Diperbarui tanggal 2/01/2022

Model Pembelajaran Discovery Learning

kategori Model-model Pembelajaran / tanggal diterbitkan 2 Januari 2022 / dikunjungi: 8.40rb kali

Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning

Model discovery merupakan komponen dari praktik pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif. Suryosubroto (2009) menyatakan bahwa model discovery diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai pada generalisasi. Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata. Penggunaan metode discovery dalam proses belajar mengajar, memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja. Dalam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi sampai dengan jalan dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Model pembelajaran ini dirasakan memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar siswa karena salah satu kelebihan dari model discovery learning menurut Roestiyah (Dewi, dkk 2015) adalah mampu mengarahkan cara belajar siswa, sehingga memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.

Menurut Jerome Bruner (Markaban, 2006), “Penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau item pengetahuan tertentu”. Dengan demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan. Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Ali dan Asrori (2004), bahwa “Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru”. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model pembelajaran yang dimana siswa berpikir sendiri sehingga dapat ”Menemukan” prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan.

Karakteristik Model Discovery Learning

Ciri utama belajar menemukan menurut Widdiharto (2004) yaitu:

  1. mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan;
  2. berpusat pada siswa;
  3. kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.

Terdapat sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori model pembelajaran Discovery Learning, Sanjaya (2006) yaitu :

  1. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.
  2. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai.
  3. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil.
  4. Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan.
  5. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.
  6. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai karakteristik model Discovery Learning, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya karakteristik model Discovery Learning ini menekankan pada pemberian kesempatan kepada siswa untuk menemukan pengetahuan dan pemahaman baru yang didasari pada pengalaman nyata dan mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar. Sehingga, siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru atau siswa lainnya.

Langkah-Langkah Model Discovery Learning

Adapun menurut Syah (2010) dalam mengaplikasikan model Discovery Learning di kelas, tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut:

  1. Stimulation (stimulasi / pemberian rangsangan)
    Yakni memulai kegiatan PMB dengan mangajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
  2. Problem statement (pernyataan / identifikasi masalah)
    Langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).
  3. Data collection (pengumpulan data)
    Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.
  4. Data processing (pengolahan data)
    Data processing merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. .
  5. Verification (pentahkikan / pembuktian)
    Verification bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
  6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
    Tahap generalitation/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

Manfaat Model Discovery Learning

Salah satu model belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah model discovery. Menutut Syah (2010) menyatakan bahwa hal ini disebabkan karena sebagai berikut :

  1. merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif;
  2. dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa;
  3. pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain;
  4. dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri;
  5. siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan  bahwa model pembelajaran discovery learning memberikan manfaat baik bagi guru maupun bagi siswa, sehingga membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengarkan ide-ide orang lain. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran itu dapat mengarah pada pemecahan masalah yang aktif dan belajar penemuan, misalnya dengan menggunakan fakta-fakta yang berlawanan. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi ia hendaknya memberikan saran-saran bilamana diperlukan. Sebagai tutor, guru sebaiknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat.

Kelebihan Model Discovery Learning

Model discovery mempunyai beberapa kelebihan sehingga perlu adanya pemahaman dalam melaksanakan model tersebut. Suryosubroto (2009) memaparkan beberapa kelebihan model penemuan sebagai berikut:

  1. Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa.
  2. Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh; dalam arti pendalaman dari pengertian; retensi, dan transfer.
  3. Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.
  4. Metode ini memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.

Sadikin (2010) memaparkan kelebihan model discovery learning sebagai berikut:

  1. Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar.
  2. Metode ini dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan
  3. Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide.
  4. Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.

Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa model discovery learning memiliki banyak kelebihan. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman yang mendalam mengenai metode ini sebagai berikut :

  1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
  2. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
  3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri

Kekurangan Model Discovery Learning

Menurut Suryosubroto (2009) memaparkan beberapa kekurangan model Discovery sebagai berikut:

  1. Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini.
  2. Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar.
  3. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.

Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa model discovery learning tidak hanya memiliki banyak kelebihan, tetapi juga beberapa kelemahan. Oleh karena itu model pembelajaran ini menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.