Model Pembelajaran Guided Discovery Learning
Pendahuluan
Roestiyah (2012) menyebutkan bahwa “Guided discovery learning ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri agar anak dapat belajar sendiri”. Seorang guru harus mempunyai banyak akal untuk membuat pembelajaran menjadi bervariasi, menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.
Bruner dalam Suryo subroto (2002) menyebutkan bahwa “discovery learning yaitu dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir”. Dalam proses ini siswa menemukan jawaban dari permasalahan atau kasus yang diberikan oleh guru, baik itu dalam bentuk percobaan, permasalahan, suatu kasus yang harus diselesaikan oleh siswa. lanjutnya diperjelaskan lagi oleh Bruner dalam Soemanto (2006) menyebutkan bahwa “Hendaknya guru harus memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli matematika”. Disini siswa diberi kesempatan untuk mencari cara untuk menemukan penyelesaian dari kasus-kasus yang diberikan guru dengan prosedur yang mereka senangi, tentunya mengikuti petunjuk dari gurunya terlebih dahulu.
Menurut Kosasih (2014) “Model pembelajaran penemuan (discovery learning) merupakan nama lain dari pembelajaran penemuan. Sesuai dengan namanya, model ini mengarahkan siswa untuk dapat menemukan sesuatu melalui proses pembelajaran yang dilakoninya. Model pembelajaran penemuan tidak cukup dengan berupa perintah pada siswa untuk menemukan sesuatu. Pembelajaran penemuan model ini merupakan bagian dari kerangka pendekatan saintifik. Siswa tidak hanya disodori oleh sejumlah teori (pendekatan deduktif), tetapi mereka pun berhadapan dengan sejumlah fakta (pendekatan induktif). Dari teori dan fakta itulah, mereka diharapkan dapat merumuskan sejumlah penemuan.
Adapun peranan guru tidak lagi sebagai penyuplai ilmu pengetahuan. Guru lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan kreativitas siswa. Dalam hal inilah peran guru sebagai motivator, fasilitator, manajer pembelajaran sangat diharapkan. Proses pembelajaran semacam inilah yang sering disebut sebagai student-centered dengan tujuan mengembangkan kompetensi siswa dan membantu siswa mengembangkan self-concept-nya.
Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses-proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip dalam Hamalik (2006). Hamalik menjelaskan pembelajaran discovery terjadi bila siswa terlibat dalam proses pemecahan masalah yang diberi guru maupun soal-soal dari guru.
Adapun menurut Ridwan Abdullah Sani (2014) “discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau kolaborasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Jadi, belajar dengan menemukan (discovery) sebenarnya adalah bagian dari proses inkuiri. Discovery sering diterapkan percobaan sains di laboratorium yang masih membutuhkan bantuan guru, yang disebut Guided discovery. Guided discovery merupakan metode yang digunakan untuk membangun konsep di bawah pengawasan guru. Pembelajaran discovery merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat siswa belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri. Metode belajar ini sesuai dengan teori Burner yang menyarankan siswa belajar secara aktif untuk membangun konsep dan prinsip.
Menurut Kemendikbud (2013) menyebutkan bahwa langkah-langkah model guided discovery learning adalah sebagai berikut:
- Stimulation (memberi stimulus).
Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat berupa bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai dengan materi pembelajaran/topik/tema yang akan dibahas, sehingga siswa mendapat pengalaman belajar mengamati pengetahuan konseptual melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar. - Problem Statement (mengidentifikasi masalah).
Dari tahapan tersebut, siswa diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini peserta didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah. - Data collecting (mengumpulkan data).
Pada tahapan ini siswa diberikan pengalaman mencari dan mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan siswa untuk mencariatau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah, jika satu alternatif mengalami kegagalan. - Data processing (mengolah data).
Kegiatan mengolah data akan melatih siswa untuk mencoba dan mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif. - Verification (memferifikasi).
Tahapan ini mengarahkan siswa untuk mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara lain bertanya kepada teman, berdiskkusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan. - Generalization (menyimpulkan).
Pada kegiatan ini siswa digiring untuk menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi siswa.
Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Guide Discovery Learning
Keunggulan
Roestiyah (2012) menyebutkan keunggulan dan kelemahan guided discovery learning. Keunggulannya adalah :
- Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa.
- Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi idividual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
- Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa.
- Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-masing.
- Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untukbelajarlebih giat.
- Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan diri sendiri denga proses penemuan sendiri.
- Strategi ini berpusat kepada siswa tidak pada guru, guru hanya sebagai teman belajar membantu bila diperlukan.
Kelemahan
Selain memiliki keunggulan model ini juga memiliki kelemahannya adalah :
- Siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untu cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitar.
- Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil
- Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila memperhatikan pekembangan/pembentukan sikap dan keterampilan siswa.
- Teknik ini mungkin tidak memberi kesempatan untuk berfikir kreatif.