Diperbarui tanggal 4/01/2022

Model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition)

kategori Model-model Pembelajaran / tanggal diterbitkan 26 November 2021 / dikunjungi: 11.13rb kali

Pengertian

Model pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif, sehingga karakteristik dari model pembelajaran kooperatif terdapat dalam model pembelajaran ini. Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Model pembelajaran AIR ( Auditory, Intellectualy, Repetition) adalah model pembelajaran yang menganggap bahwa suatu pembelajaran akan efektif jika memperhatikan tiga hal, yaitu Auditory, Intellectually, and Repetition.

Huda (2014) menyatakan bahwa model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) mirip dengan model pembelajaran Somatis Auditory Visual Intellectually (SAVI) dan Visual Auditory Kinetis (VAK), bedanya hanyalah pada repetition yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis. Menurut Burhan (2014) model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Pendekatan kontruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila siswa dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya .

Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan cara menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Intellectually berarti kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi, dan menerapkan. Repetition berarti pengulangan diperlukan dalam pembelajaran agar pemahaman lebih mendalam dan lebih luas, siswa perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas, dan kuis.

Berpijak pada uraian di atas, maka pada dasarnya model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) adalah model pembelajaran yang menganggap bahwa suatu pembelajaran akan efektif jika memperhatikan tiga hal, yaitu Auditory, Intellectually, dan Repetition.

Pengertian Auditory, Intellectualy dan Repetition

  1. Auditory
    Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan cara menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Linksman dalam Alhamidi (2006) mengartikan auditory dalam konteks pembelajaran sebagai belajar dengan mendengar, berbicara pada diri sendiri, dan juga mendiskusikan ide dan pemikiran pada orang lain. Salah satu aktifitas belajar adalah mendengar. Tidak mungkin materi yang disampaikan secara lisan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa apabila siswa tersebut tidak menggunakan indera pendengaran dalam arti lain mendengar. Hal ini berarti bahwa auditory sangat penting dalam memahami materi. Guru harus mampu untuk mengondisikan siswa agar mengoptimalkan indera telinganya, sehingga koneksi antara telinga dan otak dapat dimanfaatkan secara optimal. Guru dapat meminta siswa untuk menyimak, mendengar, berbicara, presentasi, berargumen, mengemukakan pendapat, dan menanggapi sehingga menciptakan suasana belajar yang aktif.

  2. Intellectualy
    Intellectually diartikan sebagai belajar berpikir dan memecahkan masalah. Intellectually yaitu belajar dengan berpikir untuk menyelesaikan masalah. Kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengonstruksi, dan menerapkan. Menurut Meier dalam Nirawati (2009), intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman tersebut. Intelektual adalah sebagian dari merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna. Intelektual merupakan penciptaan makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan pengalaman belajar. Intelektual menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan gerak tubuh untuk membuat makna baru bagi diri sendiri, sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman

  3. Repetition
    Pengulangan merupakan salah satu prinsip dasar pembelajaran. Dimyati (2002) mengemukakan bahwa ada tiga teori yang menekankan pentingnya pengulangan, yaitu; teori Psikologi Daya, teori Psikologi Asosiasi (Koneksionisme), dan teori Psikologi Conditioning. Teori Psikologi Daya menyatakan belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Melalui pengulangan, maka daya-daya tersebut akan berkembang. Teori Psikologi Asosiasi (Koneksionisme) dengan hukum belajar dari Thorndike yaitu “law of exercise” mengungkapkan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, serta pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.
    Terakhir, teori Psikologi Conditioning yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari Koneksionisme juga menekankan pentingnya pengulangan dalam belajar. Kalau pada Koneksionisme, belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons maka pada Psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan karena saja oleh stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang dikondisikan. Menurut teori ini, perilaku individu dapat dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respon terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan, mengulang-ulang suatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)

  1. Tahap Auditory
    Kegiatan guru yaitu membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil, memberikan LKS kepada siswa untuk dikerjakan secara kelompok, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami. Kegiatan siswa adalah siswa menuju kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk oleh guru, siswa menerima LKS yang diberikan oleh guru untuk dikerjakan secara kelompok, dan siswa bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami kepada guru.

  2. Tahap Intellectually
    Kegiatan guru yaitu membimbing kelompok belajar siswa untuk berdiskusi dengan rekan dalam satu kelompok sehingga dapat menyelesaikan LKS, memberi kesempatan kepada beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya, serta memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Kegiatan siswa; mengerjakan soal LKS secara berkelompok dengan mencermati contoh-contoh soal yang telah diberikan, mempresentasikan hasil kerjanya secara berkelompok yang telah selesai mereka kerjakan, siswa dari kelompok lain bertanya dan mengungkapkan pendapatnya, sedangkan kelompok lain yang mempresentasikan menjawab dan mempertahankan hasil kerjanya.

  3. Tahap Repetition
    Kegiatan guru; memberikan latihan soal individu kepada siswa; dengan diarahkan guru, siswa membuat kesimpulan secara lisan tentang materi yang telah dibahas. Kegiatan siswa: mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru secara individu, serta menyimpulkan secara lisan tentang materi yang telah dibahas.

Sedangkan menurut Shoimin (2014) Langkah-langkah Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) adalah :

  1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok 4-5 anggota.
  2. Siswa mendengarkan dan memerhatikan penjelasan dari guru (auditory).
  3. Setiap Kelompok mendiskusikan tentang materi yang mereka pelajari dan menuliskan hasil diskusi tersebut dan selanjutnya untuk dipresentasikan di depan kelas (auditory).
  4. Saat diskusi berlangsung, siswa mendapat soal atau permasalahan yang berkaitan dengan materi (intellectual).
  5. Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan hasil diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah (intellectual).
  6. Setelah selesai berdiskusi, siswa mendapat pengulangan materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap individu (repetition).

Menurut Hamzah (2013) Model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) memiliki langkah-langkah pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman kepada siswa secara langsung. Dalam model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR), siswa diarahkan untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri secara berkelompok dan bekerja sama. Jadi guru disini hanya bersifat sebagai fasilitator saja.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)

  1. Kelebihan
    Kelebihan atau keunggulan model pembelajaran AIR adalah:
    1. Siswa lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
    2. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif.
    3. Siswa dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
    4. Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
    5. Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.

  2. Kekurangan
    Kekurangan atau kelemahan model pembelajaran AIR adalah;
    1. Membuat dan menyiapkan masalah yang bermakna bagi peserta didik bukanlah persoalan yang mudah. Pendidik juga harus mempunyai persiapan yang lebih matang sehingga dapat menemukan masalah tersebut.
    2. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami oleh peserta didik adalah hal yang sulit sehingga banyak peserta didik yang mengalami kesulitan bagaimana merespons permasalahan yang diberikan. 3. Peserta didik dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka