Diperbarui tanggal 31/05/2021

Karakteristik dan Implementasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving

Model Pembelajaran Creative Problem Solving

author/editor: Edi Elisa / kategori Model-model Pembelajaran / tanggal diterbitkan 31 Mei 2021 / dikunjungi: 3.76rb kali

Model pembelajaran creative problem solving digunakan untuk merangsang siswa dalam berfikir. Model pembelajaran ini akan banyak memanfaatkan model-model pembelajaran lain yang dimulai dari pencarian masalah sampai kepada penarikan kesimpulan . disamping itu, model pembelajaran ini juga akan melibatkan banyak kegiatan dengan bimbingan dari para pengajar. Model pembelajaran creative problem solving tidak akan dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa social dari pembelajaran didalam kelas. Komunikasi dan interaksi kooperatif diantara teman sekelas dan sikap-sikap kooperatif bisa terus bertahan. Aspek rasa social dari kelompok, pertukaran intelektualnya, dan maksud dari subyek yang berkaitan dengannya dapat bertindak sebagai sumber-sumber penting maksud tersebut bagi usaha para siswa untuk belajar. Dalam pemecahan masalah-masalah baru yang dihadapi diperlukan kesanggupan untuk berfikir. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya sekolah turut bertanggungjawab mempersiapkan siswa dengan menggunakan model pembelajaran creative problem solving dalam mengajarkan mata pelajaran matematika. Model pembelajaran ini lebih memusatkan kegiatan pada murid, namun disertai dengan bimbingan dari para guru. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan siswa dapat mengaplisakannya dalam situasi-situasi problematic dalam kehidupannya sehari-hari.

Menurut Suryosubroto Pembelajaran Creative Problem Solving memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. Melatih peserta didik untuk berfikir divergen dalam memecahkan masalah dengan berbagai cara, mampu memberikan berbagai alternatif pemecahan atas masalah dan kemampuan mengemukakan berbagai gagasan baru, dengan cara-cara baru yang jarang dilakukan orang lain.
  2. Peran pendidik lebih banyak menempatkan diri sebagai fasilitator, motivator dan dinamisator belajar bagi peserta didik.

Implementasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dapat dilakukan dengan tahapan yaitu:

  1. Tahap awal dilakukan dengan memberi apersepsi dan penguatan serta kesiapan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran, kemudian mengulas kembali materi sebelumnya yang dijadikan prasayarat materi, dan memotivasi kepada mahasiswa tentang pentingnya pembelajaran yang akan dilaksanakan.
  2. Tahap inti dilakukan dengan membentuk kelompok kecil untuk melakukan small discussion yang terdiri atas 4-5 mahasiswa dan bersifat permanen.Tiap kelompok mendapat modul dan lembaran kerja yang berisi materi pembelajaran dan permasalahan untuk dibahas bersama dalam kelompoknya. Secara berkelompok mahasiswa memecahkan permasalahan yang terdapat dalam lembaran kerja sesuai dengan petunjuk yang tersedia di dalamnya. Mahasiswa mendapat bimbingan dan arahan dari dosen dalam memecahkan masalah. Peranan dosen dalam hal ini adalah menciptakan situasi yang dapat memudahkan munculnya pertanyaan dan mengarahkan kegiatan brainstorming dalam rangka menjawab pertanyaan atas dasar interest siswa. Penekanan dalam pendampingan siswa dalam menyelesaikan permasalahan adalah sebagai berikut:
    • Klarifikasi permasalahan yang ada dalam proyek/kelopok sehingga mahasiswa mengetahui solusi yang diharapkan dari proyek tersebut. Dalam tahap ini, masing-masing kelompok mengajukan draf kepada dosen tentang proyek yang akan dipecahkan permasalahannya.
    • Pengungkapan gagasan dengan memberi kesempatan kepada mahasiswa menggali dan mengungkapkan pendapat sebanmyak-banyaknya berkaitan dengan strategi pemecahan masalah yang dihadapi dalam proyek tersebut.
    • Evaluasi dan seleksi berbagai gagasan tentang strategi pemecahan masalah, sehingga pada akhirnya diperoleh suatu strategi yang optimal dan tepat.
    • Implementasi yaitu mahasiswa bersama kelompoknya memutuskan tentang strategi pemecahan masalah dalam proyeknya dan melaksanakan strategi yang dipilih dalam memecahkan permasalahan sesuai dengan draf kerja yang telah diajukan. Setelah pekerjaan selesai siswa bersama kelompoknya mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas dengan menggunakan media sesuai dengan kreatifitasnya untuk menyampaikan gagasannya dan mendapatkan saran dan kritik dari pihak lain sehingga diperoleh solusi yang optimal berkaitan dengan pemecahan masalah. Kemudian dosen bersama mahasiswa menyimpulkan materi pembelajaran ke arah matematika formal.
  3. Tahap penutup. Sebagai pemantapan materi, secara individual mahasiswa mengerjakan quiz yang ditampilkan dengan media pembelajaran dan dosen memberikan poin bagi mahasiswa yang mampu memecahkan permasalahan sebagai upaya memotivasi mahasiswa dalam mengerjakan soal-soal. Suatu soal yang dianggap sebagai masalah adalah soal yang memerlukan keaslian berpikir tanpa adanya contoh penyelesaian sebelumnya.

Model Pembelajaran Creative Problem Solving cocok digunakan dalam peningkatan kemampuan memecahkan masalah karena dalam model pembelajaran ini pengalaman sebelumnya dalam menyelesaikan suatu masalah merupakan faktor yang penting dalam menyelesaikan masalah baru yang berbeda, disamping faktor minat siswa.

Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu model pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Dalam hal ini peserta didik terlibat dalam memecahkan masalah sehingga peserta didik lebih berfikir aktif, kreatif dan dapat memperoleh manfaat yang maksimal baik dari proses maupun hasil belajarnya. CPS merupakan model pembelajaran untuk menyelesaikan masalah secara kreatif. Guru dalam model pembelajaran CPS bertugas untuk mengarahkan peserta didik memecahkan masalah secara lebih mandiri, kreatif dan membebaskan peserta didik untuk berimajinasi. Guru juga bertugas untuk menyedikan materi pelajaran atau topik diskusi yang dapat merangsang pemikiran peserta didik untuk dapat berfikir kreatif dalam memecahkan masalah pada proses belajar mengajar. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran (CPS) merupakan model pembelajaran yang berbasis pemecahan masalah secara kreatif yang berpusatkan pada peserta didik untuk berimajinasi agar kemampuan berfikir kreatif peserta didik meningkat.

Dengan menerapkan model pembelajaran Creative Problem Solving diharapkan dapat memotivasi serta mendorong peserta didik agar lebih berpikir kreatif agar bisa memecahkan suatu permasalahan dalam proses pembelajaran. Model Pembelajaran Creative Problem Solving merupakan model pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran serta keterampilan dalam pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Model pembelajaran CPS memiliki kelemahan diantaranya adalah membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses pembelajarannya, memungkinkan peserta didik menjadi bosan karena harus menyelesaikan masalah yang kompleks dengan banyak variasi jawaban, memilih topik yang dapat mengembangkan kreatifitas peserta didik bukanlah suatu hal yang mudah.