswa dalam “menemukan” sesuatu oleh mereka sendiri, dengan mengikuti jejak para ilmuan. Wilcolx menyatakan bahwa dalam pembelajaran penemuan, siswa di dorong untuk belajar aktif melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Melalui pembelajaran penemuan, diharapkan siswa terlibat dalam penyelidikan, mengumpulkan data dan menemukan untuk hukun atau prinsip yang berlaku pada kejadian tersebut. Hal yang menarik dalam pendapat Bruner yang menyebutkan: hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Dalam model Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mengorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.

Hal tersebut memungkinkan murid-murid menemukan arti bagi diri mereka sendiri, dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang dimengerti mereka. Dengan demikian seorang guru dalam aplikasi model Discovery Learning harus dapat menempatkan siswa pada kesempatan-kesempatan dalam belajar yang lebih mandiri. Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam model Discovery Learning menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historian, atau ahli matematika. Melalui kegiatan tersebut siswa akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.

Karakteristik yang paling jelas mengenai Discovery sebagai metode mengajar ialah bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan) mengajar, bimbingan guru hendaklah lebih berkurang dari pada metode-metode mengajar lainnya. Hal ini tak berarti bahwa guru menghentikan untuk memberikan suatu bimbingan setelah problema disajikan kepada pelajar. Tetapi bimbingan yang diberikan tidak hanya dikurangi direktifnya melainkan pelajar diberi responsibilitas yang lebih besar untuk belajar sendiri.

  1. Menurut Bell (dalam Hosnan, 2014:284) mengemukan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
    Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan dilakukan.
  2. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan informasi yang ditambahkan.
  3. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.
  4. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.
  5. Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan, konsep dan prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
  6. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.

Tujuan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)

Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:

  1. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.
  2. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan
  3. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.
  4. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.
  5. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
  6. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.

Katakteristik Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)

Menurut Hosnan (2014:284) ciri utama belajar penemuan, yaitu:

  1. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan.
  2. Berpusat pada siswa.
  3. Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.

Peranan Guru dalam Model Pembelajaran Penemuan (Discovey Learning)

Dahar (dalam Hosnan, 2014:286) mengemukakan beberapa peranan guru dalam pembelajaran penemuan, yakni sebagai berikut:

  1. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
  2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran itu dapat mengarah pada pemecahan masalah yang aktif belajar penemuan. Misalnya menggunakan fakta-fakta yang berlawanan.
  3. Guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang enaktif, ikonik dan simbolik.
  4. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Secara garis besar, tujuan belajar penemuan ialah mempelajari generalisasi-generalisasi dengan menemukan generalisasi-generalisasi itu.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)

Kelebihan penerapan penemuan menurut Hosnan (2014:287), yaitu:

  1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan dan proses kognitif. Usaha menemukan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
  2. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah.
  3. Pengetahuan yang diperoleh melalui strategi ini sangat pribada dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
  4. Strategi ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
  5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan memotivasi sendiri.
  6. Strategi ini dapat membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
  7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama aktif mengeluarkan gagasan. Bahkan guru pun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
  8. Membantu peserta didik menghilangkan keragu-raguan karena mengarah pada kebenaran yang final dan pasti.
  9. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
  10. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
  11. Mendorong siswa berpikir dan bekerja tas inisiatif sendiri.
  12. Mendorong peserta didik berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
  13. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
  14. Situasi proses belajar menjadi lebih terancang.
  15. Menimbulkan rasa senang pada peserta didik, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
  16. Proses belajar meliputi sesama aspeknya peserta didik menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.
  17. Mendorong keterlibatan keaktifan siswa.
  18. Menimbulkan rasa puas bagi siswa. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat.
  19. Siswa akan dapat mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
  20. Dapat meningkatkan motivasi.
  21. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
  22. Kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
  23. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
  24. Melatih siswa belajar mandiri.
  25. Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil belajar.

Sedangkan kekurangan dari penerapan penemuan menurut Hosnan (2014:288) yaitu:

  1. Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalahpahaman antara guru dengan siswa.
  2. Menyita waktu banyak. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator dan pembimbing siswa dalam belajar.
  3. Menyita pekerjaan guru.
  4. Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan.
  5. Tidak berlaku untuk semua topik.

Langkah Pembelajaran dengan Model Penemuan (Discovery Learning)

Kurniasih dan Sani (2014) menungkaplan langkah-langkah dalam model pembelajaran discovery learning yaitu stimulation (pemberian rangsangan) dimana pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan, disamping itu kemudian guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Tahap selanjutnya problem statement (pernyataan/identifikasi masalah) yaitu pada tahap ini guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin permasalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). Kemudian data collection, tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar atau tidaknya hipotesis, dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, dan sebagainya. Selanjutnya data processing (pengumpulan data) merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh siswa baik melalui observasi, literatur dan sebagainya. Tahap verification (pembuktian), pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Dan tahap generalization yaitu proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

Adapun secara umum langkah-langkah model pembelajaran discovery learning yaitu:

Persiapan
Langkah persiapan dalam model penemuan menurut Hosnan (2014:289) adalah:

  1. Menentukan tujuan pembelajaran.
  2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat).
  3. Memilih materi pelajaran yang akan dipelajari.
  4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh generalisasi).
  5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik.
  6. Mengatur topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak.
  7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

Prosedur Model Pembelajaran Penemuan

Menurut Syah (dalam Hosnan, 2014:289) dalam mengaplikasikan strategi penemuan dikelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar, secara umum sebagai berikut :

  1. Simulation (Simulasi/Pemberian Rangsangan)
    Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Stimulasi dalam tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan dapat membantu siswa dalam mengekspolasi bahan. Dalam hal ini, Bruner memberikan stimulasi dengan menggunakan teknik bertanya, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi.
  2. Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)
    Setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutnya ialah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).
  3. Data Collection (Pengumpulan Data)
    Ketika eksplorasi berlangsung, guru juga memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Dengan demikian siswa diberikan kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak sengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
  4. Data Prosessing (Pengolahan Data)
    Pengolahan data merupakan kegiatan pengolahan dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi dan sebagainya. Dan berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/pernyelesaian yang perlu mendapatkan pembuktian secara logis.
  5. Verification (Pembuktian)
    Pada tahap ini, siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data prosessing. Pembuktian menurut Bruner bertujuan agar proses belajar akan berjalan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh yang ia jumpai dalam kehidupan.
  6. Generalization (Menarik Kesimpulan) 
    Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi Menurut Syah (dalam Hosnan, 2014:285). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

Sintak Model Pembelajaran Penemuan

NoTahapKegiatan Guru
1Menjelaskan tujuan/ mempersiapkan siswa Orientasi siswa pada masalahPendahuluan: - Menyampaikan tujuan belajar, memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan - Menjelaskan masalah sederhana yang berkenaan dengan materi pembelajaran
2Merumuskan hipotesis Melakukan kegiatan penemuan Mempresentasikan hasil kegiatan penemuanKegiatan inti Eksplorasi: - Membimbing siswa merumuskan hipotesis sesuai permasalahan yang dikemukakan Elaborasi: - Membimbing siswa melakukan kegiatan penemuan dengan mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi yang diperlukan Konfirmasi: - Membimbing siswa dalam menyajikan hasil kegiatan, merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3Mengevaluasikan kegiatan penemuanPenutup: - Mengevaluasikan langkah-langkah kegiatan yang telah dilakukan