Model Pembelajaran Learning Cycle 7E
Pengertian Model Pembelajaran Learning Cycle 7E
Model learning cycle 7E merupakan suatu model pembelajaran yang berbasis pada paham konstruktivisme dalam belajar, dengan asumsi dasar bahwa “pengetahuan dibangun di dalam pikiran pebelajar”. Dasar pemikiran para konstruktivis adalah bahwa proses pembelajaran yang efektif menghendaki agar guru mengetahui bagaimana para siswa memandang fakta dan fenomena yang menjadi subjek pembelajaran. Proses pembelajaran harus dikembangkan dari gagasan yang telah ada pada diri siswa (prior knowledge) melalui langkahlangkah intermediasi dan berakhir pada gagasan baru yang telah mengalami modifikasi (Sadia, 2014).
Learning cycle 7E (Elicit-Engange-Explore-Explain-Evaluate-Extend) merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep maupun prinsip-prinsip ilmiah dari suatu materi pelajaran (Einskarft, 2003). Model learning cycle 7E dikembangkan dari model learning cycle 5E. sama halnya dengan model learning cycle 5E, peran guru dalam model learning cycle 7E adalah sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Perbedaan antar model learning cycle 5E dan 7E adalah bahwa pada model learning cycle 7E diawali dengan pengungkapan pengetahuan awal (prior knowledge) siswa tentang suatu topic materi pelajaran melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan oleh guru (eicit) dan diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep maupun prinsip-prinsip ilmiah yang telah dikuasainya pada situasi yang lebih kompleks dalam kehidupan seharihari (extend) (Sadia, 2014). Perubahan tahapan learning cycle dari 5E menjadi 7E ditunjukkan pada Gambar berikut ini:
Perubahan Tahapan Learning Cycle 5E menjadi 7E
Einskarft (dalam Sadia, 2014) mengungkapkan bahwa dalam proses pembelajaran dengan learning cycle 7E, guru memiliki peran yang sangat strategis dalam memotivasi dan menggugah pengetahuan awal siswa. Pengetahuan awal siswa di analisis dan dielaborasi oleh guru dengan teori-teori yang ada, sehingga konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah yang esensial dan strategis dikonstruksi oleh siswa itu sendiri, dipahami dan dimaknai dengan baik dan pada akhirnya dapat diterapkan dalam situasi baru yang lebih kompleks dalam kehidupan seharihari.
Dengan demikian maka proses pembelajaran akan menjadi lebih bermakna (meaningfull). Peran utama guru dalam proses pembelajaran pada learning cycle 7E adalah sebagai fasilitator, mediator, dan motivator. Melalui kegiatan elicit yaitu pengungkapan pengetahuan awal (prior knowledge) siswa, guru akan dapat mengenali tipe dan sifat miskonsepsi siswa dan selanjutnya dapat menyipkan strategi pengubahan miskonsepsinya. Secara keseluruhan langkah-langkah (sintaks) pembelajaran pada model learning cycle 7E sebagai berikut:
- Elicit (memperoleh)
Pada fase ini, guru melakukan pengungkapan terhadap pengetahuan awal (prior Knowledge) siswa dengan jaln mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Para siswa menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut yang merupakan gagasan atau ide awal siswa. Dari kegiatan ini guru dapat megetahui profil pengetahuan awal serta miskonsepsi siswa. Berdasarkan pengetahuan awal yang tergali melalui fase ini, maka guru akan dapat menentukan strategi yang dipandang paling efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. - Engagement (menghubungkan)
Dalam fase ini, siswa dimotivasi guna membangkitkan minat dankeingintahuan siswa tentang topik yang akan dibahas. Siswa diajak untuk merumuskan prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dibahas dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi. - Exploration (menyelidiki)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil (4-5 orang) untuk menguji prediksi-prediksi yang telah dirumuskan pada fase engagement, dengan jalan melakukan kegiatan praktikum atau studi lapangan maupun melalui studi pustaka. Para siswa diberi kesempatan berinkuiri dengan melibatkan seluruh panca indranya untuk berinteraksi dengan lingkungan dan objek yang dipelajarinya. Dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan diharapkan timbul ketidakseimbangan (dieskuilibrasi) dalam struktur mental siswa yang ditandai dengan munculnya berbagai pertanyaan yang mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level reasoning). Dari proses inkuiri pada fase eksplorasi, masing-masing kelompok siswa diharapkan dapat merumuskan konsepsinya sebagai hasil eksplorasi yang telah dilakukan. - Explanation (menjelaskan)
Pada tahap explanation, siswa mempresentasikan hasil eksplorasinya dalam diskusi kelas, para siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan hasil eksplorasinya kepada siswa lainnya. Guru memberi motivasi dan mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dan prinsip-prinsip ilmiah dengan bahasa mereka sendiri, serta meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka. Tugas utama guru pada fase ini adalah sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Para siswa diharapkan telah menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari. Pada fase eksplanasi ini, diharapkan telah terjadi keseimbangan antara konsep baru yang dipelajari dengan struktur kognitif siswa. - Elaboration (mengembangkan)
Pada tahap elaboration siswa terlibat dalam diskusi dan akan timbul hal-hal yang baru terkait dengan materi pelajaran yang menjadi target pembelajaran. Pemahaman yang telah dibangun selanjutnya dikembangkan dalam diskusi kelas. Jika masih ada siswa yang mengalami miskonsepsi, guru memperbaiki miskonsepsi yang dialami siswa menuju konsep ilmiah. Para siswa diajak untuk menerapkan pemahaman konsepnya yang baru melalui kegiatan pemecahan masalah terhadap masalah-masalah yang nyata dalam kehidupan siswa. Penerapan konsep pada fase ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep yang mereka pelajari. - Evaluation (mengevaluasi)
Pada tahap ini, dilakukan evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau penguasaan kompetensi melalui kegiatan pemecahan masalah (problem solving) dalam konteks yang baru atau situasi yang baru. Tahap evaluasi ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk lebih meningkatkan pemahamannya, keterampilannya, serta kemampuan penalaran tingkat tingginya. Pada fase evaluasi ini dapat diketahui sebarapa dalam dan sebarapa luas tungkat pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang telah dipelajarinya. - Extended (memperluas)
Pada fase extended, para siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan dan memperluas konsep-konsep ilmiah yang telah dikuasainya dalam situasi yang lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari dimana siswa diharapkan telah mampu menjelaskan berbagai fenomena yang lebih kompleks.
Kelebihan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E
Menurut Ngalimun (2014) Kelebihan model pembelajaran learning cycle yaitu:
- meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran
- membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik
- pembelajaran menjadi lebih bermakna
Menurut Sadia (2014), ada beberapa keunggulan dari model siklus belajar 7E yaitu:
- Guru akan dapat memilih strategi pembelajaran yang efektif, berdasarkan hasil pengungkapan pengetahuan awal siswa (elicit)
- Siswa tergugah untuk mengingat kembali terhadap materi pelajaran yang telah mereka pelajari sebelumnya
- Melalui kegiatan engagement, siswa akan menjadi lebih aktif dan tergugah rasa ingin tahunya
- Melalui kegiatan eksplorasi siswa akan mengalami proses belajar penemuan, sehingga konsep-konsep yang dipelajari akan menjadi lebih bermakna dan tahan lama
- Kemampuan berpikir tingkat tinggi (berpikir kritis dan berpikir kreatif) siswa akan terakomodasi dalam proses pembelajaran
- Melalui kegiatan pada fase eksplanasi, siswa akan memiliki kemampuan komunikasi ilmiah yang baik
- Melalui kegiatan pada fase pengembangan (extended), sehingga pemahaman dan penguasaan konsep siswa akan menjadi sangat kuat.
Kekurangan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E
Menurut (Ngalimun, 2014) kelemahan model pembelajaran learning cycle 7E yaitu:
- Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai langkah-langkah pembelajaran
- Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi,
- Menuntut kesungguhan dan kreatifitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran,
- Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.