Model Pembelajaran Kepala Bernomor Terstruktur
Menurut Huda (2011) model pembelajaran kepala bernomor terstruktur merupakan modifikasi dari teknik Numbered Heads Together (kepala bernomor) yang dikembangkan oleh Spancer Kagan (1992). Model pembelajaran kepala bernomor terstruktur ini memudahkan pembagian tugas. Dengan model pembelajaran tersebut siswa bisa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan teman-teman kelompoknya, selain itu dapat mendorong untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka dalam belajar. Dimana siswa dikelompokkan dengan memberi nomor dan setiap nomor mendapat tugas berbeda kemudian dapat bergabung dengan anggota kelompok lain yang bernomor sama untuk bekerja sama.
Dalam pembelajaran kooperatif teknik Kepala Bernomor Terstruktur ini, dapat mengarahkan siswa untuk terampil berpikir kritis dalam memecahkan masalah dan berinteraksi dengan siswa lain dalam menjawab atau mempresentasikan suatu pertanyaan atau permasalahan (Lie, 2008). Untuk membuat efisiensi pembentukan kelompok atau penstrukturan tugas, tipe kepala bernomor terstruktur ini dapat dipakai dalam kelompok yang dibentuk secara permanen. Dimana, siswa diminta untuk mengingat kelompok dan nomornya sepanjang semester. Agar ada pemeratan tanggung jawab, penugasan berdasarkan nomor dapat diubah- ubah dan diselang- seling. Misalnya, pada pertemuan hari ini siswa nomor 1 bertugas mengumpulkan data, maka pertemuan selanjutnya mereka bisa diminta untuk bertugas melaporkan hasil kerja sama. Begitu pula dengan siswa nomor 2,3,4 pada kesempatan yang lain.
Karakteristik model pembelajaran kepala bernomor terstruktur
Adapun karakteritik model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur yaitu
- Berpikir kritis
- Berinteraksi, antara lain yaitu: interaksi antar siswa dalam kelompok dan interaksi antar pada nomor yang sama dalam beberapa kelompok (Lie, 2008).
Karakteritik model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur menurut Huda (2011) adalah sebagai berikut:
- Aktivitas
- Bekerjasama
- Tanggung jawab
Langkah- langkah model pembelajaran kepala bernomor terstruktur
Menurut Huda (2011) langkah-langkah kepala bernomor terstruktur (Structured Numbered Heads) adalah:
- Siswa dibagi dalam kelompok- kelompok. Masing- masing siswa dalam kelompok diberi nomor
- Penugasan diberikan kepada siswa berdasarkan nomornya. Misalnya, siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data berhubungan dengan penyelesaian soal. Siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal. Siswa nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja siswa
- Jika perlu (untuk tugas yang lebih sulit), guru juga bisa melibatkan kerja sama antar kelompok. Siswa diminta keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama- sama siswa yang bernomor sama dari kelompoknya. Dengan demikian, siswa- siswa yang tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja mereka.
- Laporkan hasil kerja siswa dan tanggapan dari kelompok lain
- Kesimpulan
Sedangkan Yatim (2009) menyatakan Langkah- langkah tipe Kepala Bernomor Terstruktur adalah:
- Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapatkan nomor
- Penugasan diberikan kepada siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai. Misalnya: siswa nomor 1 bertugas mencatat soal. Siswa nomor 2 mengerjakan soal dan siswa nomor 3 melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
- Jika perlu, guru bisa meminta kerja sama antar kelompok. Siswa keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa dengan bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja mereka.
- Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
- Merumuskan rangkuman
Sintaks kepala bernomor terstruktur menurut Kagan dalam Trianto (2009) dijelaskan sebagai berikut:
Fase | Perilaku Guru | Perilaku Siswa |
Fase 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa | Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. | Siswa memperhatikan tujuan pelajaran dan termotivasi dalam belajar |
Fase 2. Penomoran (Numbering) | Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3-5 orang dan memberi siswa nomor | Setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda- beda, sesuai dengan jumlah siswa dalam kelompok |
Fase 3. Pemberian tugas | Guru memberikan penugasan kepada siswa berdasarkan nomornya. Misalnya, siswa nomor 1 bertugas mencatat soal, siswa nomor 2 mengerjakan soal, dan siswa nomor 3 melaporkan hasil pekerjaannya. | Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru |
Fase 4. Menyajikan Informasi dan memonitor | Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara demonstrasi atau melalui bahan bacaan. | Siswa memahami penjelasan guru |
Fase 5. Berpikir Bersama (Heads Together) | Guru memberikan bimbingan bagi kelompok siswa yang membutuhkan. Dan guru meminta kerja sama antar kelompok dengan cara siswa keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa dengan tugas yang sama dari kelompok lain. Dengan demikian, siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu dan mencocokkan hasil kerja mereka. | Siswa terarah dan dapat berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan. |
Fase 6. Pemberian Jawaban (Answering) |
|
|
Fase 7. Memberikan penghargaan | Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. | Siswa mendengarkan penjelasan guru dan siswa termotivasi |
Fase 8. Evaluasi | Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum mengerti tentang materi yang telah disampaikan dan membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran |
Tujuan model pembelajaran kepala bernomor terstruktur
Menurut Ibrahim dalam Trianto (2009) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe kepala bernomor terstruktur yaitu:
- Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. - Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang. - Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kepala bernomor terstruktur
Model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya adalah sebagai berikut.
- Setiap siswa menjadi siap semua
- Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh- sungguh
- Siswa saling bertukar pikiran/ ide
Dapat diadakan kerjasama antar siswa yang senomor
Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur adalah sebagai berikut.
- Waktu yang dibutuhkan lebih banyak
- Guru tidak mengetahui kemampuan masing- masing siswa