Model pembelajaran Two Stay Two Stray
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990). Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Menurut Huda (2014:207) model TS-TS merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi, model ini melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik. Model pembelajaran two stay two stray (dua tinggal dua tamu) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Dengan tujuan mengarahkan siswa aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Dalam pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
Model pembelajaran two stay two stray memiliki kelebihan antara lain:
- Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.
- Belajar siswa lebih bermakna.
- Lebih berorientasi pada keaktifan berpikir siswa.
- Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
- Memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menentukan konsep sendiri dengan cara memecahkan masalah.
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreativitas dalam melakukan komunikasi dengan teman sekelompoknya.
- Membiasakan siswa untuk bersikap terbuka terhadap teman.
- Meningkatkan motivasi belajar siswa.
Model pembelajaran two stay two stray memiliki kekurangan antara lain:
- Membutuhkan waktu yang lama.
- Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok, terutama yang tidak terbiasa belajar kelompok akan merasa asing dan sulit bekerjasama.
- Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga.
- Seperti kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya diskusi, sehingga siswa yang kurang pandai memiliki kesempatan yang sedikit untuk mengeluarkan pendapatnya.
- Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
Untuk mengatasi kekurangan dalam model pembelajaran two stay two stray ini, maka sebelum pembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
Menurut Huda (2014:207) langkah-langkah dalam menggunakan model two stay two stray adalah sebagai berikut:
- Peserta didik bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasa.
- Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama.
- Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain.
- Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil dan informasi mereka ke tamu.
- Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuan dari kelompok lain.
- Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
Menurut Huda (2014:207-208) adapun tahapan-tahapan yang terdapat dalam model two stay two stray ini adalah sebagai berikut:
- Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa dalam satu kelas kedalam beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen dalam hal jenis kelamin dan prestasi akademik siswa. - Presentasi Guru
Pada tahap ini, guru menyampaikan indicator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. - Kegiatan Kelompok
Dalam kegiatan ini, pembelajarannya menggunakan lembar kerja yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok.setelah menerima lembar kerja yang berisi permasalahanpermasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompok. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masingmasing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain secara terpisah, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi
mereka ke tamu mereka. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masingmasing dan melaporkan temuannya dari kelompok lain tadi serta mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. - Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal. - Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model TSTS. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSTS, yang selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-rata tertinggi.
Ciri-ciri model pembelajaran Two Stay Two Stray, yaitu:
- Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
- Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
- Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
- Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu