Diperbarui tanggal 5/08/2022

Trips

kategori Flora dan Fauna / tanggal diterbitkan 2 Agustus 2022 / dikunjungi: 3.56rb kali

Morfologi Trips

Serangga trips disebut juga dengan serangga bersayap duri (umbai), memiliki panjang tubuh 0,5-5mm dan bertubuh langsing. Sayap berumbai pendek hingga panjang dan terdapat dua pasang, sebagian tidak memiliki sayap. Tipe mulut penghisap yang berguna untuk menghisap cairan pada tanaman. Bagian kepala terdapat antena yang beruas-ruas terdiri atas 4-9 ruas. Tarsi terdiri atas satu atau dua ruas dengan satu kuku atau dua kuku yang berbentuk mengepal atau bergelembung dibagian ujung (Boror, et al., 1989). Menurut Morse and Mark (2005), trips memiliki tubuh yang ramping dan kecil. Warna tubuh bervariasi seperti kuning, coklat, hitam dan pucat. Trips memiliki dua mata majemuk yang berukuran besar berada di bagian dorsal kepala dan tiga oseli. Antena terletak pada ujung kepala yang terdiri dari 1-8 ruas (Gambar 1). Ruas satu, dua, enam, tujuh dan delapan berwarna kecoklatan, sedangkan yang lainnya sedikit pucat.Mulut pada ordo Thysanoptera berbentuk asimetris. Bagian mesonotum terdapat 2 pasang sayap, sayap depan dan sayap belakang. Sayap depan memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan sayap belakang dan memiliki venasi (Peterson, 1915).

TripsMenurut Nakahara (1994), struktur morfologi berikut dapat digunakan sebagai kunci identifikasi. Antena terdapat dibagian depan kepala. Oseli yang berbentuk seperti bulan sabit terletak diantara mata majemuk. Oseli biasanya berwarna merah orange dan merah, disekitas segitiga oseli terdapat seta yang disebut dengan seta oseli. Bebepara spesies, memiliki 3 pasang oseli atau hanya 2 pasang oseli. Bagian pronotum terdapat beberapa seta, 1 atau 2 pasang seta posteroangular yang ditemukan di posterior bagian sudut pronotum.

Metamorfosis Trips

Serangga trips dapat dapat mengalami perkembangan yang berbeda, beberapa serangga trips mengalami perkembangan paurometabola dan holometabola. Serangga trips menyelesaikan siklus hidupnya selama 2-3 minggu. Imago betina Subordo Terebrantia meletakkan telur secara tunggal di dalam jaringan tanaman dengan bantuan ovipositor, sedangkan imago betina Subordo Tubulifera meletakkan telur pada permukaan substrat dengan genital opening organ. Imago betina Subordo Terebrantia meletakkan telur secara tunggal di dalam jaringan tanaman dengan bantuan ovipositor, sedangkan imago betina Subordo Tubulifera meletakkan telur pada permukaan substrat dengan genital opening organ (Lewis 1973; Pourian et al. 2009). Berikut ini adalah siklus hidup serangga trips yaitu:

  1. Telur
    Telur berbentuk seperti ginjal berwarna putih pucat (Gambar 2a). Jumlah telur yang dihasilkan 30-60 telur tergantung pada nutrisi, suhu, dan kelembaban (Ananthakrishnan 1993).
  2. Nimfa
    Nimfa instar-1 berwarna putih pucat atau transparan dengan mata berwarna merah, berukuran sekitar 0,5 mm (Gambar 2b). Nimfa instar-1 aktif bergerak dan memakan jaringan tanaman. Fase nimfa instar-1 berlangsung selama 2-3 hari. Nimfa instar-2 berwarna kuning tua keruh , berukuran sekitar 0,8 mm (Gambar 2c). Fase nimfa instar-2 berlangsung selama 3-4 hari (Lewis 1973; Pourian et al. 2009).
  3. Pupa
    Pupa memiliki kerangka sayap yang panjang mencapai ujung abdomen, antena tertekuk ke belakang sepanjang kepala (Gambar 2d). Fase pupa berlangsung selama 2,0-3,5 hari. Fase pupa berlangsung pada permukaan bagian tanaman atau jatuh ke tanah (Fekrat et al., 2009).
  4. Imago
    Imago jantan biasanya berbentuk lebih tumpul pada bagian posterior dengan ukuran tubuh lebih kecil serta warna lebih pucat dibanding imago betina (Gambar 2e). Imago paling banyak ditemukan pada bagian dalam bunga dan daun. Lama hidup imago dapat mencapai 30 hari (Fekrat et al., 2009).

Siklus hidup trips

Siklus hidup tripsSiklus hidup trips; a. fase telur, b. fase nimfa instar 1, c. fase nimfa instar 2, d. fase pupa, dan e. fase imago (Hutasoit, et al., 2017).

 

Habitat Trips

Trips mampu menguasai suatu habitat dalam rentang waktu yang singkat secara optimal. Trips merupakan serangga oportunis dengan tipe seleksi r, waktu generasi pendek, toleransi terhadap kisaran inang yang luas, cenderung partenogenesis, dan struktur perkembangbiakan yang kompetitif sehingga menyebabkan terjadinya agregasi (Funderburk, 2001). Trips dapat ditemukan di berbagai jenis habitat, mulai dari daerah kering, daerah basah, dataran rendah dan dataran tinggi. Trips yang berperan sebagai predator dan pemakan jamur biasanya berada di habitat yang lembab seperti di seresah-seresah daun, bawah kulit kayu, dan habitat lainnya yang tergolong lembab (Funderburk, 2001).

Klasifikasi Ordo Thysanoptera

Ordo Thysanoptera memiliki 6000 spesies yang terdiri atas dua Subordo yaitu Subordo Tubulifera dan Subordo Terebrantia, dengan sembilan famili. Phlaeothripidae termasuk satu-satunya famili di subordo Tubulifera. Delapan famili lainnya termasuk kedalam subordo Terebrantia (Mound and Morris, 2007). Menurut Boror, et al. (1989), perbedaan subordo Tubulifera dan terebrantia terletak pada bagian ujung abdomennya. Ujung abdomen pada subordo Tubulifera berbentuk seperti tabung sedangkan ujung abdomen subordo Terebrantia membulat atau meruncing.

1. Subordo Tubulifera

Subordo Tubulifera hanya memiliki 1 famili yaitu Phlaeothripidae dengan 3500 spesies (Morse and Mark, 2006). Trips subordo Tubulifera memiliki abdomen yang berbentuk seperti tabung pada segmen ke-10. Trips betina meletakkan telurnya di permukaan tumbuhan, setelah itu trips melewati siklus 2 larva dan 3 pupa (primipupa, prepupa, dan pupa) sebelum mencapai kematangan. Tahap larva ditemukan pada inang sedangkan tahap pupa berada di tanah pada larva instar 2 sampai menjadi dewasa (Stannard, 1968).

Subordo TubuliferaSubordo Tubulifera (Stannard, 1968)

Famili Phlaeothripidae merupakan famili dengan jumlah spesies terbayank pada ordo Thysanoptera. Famili Phlaeothripidae mempunyai ukuran tubuh lebih besar dibandingkan famili trips yang lainnya . Famili ini kebanyakan berwarna coklat tua atau hitam. Ruas abdomen terakhir berbentuk tabung. Ovipositor betina tenggelam. Sayap berukuran kecil dan halus, sebagian tidak memiliki sayap. Antena mempunyai 4 sampai 8 segmen. Famili Phlaeothripidae umumnya pemakan spora, bersifat pemangsa, dan beberapa pemakan tumbuhan (Boror, et al., 1989).

PhlaeothripidaePhlaeothripidae

2. Subordo Terebrantia

Subordo Terebrantia mempunyai 8 famili yaitu famili Thripidae (1970 spesies), famili Aeolothripidae (190 spesies), famili Heterothripidae (70 spesies), famili Melanthripidae (65 spesies), famili Merothripidae (15 spesies), famili Stenurothripidae (6 spesies), famili Fauriellidae (5 spesies), dan famili Uzelothripidae (1 spesies). Trips subordo Terebrabtia memiliki abdomen di segmen ke-10 berbentuk seperti kerucut dan ovipositornya seperti gergaji. Trips betina meletakkan telurnya didalam jaringan tumbuhan, kemudian melewati 2 tahap larva dan 2 tahap pupa (prepupa dan pupa) sebelum mencapai kematangan (Stannard, 1968).

Subordo Terebrantia

Subordo Terebrantia

 

Peranan Trips

Trips dapat berperan sebagai hama pada tanaman komersial. Kerusakan tanaman yang diakibatkan oleh trips akan menyebabkan perubahan warna, dan bentuk atau ukuran daun tanaman. Trips merusak tunas, daun, dan bunga dengan menusuk jaringan tanaman dan mengisap cairan tanaman (Kalshoven 1981). Trips juga dapat berfungsi sebagai vektor penyakit tanaman. Banyak jenis virus yang menginfeksi tanaman dibawa oleh trips (Kalshoven 1981). Tomato Spotted Wilt Virus (TSWV) menyebabkan kehilangan hasil tomat sebanyak 8,8 juta tiap tahunnya di Georgia (Riley, 2011). Trips sebagai penyebar penyakit keriting pada daun cabai dapat menyebabkan kerugian hasil 30-50% (Talekar, 1991). Menurut Lakshmi et al. (1995), virus dianggap paling merusak diantara patogen tanaman lainnya.

Menurut Sartiami (2008), serangga hama Ordo Thysanoptera juga berperan sebagai vektor virus tanaman atau sebagai predator. Pada tanaman pangan dan hortikultura beberapa virus yang ditularkan oleh serangga hama ini diantaranya TSWV (Tomatto spotted wilt virus), LSWF (Lettuce spotted wilt virus), PYSV (Peneaple yellow spotted virus), Tip chlorosis, Kromneck diseases, dan TMV (Pobacco mosaic virus). Hal tersebut dapat menurunkan hasil panen. Trips yang berperan menjadi predator dapat mengendalikan populasi hama. Trips predator memangsa larva trips hama dan kutu hama yang berukuran lebih kecil.

Umumnya trips dapat makan pada berbagai jaringan tanaman seperti daun, bunga, buah, dan polen. Jika jaringan dan kandungan nutrisi cukup atau sesuai, trips akan membuat lubang yang lebih besar pada jaringan dan mulai makan menggunakan stilet mandibelnya. Aktivitas tersebut mengakibatkan sel rusak. Bila kerusakan terjadi pada ovarium bunga, maka akan tampak pada perkembangan buah dan bekas rautan, sehingga mengurangi kualitas buah (Kirk, 1997). Aktivitas makan larva lebih banyak menimbulkan kerusakan dibandingkan aktivitas makan dan oviposisi yang dilakukan oleh imago (Pearsall, 2000).


Famili Thripidae dapat berperan sebagai polinator di tumbuhan tertentu (Mound, 2004). Sebagian besar famili Thripidae disebut dengan hama dan vektor virus, karena memakan daun dan bunga. Namun beberapa genus seperti Scolothrips dari famili tersebut dapat menjadi predator yang memakan serangga lain yang merusak tanaman (Identifying_thrips, 2009).